"Jinki-ya, aku mohon bersedialah membantuku sebagai pantia juga."
Jinki menutup buku yang tengah dibacanya dengan kasar hingga menimbulkan suara berdebam pada meja perpustakaan. Ia menghela nafas dan menatap kesal pada sahabatnya. Karena sudah hampir sepanjang hari, Jinki dipusingkan oleh permintaan Jonghyun, sahabatnya. Jonghyun memaksa Jinki untuk ikut bergabung sebagai panitia perpisahan karena sebentar lagi upacara kelulusan akan tiba dan pesta perpisahan pun akan segera diselengarakan.
Berkali-kali Jinki sudah menolak ajakan Jonghyun. Awalnya tentu secara halus tapi Jonghyun bersikeras mengajak Jinki untuk ikut dalam kepanitiaan perpisahaan hingga akhirnya Jinki terpaksa menolaknya dengan kasar.
Jinki menolak bukan karena tidak ada alasan. Lagipula, ia siswa yang cerdas juga populer di sekolah. Jinki pun pernah menjabat sebagai ketua osis tapi, ada satu hal yang memberatkan Jinki untuk mengiyakan ajakan Jonghyun.
"Kenapa kau terus menolak tanpa memberikan alasan?" Ucap Jonghyun
"Pokoknya aku tidak mau, Kim Jonghyun. Aku tidak bisa. Kau cari saja yang lain." ujar Jinki jengah karena harus mengulang kalimat yang sama untuk yang kesekian kalinya.
"Apa karena ada dia?"
Pertanyaan sederhana yang terlontar dari mulut Jonghyun sukses membuat Jinki terperangah. Ia menatap lekat pada sahabatnya yang justru terlihat senang karena dugaannya itu benar.
Ya. Jinki harus mengakui kalau ucapan sahabatnya ini benar. Jinki memang paling tidak bisa berbohong di depan Jonghyun yang sudah lama menjadi sahabatnya itu. Tapi, Jinki tidak mau mengakuinya terang-terangan. Ia bahkan berharap tidak ada satupun yang mengetahui alasan kenapa ia terus menolak ajakan untuk bergabung sebagai panitia perpisahan.
Semua itu karena..
Kim Gwiboon
Seorang yeoja yang sampai saat ini terus dihindari Jinki.
Seorang yeoja yang pernah mengisi hari-harinya
Seorang yeoja yang pernah dicintainya
Dan seorang yeoja yang pernah disakitinya
Mengingat itu semua membuat Jinki benci pada dirinya sendiri. Namun waktu tidaklah dapat diputar kembali. Yang tertinggal hanyalah rasa penyesalan dalam hatinya hingga Jinki merasa malu dan tidak pantas untuk muncul lagi dihadapanya.
Dihadapan yeoja yang dikhianatinya.
Jinki tahu, ia salah tapi, dia tidak tahu harus dengan cara apa ia memperbaiki kesalahannya. Semestinya ia tidak membuat cinta dan ketulusan yeoja itu padanya mati sia-sia.
Jinki mengakui dirinya ini brengsek, pengecut, dan pecundang yang bahkan hingga saat ini tidak berani mengucapkan kata maaf padanya. Dan Jinki benci hal itu.
Jinki benci pada dirinya yang tega mencintai gadis lain dan mengkhianati gadis yang tulus mencintainya.
Jinki bahkan benci pada dirinya yang tega mempermainkan ketulusan hati gadis tersebut.
Kim Gwiboon, gadis itu telah membuat Jinki mengerti bahwa yang baik belumlah tentu menjadi yang terbaik.
"Karena Kim Gwiboon juga bergabung dalam kepanitiaan, bukan?"
Seolah bisa menebak apa yang ada di pikiran Jinki, Jonghyun dengan santainya menyebut nama itu. Ia menepuk bahu Jinki seraya berujar,
"Hanya karena itu kau tidak mau bersedia menjadi panitia juga?"
Jinki tertunduk diam. Hatinya mencelos.
"Ne." Jawabnya nyaris terdengar seperti sebuah bisikan.
Kali ini Jonghyun menghela nafasnya dan menatap nanar sahabat di sampingnya yang ternyata masih menyimpan penyesalan di dalam hatinya.
"Aku pikir kau sudah tidak memikirkannya" ujar Jonghyun asal
"Bohong jika aku tidak memikirkannya. Aku terus memikirkannya, jjong. Dan setiap aku ingat padanya membuatku benci pada diriku sendiri."
Jinki terdiam sejenak.
"Itu mengapa aku memutuskan untuk tidak lagi bertemu dengannya karena dengan begitu aku akan lebih cepat melupakannya."
"Dan akhirnya kau berakhir menyedihkan, kawan" sambung Jonghyun
Jinki semakin tertunduk dalam. Sepasang manik matanya menatap kosong sampul buku yang tengah dibacanya.
Jonghyun merasa iba melihat keterpurukan sahabatnya karena cinta masa lalunya. Ia tidak ingin Jinki terus menerus lari dari kenyataan. Ia tidak ingin sahabatnya ini terbelengu perasaan bersalah terus menerus terlebih ia tidak ingin sahabatnya mengingkari perasaannya sendiri. Perasaan bahwa Jinki masih mencintai Gwiboon.
"Justru ini adalah kesempatan besar dan juga terakhirmu, Jinki."
Jinki mengadahkan wajahnya sementara Jonghyun berharap Jinki memahami apa yang dimaksudkannya.
"Kesempatan terakhirmu untuk meminta maaf padanya sebelum semuanya benar-benar berakhir." lanjut Jonghyun dengan senyum hangat yang terkembang di wajah sendunya.
Jinki terdiam, mencerna apa yang barusan saja di ucapkan sahabatnya itu.
Sebuah kesempatan terakhir baginya.
Jinki tidak pernah berpikir sedikit pun tentang kemungkinan dirinya masih punya kesempatan kedua untuk berhadapan dengan Gwiboon.
Tidak sama sekali.
Namun hari ini. Perkataan Jonghyun membuatnya tersadar akan ego dan rasa gengsi yang selama ini terus menyelubungi hatinya.
Bahwa sesungguhnya ia masih mencintai Gwiboon
Masih berharap untuk kembali ke sisinya
Masih berharap Gwiboon tidak marah padanya, tidak membencinya
Dan meskipun ini menjadi kesempatan terakhir baginya, Jinki tidaklah akan lari lagi. Bersembunyi di dalam penyesalan.
Karena ia ingin membayar apa yang selama ini telah ia perbuat pada gadis yang sudah tulus mencintainya.
Bahwa Jinki ingin Gwiboon pun menyadari ketulusan hatinya melalui permintaan maafnya. Walaupun Jinki yakin ia akan merasakan sakit hati untuk kedua kalinya, karena pasti Gwiboon akan menolak permintaam maafnya namun, hanya dengan kesempatan terakhir inilah.
Ijinkan Jinki untuk kembali menggapai hati seorang Kim Gwiboon.