Part 8

25 3 2
                                    

Jangan lupa Voment ya...
Makasih...
😊😊😊

》》》♢♢♢《《《
.
.
.

Setelah memastikan Tomi benar benar pergi dari ruangan Iqbal, Nida segera bangun dari tempat persembunyiannya.

Duuughh...

"Aw aw aw..." Nida tidak ingat kalau ia bersembunyi di bawah meja, Nida yang langsung berdiri dengan tergesa gesa membuat kepalanya kejedot meja.

"Kamu tidak apa apa...??" Tanya Iqbal khawatir, ia berusaha memegang kepala Nida tapi ia urungkan lagi niatnya.

Nida tidak berniat menjawabnya, ia langsung pergi secepatnya dari ruangan Iqbal. Fikirnya mumpung pintu itu belum di kunci oleh Iqbal lagi.

"Hei... mau kemana kamu...??" Teriak Iqbal pada Nida yang sudah memegang gagang pintu. Ia mengira kalau Nida hanya akan keluar dari persembunyiannya dan duduk kembali untuk sekedar berbasa basi karena Iqbal sudah menolongnya tadi.

Tapi ternyata dugaan Iqbal salah besar, Nida sama sekali tidak melihat kearahnya dan langsung saja keluar dari ruangan Iqbal tanpa mengucapkan sepatah katapun pada Iqbal. Tapi tiba tiba saja senyum Iqbal terukir hanya karna mengingat kelakuan Nida tadi.

Flashback off

"Hahahaha... bisa bisanya lo kaya gitu sama pak Iqbal yang statusnya itu boss lo sendiri..." Fatimah tertawa lepas mendengar cerita Nida tadi.

"Sakit nggak tuh pala..?? Kualat tuh karna nggak nurut sama atasan... hahaha.." sambung Fatimah lagi.

Ia tidak tahu kalau ternyata temannya itu mempunyai kelakuan yang minus. Tidak ada sopan sopannya pada atasan.

"Ketawa terusss..." sindir Nida tidak suka.

"Sorry... sorry... gue nggak nyangka aja, seorang Nida ternyata bisa juga kegesrek otaknya..." kata Fatimah terus terang dan ia kembali lagi melanjutkan tawanya.

"Gue tinggalin nich..." ancam Nida yang mulai jengah dengan tawa Fatimah.

"Iya iya... sorry... gitu aja kok marah..?? Sensitif banget sih...???" Goda Fatimah tanpa merasa bersalah.

"Bukannya sensitif Ipat...!! Gue tuh cuma bingung aja, dari dulu nggak pernah ada yang berani deketin gue, eh... sekalinya ada, 2 orang tapi pemaksa semua.." curhat Nida bingung.

"Kalau menurut gue sih, orang tua lo nggak akan mungkin jodohin anaknya dengan pria sembarangan..." kata Fatimah sok bijak.

"Jadi menurut lo gue harus terima tawaran pak Iqbal...???" Tanya Nida tak percaya.

Mengangguk "dari pada sama pak Tomi kan...??" Jawab Fatimah enteng.

"Emang yach... punya temen satu, tapi nggak bisa ngebantu sama sekali, malah bikin tambah pusing pala gue aja..!!" Kata Nida tidak setuju dengan usul Fatimah.

"Maksud gue gini Da, lo terima tawaran pak Iqbal, tapi lo juga kasih syarat sama dia. Mungkin juga dengan lo nikah sama pak Iqbal, nanti pak Tomi jadi tahu diri dan mundur nggak ngejar ngejar lo lagi. Denger cerita lo, gue lama lama jadi takut kalau nanti suatu saat pak Tomi bakal buat yang lebih dari yang tadi pagi sama lo..." kata Fatimah panjang lebar.

"Gue juga mikir gitu Fat. Makanya gue bingung..." kata Nida lesu

"Ya makanya, lo nikah aja sama pak Iqbal, kan pasti dia bakal jagain lo tuh dari pria pria hidung belang kaya pak Tomi contohnya..." usul Fatimah.

"Tapi kan gue nggak kenal sama dia Fat..."

"Yang namanya perjodohan ya gitu Nedong... nggak ada yang saling kenal.."

NIKAH KONTRAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang