4 (Angin Sore)

17 3 0
                                    

Sudah seminggu mereka tidak bertemu dan sejak seminggu yang lalu pula Nayyara memiliki niat untuk mengembalikan hodie lelaki itu, namun belum dapat terealisasikan. Terakhir kali mereka bertemu Nayyara berharap bahwa tidak ada pertemuan lagi setelahnya. Ia berfikir bahwa setelah ini Nayyara dan laki-laki itu akan berpura-pura tidak saling mengenal satu sama lain. Akan tetapi, sepertinya garis takdir mempunyai jalur yang berbeda dengan keinginannya.

Sekarang Nayyara akan mencoba untuk kembali mencari lelaki jangkung itu ke kantin kampus, tempat dimana mereka pertama kalinya bertemu dan berbicara. Gadis dengan goodie bag yang dijinjingnya itu celingak-celinguk mencari sosok pemilik hodie abu-abu ini. Nayyara menghela nafas saat merasakan orang yang dicarinya tidak berada di kantin saat ini.

Tempat yang terakhir adalah warkop dan ruko. Nayyara tidak yakin bahwasanya lelaki itu ada di ruko, jadi dirinya langsung saja ke warkop belakang kampus. Saat mendatangi tempat itu gadis itu baru sadar bahwa warkop itu mempunyai nama "Warkop Bang Enen". Kalau di ingat-ingat justru yang melayaninya kala itu adalah seorang ibu-ibu. Lantas siapa itu Enen? Entahlah, kenapa pula Nayyara jadi memikirkan nama dari warkop itu.

"Neng, mau pesan apa?"

"Ha? Emm.. sa-saya."

"Tapi buburnya abis neng, laris manis bubur mah. Neng kalo mau bubur kudu lebih cepet dikit biar ga keabisan. Lagian si Eneng mah mau bubur sore-sore begini. Ya tinggal kerak atuh neng, eh ada nih... tinggal pancinya doang tapi." Lalu si ibu di balik etalase tersebut, tertawa dengan terbahak-bahak. Sedangkan Nayyara hanya tersenyum kikuk merasa aneh dengan wanita paruh baya itu.

"Tapi bude, saya belum bilang mesen mau pesen apa."

"Loh belum pesen toh? Aduhhh.. maap ya neng namanya juga umur udah mau setengah abad jadi gampang lupa."

Nayyara mengangguk seraya tersenyum maklum, lalu kemudian gadis itu menyebutkan pesanannya secara gamblang dan jelas agar tidak ada kekeliruan lagi.

Tentang lelaki jangkung yang dicarinya, tentu saja lelaki itu tidak ada di warkop saat ini. Tak tahu apa kesibukannya hingga laki-laki itu sangat susah untuk ditemukan. Sambil menunggu pesanannya jadi, Nayyara memilih untuk menyumbat kedua telinganya dengan earphone yang selalu dia bawa.

Teruntuk hari ini matahari sangat cerah, sangat berbeda ketika dirinya datang ke tempat ini sepekan yang lalu. Akan tetapi, yang menjadi pembeda dirinya datang sendiri kali ini tanpa seorang pun yang menemani. Nayyara berharap ia dapat segera bertemu dengan lelaki itu, mengembalikan hodienya, lalu untuk hari-hari berikutnya mereka berdua akan saling melupakan dan seolah-olah tidak mengenal satu sama lain.

Sepertinya untuk hari ini takdir Tuhan sedang tidak berpihak kepadanya karena dari semangkuk mie pesanannya sampai di mejanya, hingga mie di mangkuknya sudah habis tak tersisa. Lelaki itu tak kunjung juga menampakkan diri. Nayyara menghela nafas, kemudian batinnya berkata 'mungkin bukan sekarang waktunya'.

###

Jika kalian berfikir Nayyara akan menyerah begitu saja, kalian salah besar. Gadis itu akan mendatangi ke dua tempat itu sampai dirinya dapat mengembalikan barang milik si lelaki jangkung yang bahkan Nayyara belum tahu namanya siapa. Sudah tiga hari berlalu dan Nayyara selalu membawa goodie bag itu ke kampusnya.

Nayyara merasa aneh dengan sikapnya sendiri kali ini. Benerkah dirinya hanya ini mengembalikan hodienya lelaki itu, tanpa ada maksud yang lainnya? Tanpa ada tujuan yang lain? Mengapa pula harus dirinya yang menggebu-gebu untuk mengembangkan barang milik lelaki itu. Kenapa bukan lelaki itu saja yang mencari dirinya dan memintanya untuk mengembalikan barang miliknya.

Karena pemikirannya itulah yang menyebabkan Nayyara enggan untuk kembali membawa goodie bag ke kampus. Nayyara yakin hari ini akan masih sama seperti hari sebelumnya, laki-laki tetep tidak akan bisa ditemukan. Lagi pula dirinya akan ada urusannya saat kelas berakhir nanti.

I DON'T WANT TO GET MARRIED!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang