1. Temu

32 4 0
                                    

Belani Maheswari Hanjani. Gadis itu sedang uring-uring an karena belum mendapat pekerjaan. Setengah hari ia mencari pekerjaan tapi tak ada yang mau menerima nya. Ia ingin bekerja karena berniat untuk membantu ekonomi keluarga nya yang sedang di ambang kehancuran.

"Para manusia sialan itu benar- benar tidak bersyukur" gadis itu menendang udara hampa sebagai luapan kekesalan nya.

"Aku hanya ingin bekerja dengan mereka. Apa sesusah itu untuk menerima ku?!"

"Akh, DEMI TUHAN MENGAPA MEREKA TAK MENERIMA KU?!" gadis itu menggenggam erat helai rambut nya. Ia sudah tak mempedulikan tatapan aneh dari pejalan kaki di sekitar nya.

Belani terus berjalan sambil menyumpah serapahi orang-orang yang menolak nya sebagai pekerja. Karena tidak melihat sekitar nya Belani terjatuh karena di tabrak seseorang.

Braak

"Hey tuan!gunakan mata mu jika berjalan!" Teriak Belani yang sama sekali tidak di gubris oleh pemuda yang tadi manabrak nya dan bahkan pemuda itu pergi tanpa menolong nya.

"Nasib ku malang sekali" Belani membersih kan pakaian nya yang terkena debu tanah sambil meratapi nasib nya yang sial.

Namun pergerakan Belani terhenti ketika seorang pemuda mengulur kan tangan nya pada Belani.

Belani menerima uluran tangan itu lalu menatap pemuda yang menolong nya dan berterima kasih.

"Terima kasih, kau adalah manusia yang sangat baik dari sekian manusia yang ku temui di dunia ini" ujar Belani yang mengundang gelak tawa dari pemuda di depan nya itu.

Belani hanya menatap bingung pada manusia di depan nya ini.

"Apa yang kau tertawa kan?" tanya Belani dengan raut wajah bingung.

"Tidak apa-apa, hanya saja perkataan mu tadi sangat lucu" pemuda itu memberhentikan tawa nya lalu menatap Belani teliti.

Belani yang risih karena di tatap seperti itu membuka suara.

"Aku belum berniat untuk menikah, jadi jangan tatap aku seperti itu"

"Kau ini ada-ada saja" pemuda menggeleng kan kepala nya. Perkataan gadis di depan nya ini benar-benar konyol.

"Apakah kau ingin  berjalan-jalan bersama ku?" tanya pemuda itu yang membuat Belani memicing kan mata nya.

"Kau tak ingin menculik ku kan?" tanya nya curiga.

"Cobalah berpikir positif, aku hanya kesepian" jawab pemuda itu lalu merangkul bahu Belani. Menggeret gadis itu lalu berjalan santai.

Belani hanya pasrah. Ia sama sekali tak mengeluar kan perotes.

Yogyakarta 1889Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang