Menjalani hari menjadi pacar Lisa adalah hal yang menyenangkan bagi Jennie, dia jadi gampang tersenyum sampai orang-orang yang biasa julid kepadanya semakin memandangnya dengan tatapan tidak suka apalagi setelah Lisa selalu menggandengnya selama di sekolah. Kemanapun mereka pergi, mereka selalu bersama. Jennie merasa dimanja, disayangi dan diperhatikan oleh Lisa. Dia jadi mulai bertanya-tanya siapa yang justru paling diuntungkan dari hubungan ini, karena sungguh Jennie merasa dia diberi terlalu banyak. Perasaan menggebu-gebu yang awalnya tidak familiar di hatinya kini begitu membuat hatinya ringan. Selama ada Lisa, Jennie benar-benar merasa aman.
Semuanya berjalan dengan baik. Dia dan Lisa menjadi pasangan yang diperbincangkan banyak orang. Tapi yang Jennie paling pedulikan bukanlah tentang mereka yang jadi perhatian publik, namun bagaimana kebiasaan Lisa yang selalu membawanya duduk di rooftop saat jam istirahat. Bagaimana tangan mereka yang saling rekat begitu menghangatkan meski ia dan Lisa tidak saling bicara dan hanya menatap awan dalam bisu.
"Are you happy?" Tanya Lisa siang itu.
Jennie mengangguk.
"Are you that happy? Sampe dikasih es krim aja gak berhenti senyum dari tadi." Lisa kemudian mengusap sisa es krim vanila di bibir Jennie.
"Iya. Es krim nya enak." Jennie tersenyum sambil menyuapi Lisa. "Dan karena ditemenin sama kamu. Makanya, temenin aku terus biar aku happy."
Sambil menopang dagu, Lisa pun tertawa lalu mengusap kepala Jennie. "Emangnya aku mau kemana sih kalo enggak sama kamu?"
"Aku anggap itu janji. Oh ya aku jadi mikir ternyata kita gak pernah berantem selama kita pacaran. Atau karena kita pacarannya baru sebentar ya?"
"Emang kamu mau kita berantem?" Lisa terkekeh.
"Enggak gitu. Soalnya kamu baik banget ke aku, aku sampe bingung balesnya gimana."
"Aku gak minta balesan apa-apa, Sayang."
Bahkan hanya dengan Lisa memanggilnya seperti itu saja telah membuat degup jantungnya jadi lebih berisik.
Diperlakukan semanis itu membuat Jennie memberanikan diri untuk memberi satu kecupan di bibir Lisa lalu berjalan cepat sambil tersipu.
Lisa yang sedang mematung pun segera mengejar Jennie. "Mau kabur kemana kamu, kok ngasih cium cuma segitu aja?"
Saat Jennie berlari menuruni tangga untuk kembali ke kelas, ia berpapasan dengan salah seorang anggota OSIS yang sedang menelfon seseorang. "Ini dia anaknya, Jen lo kemana aja sih? Ini si Hanbin nyariin lo sampe gak berhenti nelfon gue mulu. Coba lo ngobrol sama dia." Teman Hanbin itu pun memberikan ponsel ke tangan Jennie.
Jennie sendiri jadi teringat bahwa benar dia sudah lama tidak bertukar kabar atau bicara dengan Hanbin setelah obrolan terakhir mereka tentang Lisa. "Halo? Ini Jennie."
"Lo segitu marahnya ya sama gue gara-gara Lisa? Gara-gara gue peduli sama lo?"
"Gue gak marah kok." Ya, mungkin dulu setelah Hanbin memintanya untuk menjauhi Lisa memang membuatnya marah tapi itu hanya berlangsung sebentar dan Jennie tak juga mau memperbesar masalah itu.
"Terus kenapa lo gak mau komunikasi sama gue?"
"Sorry, gue kira lo sibuk makanya gue gak hubungin duluan-"
"Lo cuma nyari alasan ya? Gimana bisa lo hubungi gue disaat lo aja masih blokir nomer gue."
Jennie tergelak. "Blokir? Blokir dari mana? Gue gak ada lakuin itu kok."
"Serius? Coba lo lihat hp lo."
Jennie pun merogoh sakunya untuk mengecek ponsel.
"Gimana? Keblokir gak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Better With You
Fanfiction[ON GOING] Jika seseorang bertanya, adakah di dunia ini manusia yang tak pantas merasakan bahagia? Jennie pasti akan menjawabnya : Ada. Aku lah pecundang itu. Pemikiran itu tumbuh setelah berhari-hari dirinya menjalani kehidupan remaja dengan diger...