Aku berjalan pulang menuju rumahku yang tak jauh dari sekolahan. Sekitar 10 menit aku berjalan aku sudah sampai di depan gerbang, kubuka pintu gerbang dengan perlahan sambil berjalan pelan. Pintu rumah terbuka lebar sambil disambut oleh beberapa maid dan butler yang bekerja di rumahku.
Mungkin kalian berpikir rumahku sangat besar, bukan ini bukan rumahku melainkan rumah orang tuaku. Daripada dibilang rumah bangunan ini lebih seperti mansion, karena bangunannya luas untuk membersihkannya saja butuh banyak orang, terkadang aku juga ikut membantu mereka bersih-bersih, sekadar menyapu atau mengelap perabotan. Sepulang sekolah aku langsung menaruh sepatuku di rak sepatu.
"Nona muda, sini saya bawakan tas anda." kata salah seorang maid.
"Biar saya saja." kataku.
"Tapi nona muda anda kan habis pulang sekolah."
"Tidak apa-apa."
"Baiklah nona."
Aku masuk ke dalam kamar, mengganti baju seragamku dan membaringkan tubuh di atas kasur. Aku memainkan handphoneku sambil melihat-lihat berbagai hal hingga mataku terasa sakit, aku memutuskan untuk tidur siang. Sore harinya aku terbangun dan segera membantu para maid yang sedang bekerja, aku mengambil sapu dan mulai membersihkan lantai.
"Nona muda, biar saya saja yang membersihkannya."
"Tidak apa-apa. Saya hanya membantu sedikit."
"Nona muda biarkan kami para maid dan butler yang menyelesaikan pekerjaan kami. Kalau tidak nanti tuan bisa marah."
"Kalau saya diajarkan untuk mandiri kenapa saya tidak boleh membersihkan ini sendiri?" kataku sambil tertawa pelan.
"Ah baiklah nona muda."
"Kalau begitu mari kita bereskan sama-sama agar cepat selesai." ajakku.
"Iya nona."
Aku dan para maid membersihkan rumah yang amat besar itu sementara para butler sibuk mempersiapkan makan malam. Menjelang malam aku mandi dan bersiap makan malam, disusul oleh kedua orang tuaku yang baru pulang dari tempat kerjanya.
"Selamat datang papa, mama." sambutku.
"Kami pulang." kata mereka.
Aku membantu membawakan tas papa dan mengajak mereka ke ruang makan. Orang tuaku mengajak salah satu pemuda berambut keunguan, berkacamata dan sangat tinggi. Aku melihatnya dan dia balas menatapku dengan tatapan dinginnya. Kami sekeluarga pun makan dengan tenang hingga kenyang. Saat aku sudah selesai dan ingin membawa piring itu ke dapur, papa memintaku untuk duduk sebentar.
"(Y/n) tunggu sebentar. Papa ingin bicara."
Aku mengangguk dan duduk.
"(Y/n), perkenalkan dia Karasuma Reiji. Mulai besok dia akan jadi butler di sini."
"Butler lagi? Kan sudah banyak."
"Butler yang waktu itu sudah keluar karena tak mampu melanjutkannya. Dia pulang kampung karena memilih bekerja di sana. Jadi posisinya diganti oleh Reiji." kata papa.
"Baiklah kalau begitu."
"Setidaknya perkenalkan dirimu padanya." kata mama.
"Namaku (Y/n), salam kenal." kataku sambil memberikan tangan untuk berjabat.
"Reiji karasuma." jawabnya sambil membalas jabat tanganku.
"Bagus. Nah sekarang istirahatlah Reiji kun. (Y/n), tolong antar dia ke kamar tamu di lantai 2."
"Iya mama."
Aku mengajaknya ke kamar tamu di lantai 2 untuk beristirahat. Di perjalanan aku sedikit bertanya tentangnya.
"Karasuma san, kalau boleh tahu kamu kelas berapa?"
"Kelas 3."
"Oh berarti sekelas denganku."
"Nona (Y/n) sendiri masih sekolah?"
"Iya."
Dia hanya mengangguk sambil membenarkan kacamatanya. Sesampainya di sana aku membukakan pintu kamar dan mempersilahkannya untuk masuk.
"Silahkan Karasuma san."
"Terima kasih, tapi tolong jangan panggil saya seperti itu. Panggil saja Reiji."
"Baiklah kalau kamu tidak keberatan. Selamat malam Reiji."
"Selamat malam juga nona (Y/n)."
Aku menutup pintunya dan berjalan ke arah kamarku. Aku berpikir memang sudah banyak pekerja yang bekerja di rumahku tetapi tetap aja papa membawa orang baru untuk menjadi butler atau maid, entah hanya bekerja sementara atau menjadi pekerja tetap. Untuk saat ini memang tidak ada yang mengeluh karena pekerjaan ini, fasilitas nyaman, makanan enak dan gaji besar membuat mereka lebih memilih untuk bekerja di sini. Kalau aku sendiri memang ingin mendapat pekerjaan yang enak juga, tapi yang namanya kerja tidak mungkin tak ada resiko dan masa sulit kan?
Aku pun juga penasaran dengannya apakah dia betah bekerja di sini atau hanya menjadi pengganti sementara.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Butler || Karasuma Reiji X Reader
Short StoryButler pendiam yang misterius, tatapannya kejam dan dingin namun sangat penurut dan setia pada majikannya. Melayani majikannya seperti hidupnya hanya untuknya. "Aku mengerti, karena itulah tugasku." Reiji. Project by: @AltaVega