"Aku.... hanya ingin lebih dekat denganmu."
Wajah Reiji hanya menampakan tatapan dingin, tanpa senyum sama sekali kemudian beranjak pergi meninggalkanku.
"Nona ingatlah, saya hanya seorang pelayan anda. Walaupun anda memiliki rasa cinta kepada saya sebesar apapun itu saya tak akan pernah bisa membalasnya."
"Kenapa?"
"Jika ada hubungan seperti itu diantara kita, orang diluar sana pasti akan berkata hal yang tidak-tidak. Apalagi nona dari keluarga yang terpandang jadi rasanya.... saya tak akan pantas menerimanya." katanya sambil bergumam diakhir kalimat.
Dia mengambil piring sisa makan siangnya tadi dan mencucinya. Aku merasa seperti orang yang benar-benar berharap akan cintanya, tapi apa sebenarnya yang kuinginkan? Benarkah cinta darinya atau hanya dekat saja? Ini semua sangat membingungkan untukku.
Aku memutuskan kembali ke kamar untuk tidur saja, entah kenapa hatiku rasanya agak sakit dan sesak. Bantal yang rasanya nyaman di kepalaku membuatku tertidur dengan lelapnya selagi aku pusing memikirkan hal tersebut.
Keesokan harinya, kami berdua pergi untuk berwisata ke tempat perkemahan di sekitar hutan. Semua orang sedang sibuk menyiapkan alat masakan dan beberapa peralatan yang lainnya, aku menghampiri beberapa orang yang sedang bersiap untuk memasak.
"Biar aku saja yang menyalakan koreknya."
"Ini silahkan (Y/n), hati-hati."
"Tenang saja." kataku sambil mengambil korek kayu tersebut, namun malah diambil langsung oleh Reiji. Dia menyalakannya dan kemudian memberikannya kepada mereka.
"Ini." katanya.
"Terima kasih Reiji."
Aku merasa kesal karena sifat Reiji yang bertingkah laku seenaknya itu ditambah lagi karena kejadian kemarin, aku memutuskan untuk pergi ke dalam hutan saja untuk menenangkan pikiranku yang kacau. Sampai di dalam sana aku berpikir untuk kembali saja, namun sepertinya aku tersesat.
Aku mencoba untuk menyusuri jalan yang sekiranya kulewati tadi, tapi tak satupun ada yang kuingat. Di tengah kepanikan itu tiba-tiba dari balik semak-semak muncul sosok Reiji yang sudah dipenuhi oleh dedaunan dan batang pohon kayu kecil di kepalanya.
"Reiji? Apa yang kau lakukan?"
"Seharusnya saya yang tanya, apa yang nona lakukan disini?"
"Aku tadi sedang jalan-jalan. Itu saja."
"Anda benar-benar merepotkan saya."
"Kau juga berlaku seenaknya saja." kataku agak emosi.
Saat kami berdua sedang berdebat, tiba-tiba ada ular besar yang sedang melingkar di batang pohon. Sepertinya ular itu akan jatuh mengenai kepala Reiji, aku dengan cepat mendorong badan Reiji dan mengajaknya berlari.
"Nona apa yang kau lakukan?"
"Diam saja dan cepat lari."
"Memang ada apa?"
"Ada ular besar yang mau jatuh ke kepalamu."
Reiji menghentikan langkah berlarinya sambil melepas tangannya dariku.
"Kenapa Reiji?"
"Maafkan aku nona, aku merepotkanmu. Bukan begitu?" katanya sambil menundukkan kepalanya.
"Haaaahh, Reiji..." aku mendekatinya sambil mencoba memeluknya untuk menenangkannya.
"Kau memang selalu berbuat seenaknya, tapi kau tetap butlerku yang kusayang."
Mendengar hal itu detak jantung Reiji menjadi dua kali lebih cepat dari biasanya.
"Nona, aku tak pantas untuk hal ini..."
"Kenapa?"
"Saya hanya seorang pelayan. Tak pantas jika menerima cinta dari seorang majikan."
"Lalu kenapa kau selalu menuruti kemauan papa?"
"Karena tuan adalah majikan saya."
"Kalau kubilang aku mau Reiji ke papa bagaimana? Apa kamu masih mau menolak?"
"Anda benar-benar egois ya nona muda." katanya sambil memegang tanganku kemudian berjalan keluar dari hutan tersebut.
Aku hanya tersenyum saja melihatnya, hatiku kini merasa agak baikan. Malam harinya saat hendak mau tidur, aku menemui Reiji di samping kolam yang memantulkan cahaya bulan yang sangat indah.
"Reiji."
"Nona."
"Kau belum tidur?"
"Aku tak bisa tidur."
"Kenapa?"
"Tidak ada apa-apa."
"Aku juga sama tak bisa tidur."
"Kenapa nona? Mau saya temani tidur?"
"Ih siapa nih? Ada orang mesum."
Reiji hanya tersenyum kemudian menarik tanganku dan memelukku dengan erat. Aku balas memeluknya dengan erat. Setelah pelukan tersebut dia masih saja tersenyum dengan manis.
"Reiji, aku takkan memaksamu menerima cintaku. Karena itu bukan sesuatu yang harus kau terima kan?"
"Ya nona, terima kasih karena telah mengerti aku."
"Nah, sekarang turuti semua perintahku karena sekarang kau adalah butlerku."
"Aku mengerti, karena itulah tugasku."
Reiji menekuk satu lututnya sambil mencium tangan kiriku, memperlihatkan kesetiaannya pada majikannya.
"Kalau begitu ayo kita kembali." kataku.
"Baik."
Namun tak berapa lama Reiji menghampiriku sambil memeluk dan mencium pipi kananku, aku terkejut atas perlakuannya yang seperti itu.
"Selamat malam nona mudaku yang cantik." katanya sambil mengusap wajahku dengan lembut dan berbisik, "Aishiteru yo, (Y/n) chan."
"Reiji..."
"Aku menerima cintamu."
"Jangan buat aku bingung dengan sifatmu itu dong." kataku sambil memukul pelan lengan Reiji sementara dia hanya tertawa.
"Aishiteru yo, Reiji kun."
The end.
-----------------------------------------------------------Konnichiwa minna, bagaimana dengan ceritanya? Bagus tidak? Saya harap kalian suka dengan ceritanya ya walaupun di sini Reijinya agak....... romantis? Ya kan emang cerita romance gimana sih authornya, ehe gomen.
Saya ucapkan arigato gozaimasu bagi yang sudah membaca dan vote cerita ini, saya harap kalian juga suka dengan cerita saya yang lain. Oke sore ja matta ne...
For my dearest readers, arigato gozaimasu 💐💐
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Butler || Karasuma Reiji X Reader
Historia CortaButler pendiam yang misterius, tatapannya kejam dan dingin namun sangat penurut dan setia pada majikannya. Melayani majikannya seperti hidupnya hanya untuknya. "Aku mengerti, karena itulah tugasku." Reiji. Project by: @AltaVega