Don't Be Afraid With Me

44 11 0
                                    

Hari berikutnya saat aku baru pulang sekolah, papa dan mama datang menghampiriku sambil membawa sebuah surat.

"(Y/n), nanti malam mau ada tamu di rumah kita."

"Malam ini?"

"Iya. Jadi kamu bisa kan main piano di ruang tamu? Untuk menjamu para tamu."

"Baiklah."

"Syukurlah, kalau begitu istirahatlah dan bersiap untuk nanti malam."

"Iya ma, pa."

Aku berjalan menuju kamarku, merebahkan badanku sambil menatap langit-langit kamarku. Aku memang selalu disuruh mama dan papa untuk bermain piano namun itu sudah lama sekali, sejak aku SMA aku bahkan tak pernah memainkannya apalagi menyentuhnya. Aku khawatir apakah aku bisa memainkannya dengan bagus atau tidak. Kemudian aku memutuskan untuk pergi ke ruang tamu dan membuka penutup piano yang sudah tampak berdebu itu, aku mencoba memainkannya namun yang aku ingat hanyalah nada yang mudah-mudah saja.

"Ahaha sepertinya aku sudah lupa memainkannya."

Reiji yang sedang sibuk bersih-bersih menghampiriku kemudian dia menekan piano tersebut sambil memainkan sebuah melodi yang terbilang cukup mudah namun sangat indah. Aku hanya melihatnya dengan kagum, setelahnya dia menatapku sambil tersenyum. "Apa kau bisa main piano nona?"

"Ya sedikit, aku sudah lama tidak main."

"Kalau begitu biar saya ajarkan. Hari ini saya akan jadi guru privat anda."

"Eh gak usah, lagipula melodi yang kumainkan sudah cukup untuk membuat semua orang senang."

"Benarkah? Apa yang akan orang pikirkan jika di usia anda masih memainkan melodi anak-anak seperti itu?"

"Haaah? kau meremehkanku ya?"

"Terserah nona saja, saya sudah menawarkan diri." katanya sambil duduk di sampingku kemudian memainkan piano tersebut.

Dia sangat jago dalam memainkan piano itu bahkan sampai dilihat oleh papa dan mama.

"Reiji, kamu jago sekali mainnya." kata mama.

"Kalau begitu bisakah kamu mengajarkan (Y/n) untuk memainkannya? Dia mungkin sudah lupa." kata papa.

"Aku masih ingat kok pa, cuma sedikit."

"Nah, daripada nanti gugup sebaiknya diajarkan oleh Reiji saja."

Reiji hanya melihatku sambil tersenyum puas sedangkan aku hanya mengalah saja. "Iya pa."

Lalu aku pun berada di ruang khusus belajar piano yang terdapat piano yang sangat besar disana, aku duduk kemudian mencoba memainkan sebisaku. Reiji hanya melihatku dengan tatapan dingin khasnya, aku memainkannya hingga selesai.

"Sudah."

"Kalau begitu kita coba melodi yang agak sulit."

Reiji meletakkan lembaran not piano yang sangat rumit itu di depanku.

"Yang benar saja?! Ini melodi yang belum pernah kupelajari."

"Maka dari itu saya akan mengajari anda."

Reiji segera duduk di sampingku sambil mengarahkan tanganku untuk menekan tuts nya, awalnya aku ragu namun dia memegang tanganku sambil berkata, "Kau pasti bisa.". Aku menghela nafasku sambil mencobanya walaupun banyak yang salah namun Reiji mengajarkanku dengan sabar.
Sekitar 2 jam aku sudah menguasai sedikit, "Reiji aku sudah bisa."

"Baiklah kalau sudah bisa, kita ulangi dari awal."

"Hee kenapa dari awal?"

"Mana ada orang yang memainkan melodinya dari tengah-tengah?"

"Ada."

"Kau melanjutkan apa kalau begitu?"

Walaupun aku sedikit kesal tapi tetap saja aku mengikuti perintahnya, kadang aku berpikir siapa yang majikan siapa yang babu.

                               OOO

Malam hari pun tiba, tamu yang dimaksud mama dan papa pun datang. Seorang pria dengan seorang anak berambut bob berwarna Lilac, mereka berdua kemudian duduk sambil berbincang-bincang. Aku keluar sambil menyambut mereka.

"Selamat malam tuan Ujigawa dan tuan muda Ujigawa."

Aku mulai memainkan piano dengan melodi yang sudah kupelajari bersama Reiji tadi siang, saat aku memainkannya tiba-tiba saja jariku terpeleset sehingga menyebabkan suara aneh keluar dari piano tersebut.

"Eh." aku terkejut namun dengan cepat aku melanjutkan hingga selesai. Setelahnya aku pamit dari sana dan segera masuk ke kamarku.

"Hah, apa yang kulakukan tadi?" kataku sambil memegang kepalaku yang sama sekali tak pusing.

Tok tok

Bunyi pintu diketuk, aku membukanya dan menampakkan seseorang berambut bob lilac tengah melihatku sambil tersenyum.

"Anda tuan muda Ujigawa?"

"Ya benar, aku kesini mau bilang sesuatu."

"Bilang apa?"

"Hmmmm..... permainan pianomu..."

"Ah maafkan saya, itu kesalahan saya."

"Ahaha wajahmu menyesal sekali ya? Padahal aku tidak menyalahkanmu."

"Hah?"

"Maaf ya sudah mengganggumu, selamat tidur nona (Y/n)." katanya sambil pergi.

Aku merasa kebingungan akan tingkahnya, tak lama Reiji menghampiriku sambil bertanya, "Apa ada masalah nona?"

"Tidak ada Reiji."

"Kalau begitu cepat tidurlah, tuan menyuruhmu untuk tidur cepat."

"Aku tahu, tidak perlu diperintahkan seperti itu aku juga akan tidur."

Reiji tiba-tiba memeluk tubuhku, aku yang kaget langsung mendorong tubuhnya, "Ah maafkan aku."

"Nona, aku tidak akan menyakitimu. Jika ada orang yang berani mengganggumu maka dia harus berurusan denganku. Jadi, kumohon jangan takut denganku."

Dia mendekatiku kemudian berbisik di telingaku, "Selamat tidur." lalu pergi sambil tersenyum ke arahku. Aku hanya terpaku dengan sifatnya itu kemudian aku memutuskan untuk tidur saja.

                                OOO

Pagi hari saat aku berangkat sekolah, aku masih mencerna sifat Reiji yang seperti itu. Bisa-bisanya dia bersikap seperti itu kepada majikannya. Aku tahu dia seumuran denganku tapi bukan berarti dia bebas memperlakukanku layaknya anak kecil.

Terlebih lagi dia sekarang berada disampingku, kenapa papa malah menyekolahkan dia denganku... rasanya aku mau menangis menerima kenyataan ini.

"Hei Reiji."

"Ada apa?"

"Kenapa kau selalu menuruti permintaan papa?"

"Karena saya hanya seorang pelayan dan itu sudah tugas saya."

"Tapi kau selalu memerintahkanku. Ingat aku ini majikanmu."

"Tapi saya senang saat anda menuruti perintah saya."

"Apa katamu?"

Reiji hanya tersenyum sambil meninggalkanku begitu saja, membuatku harus mengejarnya, "Hei tunggu. Ini perintah dari nona (Y/n)!"

"Coba saja nona manisku."
                                

My Lovely Butler || Karasuma Reiji X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang