Bab 3 - Di balik kamar

953 130 11
                                    

Warning ⚠️⚠️

Mengandung sedikit kata-kata yang "vulgar" dimohon untuk berhati-hati dalam memahami isi cerita.

Untuk kalian yang masih di bawah umur, diharapkan meninggalkan lapak ini demi kenyamanan bersama.






Selamat membaca~







Beberapa kamar yang mereka miliki seperti tengah menyembunyikan troll raksasa yang indra penciumanya sangat tajam. Saat hidungnya bersinggungan dengan aroma manusia maka mata zamrudnya yang redup terbelalak lebar seolah bangun dari tidur panjangnya.

Dominasi warna merah dengan cahaya lilin tersusun acak di setiap ruangan tidur milik ibunya memancarkan suasana baru, seperti kembali pada zaman romawi kuno. Rowena percaya bahwa kamar sang ibunda menyimpan banyak teka-teki rahasia dengan segudang portal yang dapat membawanya ke dunia lain.

Selarik cahaya remang menari di atas langit kamar, sepertinya setiap ibundanya meninggalkan kamar miliknya benda-benda ini dapat bangun dan bermain mengikuti remang cahaya.

Kaki jenjang milik Rowena mengendap-endap menuju sebuah lemari besar yang sudah berbisik ribut menyuruh gadis itu untuk membukanya. Sekilas almari setinggi dua kaki orang dewasa ini terlihat kesepian, jarang di jamah oleh pemiliknya. Terbukti dengan bau apek dan menjadi tempat persembunyian debu pada sela ukiranya.

Gadis itu membuka gemboknya, menarik pelan gagang yang sudah karatan. Tak terbendung berapa jumlahnya, penghuni bau-bauan yang terkurung dalam almari besar ini menyeruak keluar membebaskan dirinya dari masa-masanya yang gelap. Rowena terbatuk, tanganya ia angkat guna menutupi hidung bangirnya.

Netranya menyipit ketika ada sebuah kilauan yang menarik perhatianya dari remang-remang dalam lemari. Dia menenggok kebelakang sebelum merengut benda itu keluar. Kotak yang terbuat dari cangkang kerang berwarna sedikit keemasan dilapisi dengan butiran pasir kasar pada sisi luarnya dan berat di tangan Rowena.

Gadis itu terdiam sejenak saat penemuanya yang tak terduga di kamar beraroma bungga lily ini. Jemari Rowena perlahan merayap mengeksplorasi kotak antik ini. Ia jadi membayangkan dirinya bermain peran sebagai seorang ratu yang tengah melakukan ritual memanggil roh-roh nenek moyang mereka dengan satu usapan mantera.

Kotak itu terbuka, terdapat berlembar kartu dengan gambaran yang sangat aneh. Seperti kekuatan magis tengah bersemayam pada kertas tebal yang di beri label pada setiap kartunya. Gambar singgasana berdarah yang ia pegang, menarik perhatianya. Kartu itu berbeda dengan yang lainya, karena selain ilustrasinya yang seram juga terdapat bekas noda darah di sudut lengkungan kartu.

Rowena mendekatkan hidungnya, menghirup aroma dari kartu yang dipengangya. Bau anyir ditimbun dengan parfum yang tak asing baginya, bercampur menjadi satu. Gadis itu berulang kali mengernyit saat indera pembauanya mencoba untuk mempertajam tarikan energinya. Sesuatu yang aneh mengelitikinya.

Bulu kuduknya tiba-tiba meremang, seperti ada sebuah mata yang mengawasi pegerakanya saat ini. Ia merasakan ada sebuah tangan melingkari pingangnya, dengan daging yang tak bertulang menyapu tengkuknya dengan sensual.

Menyesap kuat dan meninggalkan bekas merah yang sangat kentara. Dengan Rowena susah payah mengatur deru nafasnya yang kian memberat. Rasa aneh yang pertama kali ia rasakan, namun membekas semakin nikmat.

Gadis itu perlahan memutar tubuhnya, ia ingin melihat rupa yang membuat dirinya dihantam rasa yang baru. Pergerakanya sangat halus, Rowena mengintip dari ekor matanya, kosong tidak ada siapapun selain dirinya sendiri. Ia fokuskan penuh manik matanya, namun lagi-lagi ia tak menemukan siapapun. Seketika suasana menjadi horor.

ROWENA 👑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang