Bab 6 - Lie

659 89 21
                                    

Hii, ada yang masih menunggu kelanjutan dari cerita ini?
Hihihi kayaknya book ini sudah berdebu sekali ya, udah lama aku nggak update hehehe.

Oke, daripada berlama-lama. Herr we go 💪🏻

WARNING ⚠️

Bacaan ini tidak diperuntukkan bagi readers yang berusia di bawah 17 tahun. Mohon bijak dalam menyikapi cerita ini.

Selamat membaca~

Renjun terperangah ketika mendapati Jeno yang berdiri bak patung penjaga dengan pandangan lurus mengarah padanya. Wajah pria itu sangat kusut sehingga lalat pun enggan untuk mampir di pucuk hidung bangirnya. Susah payah Renjun meneguk ludahnya kasar, menapaki setiap tangga pintu utama terasa sangat panjang baginya.

Ia sedikit menundukkan pandanganya, netra rubahnya, enggan jika bersitatap dengan mata nyalang sang suami. Berharap jika Jeno tidak akan mencerca berbagai rentetan pertanyaan nantinya. Renjun lihat bagaimana rupa menawan sang suami yang baru ia sadari akhir-akhir ini. Entah,sepertinya ia tengah di sulap oleh daya pemikat wajah berahang tegas bak seorang dewa yunani.

Cukup Renjun akui jika suaminya ini memanglah tampan.Tubuh pria munggil itu sedikit membungkuk dengan sedikit senyum yang ia paksakan. Bahkan jemari rapingnya ia kumpulkan menjadi satu membentuk silang diantara jarak dada dan perut bawahnya.

''Ada apa hingga membuatmu jauh kemari untuk menyambutku, tuan'' Renjun menghaluskan ucapanya, ia masih tahu bagaimana ia bersikap dengan suaminya sendiri.

Jeno sedikit maju, ia labuhkan sebuah kecupan singkat sambutanya, menarik pelan dagu si submissive. Ia sangat suka memandangi paras rupawan milik Renjun, sungguh seperti lukisan yang keluar dari tempatnya. Kedua manik berbeda warna saling menatap, ada sebuah pesan yang saling mereka utarakan walau dalam diam.

''Tidak, aku hanya ingin menyambut istriku dari berkelananya apa itu salah?'' Sepertinya Jeno memang sengaja memancing ekspresi wajah Renjun dan alasan apa yang akan ia dengar nantinya. Jelas pasti istrinya itu tidak akan semudah anak kecil yang berbicara jujur, ia rela menjadi pinokio dengan hidung kian memanjang akibat setumpuk kebohongan yang ia ciptakan.

''Seperti dugaanku, kau memang sangat perhatian. Tidak salah jika kau dikagumi banyak orang karena perhatianmu, Jeno'' Renjun menepuk pelan dada bidang yang selalu mendekapnya di tengah dinginya malam, dan menginjakan satu anak tangga lagi karena ia ingin segera merebahkan tubuhnya pada kasur empuknya.

Sesuai dugaan, memang Renjun sedang menyimpan setumpuk kebohongan dalam mulut munggilnya, bagaimana ia lekas meninggalkan ruang obrolan yang sengaja Jeno ciptakan hanya untuk menggali setumpuk perkamen hasil perjalanan panjang sang istri, membuka gulunganya lebar-lebar membacanya dengan lantang. Namun justru penolakan secara tidak sengaja ini sedikit menoreh rasa kecewa di hati sang tuan, pada dasarnya memang pria munggil itu akan menyembunyikan bangkai perkamen dengan rapat, menutupnya melalui mulut manisnya.

''Kau tidak kasihan meninggalkan suamimu sendirian di sini ?'' Langkah si submissive terhenti, wajahnya berubah meninggalkan bekas kerutan yang sangat dalam.

Namun ia Renjun, pria dengan sejuta topeng yang dapat mengganti bentuk sesuai dengan keinginanya. Merubah garis bibirnya menjadi lengkungan sempurna, menampilkan senyuman lebar.

Ia berbalik, ''Tentu saja tidak'' Setipis kesabaran ia coba rentangkan panjang, ah sepertinya pulau kasurnya harus ia tunda kunjunganya.

''Jika kamu ingin, mengapa tidak mengikutiku ?'' Lanjutnya masih dengan intonasi yang sama.

Jeno menyungingkan seringaian, ia mendorong punggung Renjun dan membawa pria itu meneruskan langkahnya yang sempat terhenti, berbelok menuju lorong panjang yang berhawa lembab. Warna cokelat keemasan pada pilarnya melengkung membentuk sebuah kanopi seolah menyambut tuan rumah dengan batu beton gagahnya dan lampu gantung warna kuning sebagai petunjuk arah berjajar rapi.

ROWENA 👑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang