Perkenalkan nama aku Dirgantara Pangestu yang bisa di pangil dengan Dirga, aku lahir di Manado 14 September 2000 di lahirkan dari keluarga yang cukup lengkap, di umur 6 tahun ibu aku memutuskan untuk berpisah, aku ikut sama ibu ke Jakarta di sana lah aku di rawat dibesarkan oleh dia.
di umur 12 tahun ibu memutuskan menikah lagi di Jakarta. Suami ibu aku selalu baik, dia tahu apa isi hati anak angkatnya ini, meskipun dia hanya ayah tiri, tetapi aku selalu merindukan sosoknya yang seperti dahulu, yang selalu perhatian kepadaku. Dia bagaikan ayah terbaik ke dua di semesta ini, dia selalu tahu apa yang aku mau. Mereka berdua lah yang merawat sampai sekarang ini.
Krink... Krink... Krink... (Bell Masuk)
"Cepat, cepat masuk sudah mau upacara" Teriak penjaga sekolah dari kejahuan.
Aku pun berlari secepat kilat dari parkiran menuju ke lapangan upacara. Sesampainya di muka sekolah, sudah mau melangkah masuk ke dalam sekolah nih eh ternyata...
"Hey kamu! Sini tidak lama" Teriak penjaga sekolah dengan gestur menunjuk.
"Waduh masalah lagi nih" Kata dalam hati aku.
"Iya Pak? mengapa?" Sahut aku yang sedanggugup.
"Kamu tahu ngak ini jam berapa?" Di tanyabalik penjaga sekolah dengan memegang sehelai ranting pohon.
"Ini kan masih jam 07:00 pak, kan masih pagi" Jawab aku dengan sesantai-santainya orang yang lagi gugup.
"Kamu melawan peraturan! Kamu tahu ngak peraturan di sini apa!" Bentak penjaga sekolah itu.
"Tahu Pak!" Balas aku dengan bentakan pelan dan masih dengan kegugupan yang makin lama makin gugup.
"Kalau kamu tahu, sebutkan 5 saja peraturan di sini!" Sambung penjaga sekolah.
"Hmm? Ngak tahu Pak, heheheh" Sambil mengusap kepala karena lupa dengan peraturannya.
"Malah tertawa, kamu saya hukum selama istirahat pertama mau?!" Dia pun memukul memakai sehelai ranting pohon itu, tetapi ngak berasa sama sekali.
"Aww, jangan dong Pak".
"Kamu melawan saya? Angkat kaki satu kamu, pegang dua telingakamu jangan bergerak sama sekali, saya lihat kamu dari pos".
"Yah Pak, jangan lah Pak" Aku hanya terus memohon ke penjaga sekolahnya supaya luluh hatinya.
"Kamu dengar yang tadi atau saya beri hukuman lebih berat dari yang tadi?!" Dengan muka seramnya dia bilang gitu.
"Jangan Pak, yang tadi aja".
"Lakukan sekarang!".
"Oke siap Lakukan Pak!" Aku pun hanya pasrah saja apa yang di bilang penjaga sekolah daripada kena yang lebih berat.
Dua setengah jam menunggu di muka pagar dengan di temani oleh penjaga yang melihat dari pos nya, serasa menjadi peserta lomba yang selalu di awasi panitia, siap selalu kalau ada lalat, kalau gerak sedikit di diskualifikasi.
Akhirnya upacara selesai, aku menghampiri penjaga sekolah yang ada di posnya.
"Pak, sudah selesai nih upacara nya" Aku menghampiri penjaga terebut.
"Ya sudah lain kali jangan terlambat, berikutnya kalau kamu terlambat kamu akan mendapat hukuman yang lebih dari tadi, mengerti?".
"Siap 86 Pak!!".
"Lekas masuk sana" Sambil menunjuk arah kelas-kelas sekolah.
Aku pun masuk ke sekolah baru ini, pas sudah masuk aku kebinggungan mana kelas yang mau aku masukkin, untung saja ada siswa juga yang sama kelasnya, kata dia kelas nya ada di ipa kelas yang isinya anak-anak berprestasi, aku ngak terlalu berprestasi sih tapi gimana lagi sudah di pilih di kelas ini. Aku pun masuk dan duduk di paling belakang, selayaknya anak laki-laki yang selalu mau duduk di paling belakang supaya tidak selalu di panggil guru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bentang Tulus (Unfinished)
Teen FictionAkhir-akhir ini aku baru sadar bahwa ternyata yang aku cari adalah tenang, sudah tidak mau lagi masuk ke perkara-perkara yang rumit, sudah tidak tertarik lagi sama drama-drama hidup yang gak jelas, cukup nyaman jadi sederhana tanpa banyak pura-pura...