The Gold

5 0 0
                                    

Ye Sung mengerjap-erjapkan matanya yang disilaukan oleh cahaya yang berpendar di sekitarnya. Suara pagi mulai menyapanya bersama mentari yang berusaha kuat menembus rapatnya pepohonan di hutan itu. Ye Sung beringsut bangkit, menatap ke sekelilingnya.

"Ah? Aku tertidur disini?" gumamnya ketika melihat kuburan Nathan. Ia memicingkan matanya, lalu bangkit. Ia mengambil napas panjang berkali-kali, sementara otaknya mulai mengingat apa yang ia mimpikan tadi malam.

'Ye Sung, kau di mana?'

Telinga Ye Sung seperti berdengung. Suara Dave tampak terdengar jelas dalam telepatinya. Ye Sung tak membalasnya, ia menatap kuburan Nathan sekali lagi lalu beranjak. Ia akan menuju sungaiuntuk membasahi tenggorokkannya yang terasa kering. Namun tiba-tiba ia teringat Ryeon Woo.

'Kak, bagaimana Ryeon Woo?'

Dengan segera ia mengirim telepati pada Dave. Sebenarnya ia yakin kalau gadis itu baik-baik saja, mengingat ia memimpikannya semalam. Ada perasaan tak terbayangkan dalam hatinya. Ia senang. Sangat senang malah. Ia berharap mimpinya semalam bukanlah sekadar mimpi.

"Alicia?" Ye Sung menatap gadis yang menghadangnya tiba-tiba. Gadis itu hanya tersenyum pada Ye Sung. "Apa yang sudah kau lakukan?" tanya Ye Sung to the point begitu melihat isi pikiran gadis itu tanpa sengaja. Terlihat gambaran danau Achauntez di sana.

"Hanya sedikit bersenang-senang–"

"ITU BERBAHAYA! Kau bisa dibunuh oleh siren yangada di sana!" bentak Ye Sung, kesal. Hal itu membuat Alicia sedikit menegang. Baru kali ini ia dibentak oleh Ye Sung.

"Ratu penyihir dan putri vampir menyerang kemarin. Kak Nathan tewas! Ryeon Woo sekarat! Dan kau... kau bermain di wilayah kekuasaan penyihir itu? Kau bisa terbunuh!"

Alicia menegang seutuhnya. Ada nada kekhawatiran yang tertangkap dalam suara Ye Sung. Gadis itu mulai menerka-nerka... apakah Ye Sung mengkhawatirkannya? Ada perasaan senang membuncah dalam dadanya, namun sedapat mungkin ia menahan dirinya untuk tetap tenang, tidak sembrono memeluk pria tampan di hadapannya itu. Namun, ia kemudian tersentak ketika Ye Sung menyebut satu nama.

"Nathan... te-tewas?" tanya Alicia meyakinkan pendengarannya. Ye Sung menatapnya dengan kesal, tak menjawab dan langsung meninggalkan gadis itu sendirian. Alicia mematung. Siren yang dikunjunginya malam kemarin bahkan belum menunjukkan tanda-tanda kebangkitan, tapi Ryeon Woo sudah sekarat.

Seulas senyum tiba-tiba tercipta di wajahnya. Alicia berbalik menatap arah kepergian Ye Sung yang kini bahkan tidak beranjak. Gadis itu merasakan gelombang kesenangan yang begitu besar menyelimuti hatinya.

Nathan tewas. Ia bersyukur mengingat pria itu hampir menunjuknya sebagai reigga. Ya. Alicia tahu betul jika Nathan mencintainya. Selalu memberika perhatian diam-diam padanya. Selalu muncul saat dia kesulitan. Namun sayang. Tak sedikitpun Alicia merasakan cinta pada putra raja nomor dua itu. Baginya, Nathan hanya pria kasar yang kejam.

Mendengar berita bahwa Nathan tewas, Alicia merasa satu penghalanhnya menuju Jeremy sedikit terbuka.

Lalu... Ryeon Woo sekarat?

Alicia terkikik. Ia merasa senang sekali. Alicia benar-benar menyangka bahwa ini berkat apa yang ia lakukan semalam terhadap siren itu.

"Siren itu memang hebat. Aku tak sabar menunggu kebangkitannya," gumam Alicia sambil tersenum sinis.

"Alicia..."

Sebuah suara membuyarkan lamunan gadis itu. Ia mendongak ke arah tenggara. Dan di sana seorang pria yang tak asing baginya, berdiri sambil tersenyum.

blood moonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang