Epiloge

10 0 0
                                    

Valleldafa, 5 years later

"Jeremy!"

Seorang wanita dengan gaun hitam berbahan satin berteriak di puncak tangga. Wajah mendelik kesal pada orang yang di sebut namanya.

"AYAH! IBU BERTERIAK PADAKU!!!"

Sesosok pria jangkung dengan kulit seputih porselen lalu menghampiri sosok yang baru saja mengadu padanya. Ia menepuk kepala mungil putra semata wayangnya itu.

"Jeremy.. dengarkan ayah. Kita akan pergi berburu hari ini. Kau tidak mau ikut?" tanya pria tampan itu pada si kecil.

"Dave! Lebih baik kita tinggalkan saja dia!" ancam si wanita sambil menarik lengan si pria jangkung yang berjokngkok di depan putranya itu.

"Ryeon Woo-"

"IBU JAHAAAAAATTTTT!!! KAKEEEEKKKKK!!!!!"

Seisi istana gempar oleh tangisan bocah kecil itu. Jeremius Brone Wolfbared. Putra semata wayang Dave dengan Ryeon Woo. Ia sudah mendapat gigitan pertama dari ibunya di usia 2 tahun. Dan sekarang, di usia 4 tahunnya, Jeremy -begitu panggilannya- harus sudah mulai berburu.

"Jeremy... kenapa kau cengeng sekali? Dave! Aku salah menamainya Jeremy! Seharusnya kunamai SI CENGENG!"omel Ryeon Woo frustasi. Dave hanya tertawa menanggapi keluhan istrinya itu. Tapi bagaimana pun juga, Dave tidak menyesal menamai putra pertamanya dengan nama serigala sang adik yang rela memberikan nyawa untuk menyelamatkannya.

"Jeremy... kemarilah. Ayah akan menceritakan tentang dua pamanmu yang hebat. Paman Nathan dan paman Yesung... Kau mau?" tawar dave pada anaknya.

Ryeon Woo mendesah pasrah seraya bergumam, "Kau urus dia. Aku akan menyiapkan diri untuk berburu."

Dave mengangguk seraya meraih Jeremy dalam pelukannya. Dan tampak Jeremy kecil memang lebih nyaman dengan ayahnya, Dave.

"Ceritakan tentang Daerheinlocca, Ayah! Apa benar ibu memilikinya?" tanya Jeremy dengan polos. Dave menggendong putra kecilnya melintasi ruangan dan duduk di atas singgasana yang kini telah menjadi miliknya.

"Baik. Dengarkan ayah baik-baik, ya?"

****

Matahari senja menari bersama gemintang yang masih malu-malu menampakkan diri di langit. Semilir angin berhembus syahdu, mengantarkan kesejukan dalam keremangan hutan Blackwood.

Di tepi sungai Andez Ryeon Woo menebarkan beberapa kuntum bunga ke aliran air.

"Yesung... apa kabar? Aku merindukanmu."

Mata biru safir gadis itu mulai tergenang oleh selaput bening yang perlahan mulai menetes ke pipinya.

Kau melindungiku sampai akhir. Berkatmu, Daerheinlocca tetap aman bersamaku. Nanti, jika sudah tiba saatnya Jeremy kecil akan mewarisinya. Jika saat itu tiba... maukah kau membimbingnya dari sana?"

Ryeon Woo menutupi wajahnya dengan dua bilah tangannya. Lima tahun lalu Jeremy mengorbankan nyawanya saat tubuh astral Yaricha menyerangnya tiba b- tiba. Menyelamatkan jiwa Dave dan juga dirinya. Keseimbangan kembali tercipta di Valleldafa berkat kalahnya Yaricha dan para pemburu Daerheinlocca lainnya. Apa yang dulu sempat hilang karena sihir penyihir jahat itu, kini kembali seperti sedia kala. "Nona Braune... saya juga akan turut melindungi generasi pembawa Daerheinlocca selanjutnya," sebuah suara muncul dari dalam sungai. Ryeon Woo membuka matanya dan mendapati sesosok putri duyung berenang di tempat sambil tersenyum.

"Terima kasih Yuan"

Ya. Termasuk Yuan Cavendish. Setelah membunuh suaminya sendiri di luar alam sadarnya, kalung mutiara yang dulu dibawa Casey mengubahnya menjadi putri duyung bersamaan hilangnya sihir jahat Yaricha. Ia tidak lagi menjadi Siren.

Valleldafa kembali perlahan menata kehidupannya menjadi lebih baik.

- THE END -

blood moonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang