2. Holding Hands

523 66 0
                                    

Pagi ini Lalisa kecil melihat dari jendela kamarnya ada banyak truk di depan rumah Sehun. Dan Lalisa kecil melihat Sehun dan seorang laki-laki dewasa di sana. Tanpa pikir panjang lagi Lalisa kecil menghampiri Sehun.

"Hi Sehun!" sapaan dari Lalisa membuat sang empunya nama terkejut.

"Sehun, siapa dia?" laki-laki dewasa itu bertanya.

"Aku tetangga Sehun, rumahku di depan rumahnya." Lalisa yang menjawab padahal yang ditanya adalah Sehun.

"Aku adalah Ayahnya," kata laki-laki dewasa itu dengan nada bicara tak ramah, sepertinya laki-laki dewasa itu tak menyukai Lalisa.

"Pantas saja kalian berdua terlihat mirip."

"Tapi kalau soal tampan kau kalah Paman, anakmu lebih tampan." Lanjut Lalisa.

"Kau mau apa kesini?" Ayah Sehun bertanya dan mengabaikan pujian Lalisa untuk anaknya itu, Sehun pun sama halnya.

"Aku ingin membantu Sehun," jawab Lalisa diakhiri dengan sebuah senyuman.

"Tidakkah kau butuh bantuan?" lanjut Lalisa kali ini bertanya dengan Sehun.

"Tidak-tidak. Kembalilah kerumah, mungkin orangtua mu sedang mencari mu," bukan Sehun yang menjawab melainkan Ayahnya.

"Ayahku tahu aku di sini, dia bilang tidak apa." Jawab Lalisa.

"Di rumah ini ada 4 orang, itu sudah cukup. Kami tidak butuh tambahan orang lagi untuk membantu," ucap Ayah Sehun.

"Jika Paman menambahkan satu orang lagi maka akan cepat selesai. Aku tidak keberatan," kata Lalisa.

"Aku akan mengangkat ini!" ucap Lalisa kecil lalu berniat meraih kardus yang ada di depannya. Namun langsung ditahan oleh Ayah Sehun.

"Sehun bukan kah sudah waktunya membantu Ibumu? Cepat temui dia!" perintah Ayah Sehun. Sehun yang mendengar itu merasa bingung. Namun sang Ayah langsung memberi kode mata, untungnya Sehun langsung mengerti dan pergi.

Lalisa yang melihat Sehun pergi itu mengikuti Sehun. Tidak ada yang bisa menghentikan Lalisa. Sehun rasanya ingin sekali bilang menjauhlah, tapi anehnya tak bisa.

Jarak mereka berlari sangat dekat membuat Lalisa meraih tangan Sehun untuk menahannya. Reflek Sehun mengambil tangan Lisa dan kini posisi terbalik, Sehun yang memegang tangan Lisa.

Tepat saat itu juga Ibu Sehun muncul dari dalam rumah. Ibunya melihat Sehun memegang tangan seorang gadis membuat wanita itu tertawa geli, ini pertama kalinya wanita itu melihat anaknya melakukan hal paling berani ketika berusia 7 tahun.

Sehun kecil yang merasa malu itupun langsung berlari menuju Ibunya dan bersembunyi dibalik punggungnya.

Sedangkan Lalisa, gadis itu tertawa melihat pipi dan telinga Sehun memerah. Sehun kecil merasa malu dengan Ibunya.

Sejak saat itu Sehun memutuskan untuk menjauhi Lalisa, gadis itu terlalu berani, keras kepala, egois dan Sehun benci itu.

•|°|•

Lalisa terus mengikuti Sehun, kemanapun itu. Bahkan saat Sehun ke toilet, Lalisa menunggu sampai laki-laki itu keluar.

Semua orang yang ada di kampus tidak heran lagi dengan itu, mereka sudah tahu betapa terobsesinya Lalisa dengan Sehun.

"Lalisa berhentilah mengikuti ku!" tegas Sehun.

"Kenapa? Terserah aku mau mengikuti mu atau tidak, aku yang punya kaki, kau tidak bisa melarang ku!" tolak Lalisa mentah-mentah.

"Ah sudahlah kenapa aku mengatakan itu, kau pasti tidak ingin mengerti," ucap Sehun dengan kesal.

"Jika sudah tahu begitu kenapa tetap mengatakannya," gumam Lisa.

"Sungguh kau adalah gadis paling keras kepala yang pernah aku temui."

"Aku begitu karena mu Sehun, jika tidak begitu aku tak akan bisa dekat denganmu," tutur Lalisa.

Sehun menghela nafas dengan kasar, berbicara dengan Lalisa membuat emosi Sehun sangat terkuras. Lalisa selalu bisa membalas ucapannya, gadis itu tak pernah kehabisan kata-kata.

•|°|•

Kini Sehun sedang makan di kantin dengan Lalisa di depannya. "Sehun kenapa kau hanya mengaduk-aduk makanan mu, kau sedang sakit?" tanya Lalisa.

"Tidak." Jawab Sehun sedingin mungkin.

"Kalau begitu makanlah!"

"Berhentilah berbicara Lalisa!" pinta Sehun.

"Makanlah Sehun!" pinta Lalisa.

"Berhentilah berbicara dan makan saja makanan mu, jangan hiraukan aku!" perintah Sehun.

"Baiklah karena kau yang memintanya aku akan menurutinya," ucap Lalisa sambil tersenyum kesenangan.

"Aku sangat senang siang ini, Sehun memperdulikan ku, buktinya dia meminta ku untuk menghabiskan makanan ku," gumam Lalisa pelan, tapi masih bisa Sehun dengar dengan sangat jelas.

Rasanya Sehun ingin sekali berteriak pada gadis di depannya untuk tidak terlalu percaya diri dan berhalusinasi. Tapi Sehun sudah tahu pasti bahwa dirinya akan menghabiskan energi saja, karena gadis di depannya sangat keras kepala dan selalu bertingkah semaunya.

Alasan sebenarnya Sehun tidak makan karena dirinya sedang tidak nafsu. Otaknya terus bekerja, memikirkan bagaimana caranya lagi agar Lalisa berhenti mengganggu ketenangan hidupnya. Rasanya jika tidak segera dihentikan Sehun bisa gila dibuat Lalisa.

Sudah banyak sekali rencana yang Sehun lakukan tapi selalu gagal. Contohnya, sewaktu Sehun duduk di sekolah menengah pertama, Sehun pernah berpacaran dengan gadis yang sangat Lalisa benci. Awalnya rencana Sehun itu berhasil membuat Lalisa kesal dan menjauhi Sehun dalam beberapa hari, tetapi tiba-tiba saja gadis yang Sehun pacari itu tahu rencana Sehun, gadis itu sulit menerimanya dan memutuskan Sehun.

Dan memalukannya, Lalisa melihat detik-detik Sehun diputusi dan ditampar karena gadis itu merasa dimanfaatkan, gadis itu sulit menerima alasan Sehun memacarinya, terlebih itu berhubungan dengan Lalisa, gadis yang ia benci.

Setelah kejadian itu Lalisa kembali mengusik Sehun. Jika Sehun dekat dengan seorang gadis, Lalisa tidak peduli dan menganggap itu adalah salah satu bagian dari rencana Sehun agar Lalisa menjauh.

•|°|•

To be continued...

OUSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang