•|Happy reading|•
Hari ini Sehun datang ke kampusnya lebih cepat dari biasanya, dikarenakan Sehun ingin menghindari Lalisa, gadis yang sangat terobsesi dengannya.
Tapi saat Sehun masuk ke kelas, ia sudah mendapati Lalisa yang berlari kearahnya dan memeluknya.
"Lalisa lepaskan, pelukanmu membuatku sesak!" protes Sehun dan berusaha menjauhkan tangan Lalisa dari tubuhnya. Namun tangan Lalisa terlalu kuat memeluk Sehun.
"Sehun kau mengikuti ku datang lebih awal?" ucap Lisa dengan senyum merekahnya.
"Jangan terlalu percaya diri Lalisa! Aku datang cepat karena aku ingin menghindari mu, tapi kau malah? Ah sudahlah kau tak akan bisa mengerti!" ucap Sehun dengan frustasi.
Sedangkan Lalisa, gadis itu malah menatap Sehun sambil tersenyum. Sungguh Sehun takut dengan gadis yang ada di depannya itu.
"Menjauhlah Lalisa! Aku ingin duduk, kau tidak malu semua orang di kelas melihat kita?" Sehun berucap dengan setengah berbisik.
"Ya baiklah, tapi asal kau tahu aku tidak malu dan untuk apa merasa malu." Jelas Lalisa.
"Itu karena kau gadis aneh, Lalisa."
Setelah mengatakan itu Sehun duduk di bangkunya. Sehun menatap tajam teman sekelasnya yang sedang mengolok-oloknya dengan Lalisa.
Inilah yang tak Sehun inginkan. Karena Lalisa selalu mendekatinya, semua orang sering mengolok-oloknya dan menganggapnya adalah kekasih Lalisa. Semua orang tahu akan hal itu, termasuk dosen sekalipun.
Semua ini bermula saat Sehun pindah rumah, sewaktu laki-laki itu berumur 7 tahun.
Saat itu Sehun kecil turun dari mobilnya, dan menatap rumah barunya dengan perasaan bahagia dan senang.
"Ayo kita masuk!" ajakan dari Ayahnya membuat Sehun mengalihkan pandangannya dari rumah barunya itu.
"Aku tetap ingin di sini Ayah, boleh kah?" Sehun meminta izin pada Ayahnya itu.
"Coba minta izin dengan Ibumu, kalau ibumu mengizinkan Ayah juga pasti mengizinkan," ucap Ayahnya.
"Bolehkah Ibu?" tanya Sehun kecil.
"Boleh, tapi jangan terlalu jauh, kau belum hafal jalan di sini." Pesan Ibunya.
"Baik Ibu!"
Ayah, Ibu, dan kakak perempuan Sehun sudah masuk ke rumah sambil membawa barang-barang bawaan mereka. Kini tersisa Sehun sendiri, Sehun berjalan ke pekarangan rumahnya, cukup luas.
Saat sedang mengitari rumah bagian depannya, Sehun kecil mendengar suara tangis dari belakang. Seketika Sehun kecil membalikkan badannya, matanya menangkap sosok gadis kecil yang terduduk sambil menangis, sepertinya gadis kecil itu baru saja jatuh dari sepeda, karena di samping ia terduduk ada sepedanya yang tergeletak di aspal. Dengan penuh rasa iba, Sehun kecil menghampirinya dan mengulurkan tangannya pada gadis kecil itu.
Gadis kecil yang mendapat uluran tangan itu langsung menyambutnya, tangis gadis itu berhenti berganti dengan sebuah senyuman.
"Kau siapa? Aku belum pernah melihatmu? Apa kau penghuni baru di perumahan ini?" tanya gadis itu berturut-turut bukannya berterimakasih.
"Ya aku penghuni baru, rumahku di sana." Kata Sehun kecil sambil menunjukkan rumahnya.
"Wah ternyata kita bertetangga, rumahku tepat berada di depan rumah mu!" ucap gadis kecil itu lalu menunjuk rumahnya juga.
Sehun kecil melihat rumah gadis kecil itu. Penilaian Sehun kecil terhadap rumah itu menurutnya sangat berantakan dan kotor. Pekarangan rumahnya banyak sekali barang rongsokan.
"Aku pergi dulu." Setelah menilai rumah gadis kecil itu, Sehun kecil berniat pergi. Karena Sehun pikir gadis di depannya itu baik-baik saja sekarang.
"Siapa namamu?" pertanyaan gadis itu menghentikan Sehun untuk pergi.
"Namaku Sehun."
"Hi Sehun, aku Lalisa. Senang berkenalan denganmu!" ucap gadis itu. Sehun hanya mengangguk kemudian pergi begitu saja.
"Sehun terima kasih!" teriak gadis kecil itu saat Sehun sudah hampir sampai masuk ke pekarangan rumahnya.
Sehun kecil hanya membalikkan tubuhnya dan tersenyum pada Lalisa.
•|°|•
Lalisa kecil menangis karena terjatuh dari sepedanya, gadis kecil itu mengayuh sepedanya terlalu cepat hingga membuat dirinya kehilangan keseimbangan.
Tetapi tak butuh waktu lama datanglah seorang anak laki-laki. Anak laki-laki itu tak mengatakan apa-apa dan langsung mengulurkan tangannya kepada Lalisa kecil. Lalisa kecil terdiam dan seketika tangisnya terhenti.
Ia diam karena terpana dengan mata indah milik anak laki-laki itu. Lalisa kecil merasa ada sesuatu yang bersinar pada mata anak laki-laki itu.
Karena tak ingin membuang kesempatan, Lalisa kecil menyambut uluran tangan dari anak laki-laki itu sambil menampilkan sebuah senyuman. Lalisa kecil sudah tak ingin menangis sekarang, ia malah bersyukur karena insiden jatuh dari sepeda itu membuatnya bertemu dengan anak laki-laki itu.
Dan saat tahu ternyata anak laki-laki itu tinggal di rumah yang tepat di depan rumahnya membuat Lalisa kecil sangat senang, rasanya ia ingin menari-nari dan bersorak senang. Namun Lalisa kecil menahannya, ia tak ingin anak laki-laki itu menganggap dirinya aneh.
Saat anak laki-laki itu ingin berpamitan, Lalisa merasa sedih. Tetapi untuk mengatasi rasa sedihnya itu Lalisa mengajak anak itu berkenalan.
Sehun, nama anak laki-laki itu. Tak hanya wajahnya yang tampan namanya juga begitu. Lalisa kecil lalu memberitahu namanya, ia ingin Sehun mengingat namanya.
Mereka sudah berkenalan dan Sehun sudah benar-benar pergi. Namun Lalisa kecil teringat bahwa dirinya belum mengucapkan terima kasih pada Sehun. Lalisa yang tidak mau dianggap sebagai orang yang tidak tahu terima kasih akhirnya berteriak agar Sehun dapat mendengarnya.
Benar saja, Sehun mendengar teriakkan Lalisa. Sehun membalikkan tubuhnya dan tersenyum.
Lagi-lagi Lalisa terpana dengan Sehun. Jika tadi karena matanya, sekarang karena senyumnya. Senyumya begitu indah dan bersinar.
Lalisa merasa pada detik itu juga dia menyukai Sehun, si pemilik mata dan senyum yang bersinar.
•|°|•
The story is inspired by the film Flipped by Wendelin Van Draanen. Hope you like it!!
To be continued...