4. Too Late To Realize

478 77 0
                                    

Tidak butuh waktu lama bagi Sehun untuk menyadari bahwa dirinya telah menukar masalah lama dengan masalah baru.

Sejujurnya bagi Sehun lebih buruk Lalisa marah daripada Lalisa mengganggunya.

Cara Lalisa menghindari Sehun adalah pengingat tetap betapa Sehun menyakiti hati Lalisa.

Saat di kampus Sehun mencoba untuk mendekati Lalisa dengan duduk disampingnya saat makan siang tetapi saat Sehun duduk Lalisa langsung berdiri dan pergi.

Lalu saat pulang Sehun menunggunya untuk keluar kelas karena Lalisa belum selesai mencatat materi di papan tulis, tetapi Lalisa membuat Sehun menunggu sia-sia. Karena gadis itu seperti tak menganggap Sehun ada dan langsung pergi meninggalkan Sehun sendirian di kelas.

Menurut Sehun untuk urusan balas dendam Lalisa sangat mengesankan. Dia melakukannya dengan sangat baik.

Sepanjang minggu Sehun selalu mencari cara untuk mendekati dan mengobrol dengan Lalisa, tapi gadis itu memiliki seribu cara untuk menghindari Sehun.

Seperti sekarang Sehun terus memperhatikan Lalisa saat jam pelajaran berlangsung dan mengabaikan dosen yang sedang menjelaskan materi. Sehun kesal karena Lalisa tidak berniat sedikitpun menoleh kearahnya.

"Sehun akhir-akhir kenapa kau jadi terlihat mengejar-ngejar Lalisa? Apa sekarang sudah terbalik?" bisik teman laki-laki Sehun yang bangkunya berada di sebelah kiri Sehun.

"Entahlah," jawab Sehun dengan malas.

"Sehun kau harus menjelaskannya padaku, bukankah dulu kau sangat ingin dia berhenti mengejar mu, tapi sekarang kau malah balik mengejarnya disaat dia mulai berhenti!" jelas temannya dengan berbisik.

"Aku akan menjelaskannya nanti saja, jam pelajaran sedang berlangsung!" Sehun mengingatkan.

"Baiklah-baiklah, kau harus menjelaskan saat istirahat nanti!"

•|°|•

"Apa kau sudah gila? Lalisa Charlotte, kau membenci gadis itu, ingat Sehun!" ucap temannya itu setelah Sehun menceritakan semuanya.

"Tapi aku rasa itu tidak lagi, aku terus memikirkan Lalisa!" balas Sehun.

"Aku pikir kau telah salah paham dengan perasaan mu sendiri!" tutur temannya itu.

"Apa yang harus aku lakukan?"

"Kau harus bisa mengatasi perasaan mu, karena ini bukanlah perasaan sebenarnya." Jawab temannya itu.

"Maksudnya?" tanya Sehun masih belum mengerti.

"Kau hanya masih merasa bersalah perkara kau membuang tomat-tomatnya itu," jawab temannya lalu tertawa.

"Ya dan aku merasa bersalah karena masalah pekarangannya juga."

"Tepat sekali, tapi pekarangannya itu memang kotor seperti tempat pembuangan." Temannya itu menambahkan.

Sehun yang mendengar itu rasanya ingin sekali memaki temannya itu tapi apa yang Sehun lakukan dan inginkan sangat berbanding terbalik. Sehun malah mengiyakan ucapan temannya itu dan ikut menertawakan pekarangan rumah Lalisa.

Saat kelas telah selesai, Sehun seharusnya pulang bersama temannya tadi, tapi Sehun tidak ingin.

Temannya itu dan Ayahnya sama saja, sama-sama telah melewati batas tanpa rasa bersalah.

Tapi sekarang Sehun tidak peduli dengan keduanya, Sehun tidak peduli dengan apa yang akan mereka pikirkan jika mengetahui kalau Sehun benar-benar menyukai Lalisa.

Sehun yakin dia memang menyukai Lalisa, bukan salah paham karena rasa bersalah seperti apa yang dikatakan temannya itu.

Yang mengetahui perasaan Sehun adalah dirinya sendiri, dan Sehun yakin dan percaya dengan hatinya jika dirinya memang menyukai seorang Lalisa Charlotte.

•|°|•

Biasanya jika sudah pulang Sehun akan langsung pulang ke rumah, tapi kali jni Sehun tidak langsung pulang ke rumah. Melainkan Sehun mendekati rumah Lalisa, karena Sehun melihat ada Lalisa yang sibuk membersihkan pekarangan rumahnya, sendirian.

"Lalisa kau sedang membersihkan pekarangan rumah mu?" tanya Sehun, seketika yang ditanya membalikkan badannya. Sehun tersenyum sepertinya Lalisa akan berbicara, setelah sekian lama akhirnya Lalisa tidak mengabaikannya lagi.

"Ya, agar kau tak menertawan dan mengejek pekarangan rumah ku lagi. Apa kau sudah puas sekarang, Sehun Dixon?" tanya Lalisa sambil menyebut nama lengkap Sehun. Sedangkan Sehun terdiam mendengarnya.

Lalisa mendengar percakapannya dengan temannya tadi di perpustakaan?

Sehun tidak mampu mengeluarkan kata-kata, Sehun yang tadinya menatap mata Lalisa, sekarang malah mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Sehun tidak terbiasa dengan tatapan Lisa yang sekarang. Tatapan ceria dan penuh kagum yang biasa Sehun lihat dari mata Lalisa tidak ada lagi. Kini tergantikan dengan tatapan marah dan sedih serta penuh dengan rasa kecewa.

•|°|•

To be continued...

OUSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang