Part 3

16.6K 582 8
                                    

Part sebelumnya sudah saya tarik

PDF sudah ready atau bisa membeli lewat aplikasi karya karsa

Sabrina berjalan gugup mengikuti pria yang tadi memberikan pengumuman bahwa ia diterima menjadi sekretaris sang Presdir. Sambil berjalan ling lung ia masih kebingungan dengan kenyataan yang baru saja terjadi padanya. Kenapa ia tiba-tiba diterima tanpa interview? Padahal ia tidak memiliki orang dalam. Berbagai spekulasi berkecamuk di otaknya hingga tak sadar bahwa ia telah tiba di depan ruangan sang Presdir.

Pria yang didepannya tadi membukakan pintu dan mereka berdua masuk ke ruangan Presdir dari DG corp. Ruangan yang cukup luas dan terang serta bernuansa elegan yang akan membuat siapapun betah bekerja didalam sini. Kaca-kaca besar menghiasi sebagian dinding hingga pemandangan luar tampak sangat jelas dari sudut manapun.

"Silahkan duduk Nona, pak Presdir sedang rapat mendadak tadi, mungkin selesai sebentar lagi. Nona bisa menunggu disini sampai pak Presdir tiba. Oh ya, perkenalkan, saya Ronald, asisten pak Presdir."

Ronald mengulurkan tangannya dan mereka saling berjabat tangan. Sabrina terkesima sesaat, Ronald pria yang cukup hangat dan tampan. Matanya tajam, hidungnya juga mancung. Tubuhnya tinggi dan proporsional, belahan rambutnya sedikit dibuat acak-acakan, namun begitu pria itu terlihat cukup keren.

Ronald melepaskan tangannya dan sontak membuat Sabrina tersadar dari lamunannya yang tidak masuk akal tentang Ronald. Ya Tuhan, kenapa ia berubah menjadi wanita dengan pikiran genit seperti ini. Sabrina menghela nafas pasrah.

"Nona silahkan duduk disana, saya permisi dulu." Ronald menunjuk sofa diruangan itu dan Sabrina mengangguk seketika. Pria itu kemudian keluar ruangan dan meniggalkan Sabrina sendirian diruangan itu.

Sabrina mengedarkan pandangannya sekilas, kemudian berjalan menuju sofa dan duduk disana. Sejujurnya ia cukup gugup. Ini pertama kalinya ia bekerja setelah lulus kuliah. Jadi ia sangat takut mengecewakan atasannya karena ketidakmampuannya, apalagi atasannya seorang Presdir. Mungkin salahnya karena melamar pekerjaan tanpa melihat kemampuannya sendiri terlebih dahulu.

Saat Sabrina sibuk dengan lamunannya, suara pintu ruangan yang dibuka mengejutkan dirinya. Sabrina segera mendongak karena kemungkinan besar itu pak Presdir yang ia sendiri belum tahu siapa namanya. Alangkah bodohnya ia tidak bertanya pada Ronald tadi tentang nama atasannya. Pasti ia akan di cap bawahan tidak sopan.

Seorang pria terlihat masuk dan sedikit mengendurkan dasinya. Sabrina yang melihat itu mengerjapkan matanya berkali-kali. Katakan ia salah lihat. Apa benar itu pria yang pernah ia kenal dulu? Sedang apa ia ditempat ini? Pertanyaan-pertanyaan mulai berputar disekitar kepala Sabrina.

Arka tersenyum tipis melihat wajah pias mantan istrinya itu. Ia berjalan santai menuju sofa dimana Sabrina duduk saat ini, ia mengabaikan wajah kaget wanita itu. Arka kemudian duduk diseberang Sabrina dengan santainya seolah tidak pernah terjadi apa-apa di antara mereka.

"Hai Sabrina, bagaimana kabarmu? Lama tidak bertemu."

Sabrina yang masih tidak bisa mencerna situasi saat ini hanya terdiam dan tidak bisa menjawab apa-apa. Mulutnya kelu untuk bicara karena terlalu terkejut. Ia hanya menatap kaget pada Arka yang kini duduk diseberangnya.

"Kau pasti bertanya-tanya, kenapa aku ada disini. Aku Presdir disini Sabrina, aku atasanmu sekarang. Jadi kau mengerti kan kenapa kau langsung di terima tanpa interview?" Arka menaikkan sebelah alisnya mengejek keterkejutan Sabrina. Wanita itu terlihat masih syok dan jiwanya masih berserakan kemana-mana.

"Ap, ap, apa maksudmu?" Sabrina yang masih syok berusaha mengeluarkan suaranya. Namun kegagapan yang justru keluar dari mulutnya.

"Aku pemilik perusahaan ini. Dan sekarang kau sekretarisku. Seharusnya kau bersyukur aku menerimamu tanpa interview, asal kau tahu, mereka yang aku tolak semuanya pendidikannya jauh di atasmu. Kau kandidat terburuk."

Lagi-lagi pria itu mengeluarkan kata-kata pedasnya seperti dulu sewaktu Sabrina masih menjadi istrinya. Sabrina memejamkan matanya, meskipun yang di katakan Arka benar, tidak seharusnya pria itu berbicara lantang seperti itu dihadapannya. Mungkin Arka berpikir Sabrina bisa di injak-injak seperti dulu, Arka salah. Sabrina tidak sudi diperlakukan seperti dulu lagi.

"Jadi begitu."

"Ya." Arka menjawab mantab penuh kemenangan. Menang dari apa, Arka sendiri tidak tahu.

"Kenapa kau harus repot-repot mencari pekerjaan. Bukankah tunjangan yang kuberikan padamu cukup besar untuk menjadi modal usaha. Atau kau dan keluargamu menggunakan uang itu untuk bersenang-senang dan akhirnya kalian kehabisan modal."

Dada Sabrina bergemuruh menahan amarah. Mungkin jika menghinanya saja Sabrina masih bisa diterima, tapi menghina kedua orang tuanya, Sabrina tidak akan pernah terima.

"Itu bukan urusanmu lagi. Dan terima kasih atas kemurahan hatimu menerimaku bekerja disini. Sayangnya aku tidak ingin bekerja padamu. Aku tidak membutuhkan pekerjaan atau uang darimu. Kau bisa mencari sekretaris lain. Aku permisi."

Sabrina hendak melangkah tapi sebelum itu suara Arka menghentikan langkahnya seketika.

"Kau sudah tanda tangan kontrak ketika akan kesini Sabrina. Apa kau lupa?"

Sabrina segera menoleh ke arah Arka yang tersenyum miring menatapnya. Apa maksudnya? Kontrak apa?

"Berkas yang diberikan Ronald tadi sewaktu kau di nyatakan diterima disini. Aku yakin kau belum membacanya. Perempuan ceroboh sepertimu pasti bertindak bodoh untuk hal-hal yang penting."

Arka melempar berkas ke meja dan membuat Sabrina melotot seketika. Bukankah itu tadi buku tamu. Kata Ronald itu buku tamu. Jadi Ronald berbohong padanya. Kenapa bisa begitu.

"Didalam kontrak itu tertulis, jika kau mengundurkan diri sebelum masa kontrakmu selama dua tahun habis, kau harus ganti rugi sebesar 100 juta. Pun jika aku yang melanggar kontrak, aku juga akan ganti rugi. Adil bukan?"

Arka tersenyum penuh kemenangan. Sedangkan Sabrina yang tidak percaya segera meraih kontrak itu dan membacanya. Mata Sabrina melotot seketika. Astagaaa, kontrak ini benar-benar merugikannya meskipun gajinya cukup besar. Apa maksudnya di larang menikah selama kurun waktu dua tahun bekerja disini. Syarat macam apa itu? Sabrina menatap geram pada mantan suaminya itu.

"Apa maksudmu Arka? Kenapa kau menipuku sampai begini. Aku tidak ingin berurusan denganmu lagi. Jadi batalkan kontrak ini Arka. Aku tidak ingin melihatmu lagi!!"

My Secretary My Ex Wife (Repost)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang