Sabrina mulai mengerjakan tugasnya seperti yang di instruksikan oleh Ronald melalui email nya tadi. Sabrina pun menatap jadwal pertemuan-pertemuan dan rapat yang harus di hadiri oleh Arka. Pekerjaannya sebenarnya tidak terlalu berat jika dipikir-pikir, namun kata Ronald, Sabrina juga harus ikut ketika Arka sesekali melakukan perjalanan bisnis, dan sejujurnya, Sabrina cukup enggan untuk ikut. Segala sesuatu yang berhubungan dengan mengurus keperluan Arka, ia malas sekali.
Sebuah panggilan telepon membuat Sabrina menghentikan pekerjaannya. Ia mengangkat telpon yang sudah ia pastikan itu dari Arka.
"Ada yang bisa saya bantu pak?"
"Ke ruangan saya sekarang."
Tuuut
Telepon di matikan tanpa menunggu respon Sabrina. Wanita itu menghembuskan nafas pelan kemudian menaruh kembali telponnya ke tempat semula.
Sabrina segera beranjak dari kursinya kemudian berjalan menuju ruang kerja Arka yang berada tepat disebelah ruangannya.
Sementara diruangannya, Arka termenung seperti orang tidak punya pekerjaan. Lihatlah apa yang ia lakukan sekarang, hanya menatap jendela yang menghubungkannya dengan ruangan Sabrina. Ketika Sabrina beranjak, Arka segera menekan tombol untuk menutup gorden itu supaya Sabrina tidak tahu kalau ia memantau gerak geriknya.
Arka benar-benar seperti orang tidak punya pekerjaan saja. Semenjak bertemu mantan istrinya itu dan melihatnya banyak berubah, Arka seperti orang gila yang setiap saat memimpikan Sabrina berada di atas ranjangnya. Rambut panjang itu pasti akan tergerai indah ketika Sabrina tunduk dibawah kuasanya. Dan payudara yang montok itu, pasti akan berguncang menggemaskan kala Sabrina bergerak naik turun di atas tubuhnya. Dan bokong sintal itu, pasti akan sangat nikmat diremas ketika Sabrina menungging didepannya.
Astagaaaaa
Mungkin benar Arka sekarang mulai gila. Bagaimana tidak gila jika semenjak bertemu mantan istrinya itu dan melihatnya perubahannya yang cukup drastis, Arka tidak bisa berhenti memikirkan wanita itu. Dan lebih gilanya, setiap mengingat itu, miliknya terus memberontak menginginkan masuk kedalam milik perempuan yang saat ini sudah bukan istrinya lagi.
Oooh shiiit
Sejujurnya Arka cukup tersiksa. Bahkan ketika ia akan melakukan one night stand tadi malam, miliknya yang semula berdiri tegak, langsung loyo kala bayangan Sabrina terlintas di pikirannya. Sialan Sabrina. Bagaimana jika begini terus menerus, nanti Arka akan di sangka pria impoten.
Tidak tidak tidak
Itu tidak boleh terjadi. Arka ngeri sendiri membayangkannya. Ditengah pikirannya yang semrawut itu, bunyi ketukan pintu menyadarkan Arka dari dunia halunya tentang Sabrina. Ia segera berdehem dan menegakkan duduknya agar terlihat berwibawa.
"Masuk."
Setelah mengatakan itu, pintu ruangannya terbuka dan menampilkan Sabrina yang terlihat sangat cantik dengan rambut yang di kucir kuda. Perempuan itu hanya mengenakan stelan kemeja berwarna cream dan rok span hitam yang ia pakai kemarin. Apa perempuan itu tidak memiliki baju, hingga dua hari rok yang dipakainya masih sama. Dasar jorok, batin Arka menggerutu.
"Ada apa pak?" Pertanyaan Sabrina membuat Arka sedikit kelimpungan karena kedapatan memandangi penampilan sekretarisnya itu. Arka segera berdehem agar rasa gugupnya bisa ia tutupi.
Apa tadi?
Ia gugup.
Kenapa jadi ia yang gugup. Sabrina terlihat santai saja. Kenapa Arka tiba-tiba merasa parno sendiri. Sialan!
"Ehem, begini Bi, Ronald sudah mengirimimu email mengenai tugas-tugasmu bukan?"
"Sudah pak." Jawab Sabrina sopan. Seperti keinginan Arka, kini mereka bersikap formal layaknya atasan dan bawahan.
"Ronald juga sudah memberi tahumu bukan, jika setiap ada pekerjaan di luar kota kau juga wajib ikut."
"Iya pak."
"Besok lusa aku ada urusan bisnis di Surabaya. Kira-kira hanya dua hari disana. Sekretaris ku dulu juga selalu ikut jika aku bepergian. Jadi aku memberitahu mu mulai sekarang agar kau bisa bersiap-siap."
Sabrina sedikit terkejut dengan kata-kata Arka tadi. Memang ia tahu kalau akan selalu ikut Arka bepergian, tapi kenapa harus secepat ini. Kenapa harus besok lusa.
"Kenapa cepat sekali pak, bukankah saya baru bekerja hari ini, bagaimana jika saya masih kesulitan beradaptasi dengan pekerjaan saya." Sabrina sedikit enggan, namun ia tidak mau di kira sekretaris malas yang hobinya hanya duduk-duduk saja.
"Kau hanya perlu mengikutiku saja dan mencacat apa yang aku suruh. Jadi kau tidak perlu khawatir. Kau hanya tinggal menyiapkan apa saja keperluanmu di Surabaya nanti."
Enggan membantah, Sabrina hanya mengangguk saja. Ia berusaha tabah walaupun sedikit kesal, bayangan dua bulan lagi ia mengundurkan diri memacu semangatnya. Ia ingin segera terbebas dari Arka dan tidak ingin melihat batang hidung lelaki itu lagi.
Setelah di rasa tidak ada keperluan lagi, Sabrina undur diri dan kembali lagi ke ruangannya. Ia tidak enak berada lama-lama satu ruangan dengan Arka. Meskipun laki-laki itu menepati janjinya dan hubungan mereka sekarang hanya sekedar atasan dan bawahan, tapi rasa tidak nyaman masih saja menggelayuti hati Sabrina.
Entah kenapa tatapan laki-laki itu terlihat menakutkan baginya. Tatapan gelap yang Sabrina belum pernah lihat sebelumnya. Dan Sabrina merinding setiap kali membayangkannya. Karena itulah ia tidak nyaman lama-lama berada di dekat Arka dan segera pergi ketika urusan mereka selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Secretary My Ex Wife (Repost)
RomanceBest seller 21+ Arka Dirgantara harus menerima kenyataan dijodohkan dengan wanita yang menolong Ayahnya ketika pria tua itu mengalami kecelakaan. ia harus merelakan hubungannya dengan kekasihnya berakhir dan menikah gadis kampung yang sama sekali t...