Part 12

11.7K 418 38
                                    

PDF ready, tersedia juga di aplikasi karya karsa

21+

"Aaakkhhh." Sabrina tidak bisa menahan desahannya kala Arka mengulum puncak payudaranya dan meremas payudara sebelahnya. Ia hanya pasrah sambil berdiri lemas kala Arka pagi ini kembali melecehkannya. Sabrina tidak bisa berbuat apa-apa, ia hanya pasrah dan takut.

Sewaktu bangun pagi dipelukan lelaki itu dengan tubuh yang sudah remuk redam, Sabrina meraih selimut kemudian berjalan ke kamar mandi untuk buang air dan gosok gigi. Setelah itu, ia memakai bathrobe dan keluar dari kamar mandi.

Namun Sabrina hampir terkena serangan jantung kala melihat Arka yang duduk ditepi ranjang dan telah memakai piyama tersenyum miring menatapnya. Lelaki itu beranjak menuju ke arah Sabrina yang hanya mematung ditempatnya.

"Selamat pagi sayang." Sabrina hanya terdiam ketika Arka menyibak rambutnya ke belakang dan menggigit telinganya. Sabrina bergidik ngeri. Ia sudah cukup jijik dengan sentuhan lelaki itu semalam, ia ingin pulang sekarang.

"Aku ingin sarapanku." Sabrina segera menoleh ke arah Arka yang tersenyum penuh arti menatapnya. Namun sebelum Sabrina mengeluarkan kata-katanya, Arka mendorong tubuh wanita itu ke tembok kemudian membuka tali bathrobe nya.

Sabrina tampak terkejut tapi tidak berbuat apa-apa. Tubuhnya masih sakit semua dan ia tidak punya tenaga  melawan dominasi Arka saat ini.

Sabrina mendesah kala Arka meremas kedua payudaranya. Rasa jijik bercampur nikmat yang membuat Sabrina memejamkan matanya. Ia melenguh kala jemari Arka meraba bagian bawah miliknya.

Arka tersenyum miring, wanita ini jijik dan benci padanya. Tapi tubuhnya punya reaksi yang berbeda. Tubuh Sabrina seolah pasrah menerima sentuhannya.

Arka mengulum puncak payudara Sabrina dan meremasi bokong sintal wanita itu. Oooooh, rasanya benar-benar di luar expektasi Arka. kedua benda kenyal itu seolah memang diciptakan untuknya. Lihatlah, betapa tangan Arka yang besar tak mampu menahan payudara yang seakan tumpah itu. Dan bokong itu terasa kenyal ketika Arka meremasinya dengan kedua tangannya.

Arka yang sudah bergairah sepenuhnya, melepaskan piyamanya hingga kini ia sama telanjangnya dengan Sabrina. Arka meraih tungkai wanita itu, kemudian mengangkatnya tanpa beban. Arka memasukkan miliknya yang sudah ereksi kedalam milik Sabrina yang sudah basah.

Wanita itu sekarang tampak pasrah dan enggan memberontak. Mungkin menyadari kalau semua yang dilakukannya akan percuma, mantan istrinya itu akhirnya jinak dan menuruti semua keinginannya.

Kedua tangan Sabrina memegangi bahu Arka dan tubuhnya terlonjak-lonjak di gendongan lelaki itu. Matanya terpejam dan bibirnya mendesah sexi, Arka semakin bergairah dibuatnya.

Beberapa menit kemudian, Arka membawa Sabrina ke arah sofa, pria itu menurunkan Sabrina kemudian membalikkan dan mendorong tubuh Sabrina ke sandaran sofa hingga membungkuk. Setelah di rasa siap, Arka kembali menghujam milik Sabrina dari belakang. Wanita itu terlihat sudah pasrah dan tidak melawan sama sekali.

Setelah cukup lama bercinta dari kamar mandi, sofa dan berakhir bergumul penuh kenikmatan diatas ranjang besar kamar hotel Sabrina, Arka menyudahi permainannya. Ia melirik tubuh Sabrina yang tampak tidak berdaya dan penuh dengan tanda merah di sekujur tubuhnya. Arka cukup puas, akhirnya wanita itu takhluk dibawah kuasanya. Dan setelah ini, jangan harap Sabrina bisa lolos darinya.

Arka berjalan menuju kamar mandi dan mandi air dingin untuk menurunkan gairahnya yang tak kunjung padam terhadap Sabrina. Perempuan itu terlihat sudah tidak memiliki tenaga, Arka cukup iba melihatnya.

Setelah selesai, ia keluar dari kamar mandi, dan ternyata Sabrina kembali tertidur, padahal mereka berdua belum sarapan apapun. Arka menelpon Ronald supaya lelaki itu meng-handle seluruh pekerjaan Sabrina. Melihat keadaan fisik wanita itu, Arka yakin Sabrina tidak akan bisa bekerja sama sekali.

"Hallo, gantikan seluruh pekerjaan Sabrina dan hadiri rapatku siang ini. Untuk nanti malam, aku akan menghadiri pertemuan itu sendiri karena tidak bisa diwakilkan, kau mengerti?"

"Mengerti pak." Ronald menjawab singkat dan Arka bisa tenang sekarang. Untunglah kemarin ia meminta Ronald menyusul kemari, jadi ia tidak keteteran. Arka belum begitu yakin dengan kemampuan Sabrina mengingat betapa cerobohnya perempuan itu.

Ronald, pria yang berusia empat tahun lebih tua darinya itu tidak pernah mengecewakannya. Sejak lima tahun bekerja padanya, Ronald cukup handal dan tidak pernah gagal menjalankan tugasnya. Dan Arka bersyukur untuk hal itu, setidaknya ia tidak keteteran hari ini.

Setelah menutup telponnya, Arka melirik Sabrina yang masih belum sadarkan diri. Wanita yang meringkuk lemas dan masih telanjang itu sepertinya sangat kelelahan. Wanita itu terkadang juga terlihat kesakitan ketika Arka memasukinya terlalu dalam.

Mungkin setelah ini ia harus pelan-pelan. Sabrina terlihat belum berpengalaman sama sekali meskipun sudah tidak perawan. Jika terlalu sering, Arka sedikit takut wanita itu akan sakit.

Arka menghembuskan nafas berat, kemudian meraih ponselnya untuk memesan makanan. Ia sudah lapar dan Arka yakin Sabrina bisa kekurangan cairan jika terus bercinta dengannya hingga lupa makan.

My Secretary My Ex Wife (Repost)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang