Lampu lalu lintas berubah warna. Pengguna jalan yang sejak tadi menunggu mulai berjalan sedikit terburu menyebrangi zebra cross sebelum lampu lalu lintas kembali berubah warna menjadi hijau. Yudhis masih bergeming di tempatnya. Matanya masih tak lepas dari dua pasang manusia yang kini berjalan mendekat ke arahnya tanpa mengindahkan eksistensinya.
Tangan Yudhis mengepal. Matanya menatap nanar. Diam-diam ia menangis di bawah derasnya rintik hujan. Yudhis tahu kesalahannya. Yudhis memang benar-benar berpura-pura. Berpura-pura tidak tahu perasaan Kala dan berpura-pura tidak mencintai Kala. Padahal ia sadar, orang yang harusnya ia pilih saat itu adalah Kala. Bukan orang lain.
Yudhis tahu ia bodoh. Dan ia menyesal atas semuanya. Jika ia bisa meminta pada semesta, ia ingin kembali pada masa lalu dan merubahnya. Ia tak akan pernah menyia-nyiakan Kala lagi. Seandainya ia diberi kesempatan, akan ia ucapkan ribuan maafnya.
"Kala,
Semestaku jahat. Katamu, kamu akan ada di belakangku untuk mendukungku. Namun Kala, kini yang aku mau bukan kamu berada di belakangku. Tapi di sampingku dan berjalan bersamaku.Aku tak akan lagi memintamu untuk menemaniku. Tetapi aku akan memintamu tinggal bersamaku selamanya. Bukan hanya kamu, tapi kita akan saling menemani. Kita akan saling mengerti dan mencintai."
Suara lengkingan klakson mobil menyadarkan Yudhis. Lampu lalu lintas sudah kembali berwarna hijau. Roda kendaran melaju membelah jalanan mencoba saling mendahului satu sama lain. Pejalan kaki kembali berhenti di sebrang jalan untuk menunggu.
Yudhis menoleh untuk mencari seseorang yang sudah menghilang dari pandangannya. Saat menemukannya, kaki Yudhis melangkah dengan pasti. Sedikit berlari agar tidak kehilangannya lagi. Kini Yudhis yakin apa yang harus ia lakukan. Ia tak akan lagi melepas Kala. Ia akan meminta segala maaf darinya.
Tubuh Yudhis mendekat ke arah Kala. Tangannya meraih pergelangan Kala hingga Kala berbalik menghadap belakang. Tatapan keduanya saling bertemu. Napasnya semakin memburu sering jantung yang detaknya makin tak beraturan. Yudhis tersenyum.
"Jadi Kala, beri aku kesempatan."
—
Selesai
KAMU SEDANG MEMBACA
BORN TO LOVE YOU
Short StoryItu Kala. Kala yang dahulu mengulurkan tangannya mengajak Yudhis berkenalan. Kala yang setiap Jumat sore menunggu di tribun sekolah untuk melihat Yudhis berlatih. Kala yang bahkan tak ragu menembus rintik hujan untuk memeluk Yudhis. Kala yang pada a...