Bagian 8 : Tanpa disadari Hujan Sore itu Pertanda Akhir yang Buruk

3 3 0
                                    

Langit sedang tidak bersahabat dengan penduduk kota ini. Hujan mengguyur mulai tadi pagi. Langkah kaki Kala semakin cepat. Menyusuri tiap lorong sekolah untuk mencari Yudhis. Beberapa saat yang lalu, jantung Kala seperti berhenti berdetak ketika mendengar Yudhis cidera dan harus istirahat dari olah raga favoritnya. Kala tahu betul bahwa Yudhis mencintai basket seperti mencintai hidupnya sendiri. Kala tidak bisa membayangkan seberapa terluka laki-laki itu menghadapi kenyataan yang harus di hadapinya.

Jantung Kala semakin berdetak kencang karena tak mendapati Yudhis di manapun. Padahal bel pulang sekolah sudah berbunyi tiga puluh menit yang lalu. Sedangkan ransel Yudhis masih tersimpan rapi di atas kursinya. Kala yakin Yudhis masih ada di sekolah. Tapi ia tidak bisa menemukan keberadaannya.

Kala tercekat ketika matanya menangkap sosok yang saat ini duduk di tengah lapangan samping sekolah. Memeluk lutut dan menenggelamkan kepala di antaranya. Kala tahu betul itu siapa. Yudhis. Itu Yudhis yang ia cari.

Mengabaikan rintik air yang semakin deras, Kala berlari menghampiri laki-laki itu. Ia tak peduli dengan seragamnya yang basah. Kala hanya ingin memeluk Yudhis saat itu juga.

"Yudhis," panggil Kala sedikit berteriak. Mencoba mengalahkan suara berisik hujan.

Yudhis mendongakkan kepalanya. Menatap Kala dengan tatapan sendu. Meskipun tertutup air hujan, Kala tahu Yudhis menangis.

"Ka, semesta jahat."

Kalimat yang keluar dari bibir laki-laki itu sukses membuat Kala ikut terluka. Ia tahu betul perasaan Yudhis.

"Kenapa dari semua hal yang bisa gue lakuin di dunia, semesta malah nyuruh gue berhenti lakuin sesuatu yang paling gue suka. Kenapa?"

Yudhis terisak. Kala merengkuh tubuhnya. Membawa Yudhis ke dalam pelukannya. Kala ikut menangis. Ia ikut hancur melihat Yudhis hancur. Di bawah deras hujan bulan Desember. Untuk pertama kalinya Kala melihat Yudhis benar-benar terluka. Baru kali ini ia melihat Yudhis sebegitu rapuhnya.

Kala mengeratkan pelukannya. Satu hal yang ingin ia lakukan sekarang adalah menjaga Yudhis. Ia tak akan membiarkan Yudhis merasakan kesedihan.

"Gue akan selalu ada buat lo," lirih Kala. "Sekalipun semesta jahat, gue akan ada di belakang buat dukung lo."

BORN TO LOVE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang