Mata Kala berbinar menatap tulisan di pintu kelasnya. Ujian kenaikan kelas berakhir dan kini ia naik ke kelas dua SMA. Usianya bertambah satu tahun kemarin. Dan hari ini, rasanya Tuhan mengirimkan hadiah untuk Kala.
Di kelas ini, kelas barunya yang ia pikir akan lebih membosankan dari kelas sebelumnya, Kala menemukan nama Yudhis. Tepat di urutan kedua dari terakhir. Berjejer dengan nama-nama lainya dan juga nama Kala. Mereka ada di kelas yang sama. Pada akhirnya kebetulan itu menjadi harapan untuk Kala. Lebih sering bertemu Yudhis. Lebih sering menatapnya dan bukan hanya lewat jendela. Dan mungkin yang akan lebih menyenangkan bisa jadi mereka satu kelompok belajar. Atau satu jadwal piket. Hanya dengan memikirkannya kedua sudut bibir Kala terangkat.
Tepat setelahnya, Yudhis lewat di depan mata Kala. Masuk ke dalam kelas mereka. Aroma parfum miliknya menguar masuk ke dalam indera penciuman Kala. Kala tidak dapat mengontrol detak jantungnya. Lagi dan lagi.
Kala berbalik. Menatap Yudhis yang sudah duduk di bangkunya. Baris ke dua dari kanan, bangku kedua dari belakang. Yudhis menjatuhkan kepalanya di atas meja. Menatap langit biru dari balik jendela kelas. Kala sangat ingin menghampirinya. Duduk di sebelahnya dan mengatakan kebahagiaannya dapat satu kelas dengan Yudhis. Namun kaki Kala membawanya melewati bangku Yudhis. Memilih duduk di barisan pertama bangku paling belakang. Tempat yang paling sempurna untuk menatap Yudhis.
Gadis itu tersenyum ketika Yudhis bercengkrama dengan temannya. Dapat Kala tangkap dengan jelas suara Yudhis yang menyerukan kebahagiaan dapat satu kelas dengan temannya itu. Senyum Yudhis yang sangat jarang terlihat kini dapat Kala nikmati dengan gratis. Suara merdu Yudhis bahkan rasanya mampu membuat hati Kala meleleh saat itu juga. Semoga, semoga saja ini awal yang baik untuk kisah cintanya.
"Kalandra."
Suara khas cewek berkacamata itu membuyarkan lamunan Kala. Selena namanya. Sahabat Kala sedari SD. Sekaligus tempat mencurahkan keluh kesahnya perihal Yudhis.
"Kita satu kelas sama Yudhis," bisik Kala dengan nada bahagia.
Selena memutar bola matanya. Yudhis dan Yudhis lagi. Nama yang selalu menjadi makanannya setiap hari semenjak masuk ke bangku SMA. Kala dan semua ceritanya tentang Yudhis. Rasanya kuping Selena hampir meledak mendengar nama Yudhis setiap hari.
"Pantesan dari tadi dipanggil nggak nyaut," gumam Selena.
Ia ingin marah karena lagi-lagi diabaikan oleh Kala. Namun, rasa kesal Selena mereda. Bibirnya membentuk senyum saat menatap Kala. Gadis yang saat ini tengah memandang Yudhis dari tempatnya. Dari kedua mata itu, jelas sekali tatapan kagum Kala. Seluruh perasaannya dapat langsung ditebak dari tatapan mata itu. Tatapan penuh cinta milik Kala.
"Kala, gue harap lo nggak terluka."
KAMU SEDANG MEMBACA
BORN TO LOVE YOU
Historia CortaItu Kala. Kala yang dahulu mengulurkan tangannya mengajak Yudhis berkenalan. Kala yang setiap Jumat sore menunggu di tribun sekolah untuk melihat Yudhis berlatih. Kala yang bahkan tak ragu menembus rintik hujan untuk memeluk Yudhis. Kala yang pada a...