Bagian 4 : Awal Kisah yang Begitu Bahagia

5 3 0
                                    

Mentari baru saja meninggi. Tetapi gadis berambut panjang tergerai itu sudah ada di sini. Diam di ambang pintu kelasnya. Mendapati seseorang yang tak terduga duduk di sana. Pertama kalinya setelah dua bulan di kelas dua SMA. Kala melihat Yudhis sepagi ini. Duduk di bangkunya membaca buku.

Kala menelan ludahnya dengan susah payah. Kedua tangannya mencengkram erat tas ranselnya. Mengumpulkan keberanian untuk melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas. Dan mungkin menyapa Yudhis. Kala tak ingin menyia-nyiakan kesempatan emas seperti ini. Apalagi di kelas hanya ada mereka berdua. Ia tidak mau melewatkan kesempatan berbicara dengan Yudhis.

Baru beberapa langkah Kala sudah mencium aroma harum shampo mint dari rambut Yudhis yang terlihat masih basah. Memabukkan untuk Kala. Mata Yudhis masih fokus menatap buku tebal di atas meja. Tanpa terusik dengan kehadiran Kala sedikitpun.

"Pagi, Yudhis." Dengan sedikit takut Kala mengucapkannya.

Yudhis menoleh. Menatap Kala yang kini sudah berada tepat di samping bangkunya. Gadis itu tersenyum menampakan gigi-giginya. Matanya menyipit membentuk bulan sabit seperti biasa. Rambut panjangnya tergerai dan ransel biru itu masih melekat di punggungnya. Yudhis tak menjawab. Hanya memperhatikan Kala dalam diam. Diam yang terasa mengerikan untuk Kala.

"Kalandra." Entah kenapa Kala mengucapkan namanya sambil mengulurkan tangan mengajak berjabat tangan.

Kala terlihat seperti orang bodoh sekarang. Ia bahkan sudah pernah memperkenalkan dirinya pada Yudhis. Mereka pun sudah sekelas selama dua bulan. Sudah seharusnya Yudhis tau nama Kala.

Laki-laki itu tiba-tiba saja tertawa. Mata Kala membulat. Pipinya bersemu dan ia tak dapat menyembunyikan perasaan salah tingkahnya. Suara tawa Yudhis masih menggema memenuhi ruangan yang hanya dihuni oleh dua manusia ini. Sedangkan jantung Kala makin menjadi-jadi. Berdetak kencang tak dapat dikendalikan.

"Kita udah pernah kenalan 'kan dulu?" ucap Yudhis setelah menghentikan tawanya.

Kata-kata yang keluar dari bibir Yudhis benar-benar membuat Kala ingin berteriak saat ini juga. 'Dulu'. Itu berarti Yudhis masih mengingat perkenalan pertama mereka di lapangan sekolah selepas MOS dahulu.

"Lo inget?" tanya Kala.

Yudhis menganggukkan kepalanya dua kali. "Gimana bisa gue lupa sama seseorang yang tiba-tiba ngajak gue berteman."

Senyum Kala mengembang. Ia tak peduli jika Yudhis akan mengetahui kebahagiaannya yang membuncah. Yudhis masih mengingat detail perkenalan mereka.  Tentu itu membuat jantung Kala semakin tak keruan. Rasanya Kala jatuh cinta lagi dengan laki-laki itu.

"Kala, jadi kita masih berteman 'kan?"

BORN TO LOVE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang