01. Pemuda Sebelah, Si Banyak Tingkah.

154 32 1
                                    

Pemuda Sebelah, Si Banyak Tingkah.


"Katanya kemarin Sayaka habis menang turnamen futsal?"

Fokus tiga orang manusia pada suara iklan di televisi berhasil dipecah Ayah. Laki-laki paruh baya itu mulai bosan ketika tidak ada percakapan yang terjadi. Anggota keluarganya seolah hanya terpaku pada lika-liku tayangan di depan mata.

Bunda yang berada paling dekat dengan Ayah lantas menjawab, "Nianna yang satu sekolah, coba jawab pertanyaan Ayahmu."

Mendengar itu, Nianna yang merasa disebut dalam percakapan sontak menghela napas. Sepertinya acara banding anak antar tetangga akan segera dimulai.

"Iya menang."

Singkat, padat, dan kurang niat.

Nianna bukannya tidak mau menjawab lebih dari itu, hanya saja kalau topiknya tentang Sayaka, rasanya semua kalimat yang keluar dari bibir harus benar-benar ditimbang dengan bulat.

"Kak Sayaka emang keren banget, aku sering lihat dia latihan di sekolah."

Seolah-olah ikut diundang, suara Juna ikut hadir di tengah obrolan.

Nianna yang mulanya sudah berdoa dalam hati supaya semua diakhiri, kini menatap nanar ke arah Juna. Walah bocah, kalau begini Ayah sama Bunda bisa merembet ngobrol dari A ke Z.

Juna yang merasa diperhatikan malah mengukir senyum menyebalkan. Dalam batin dia terkikik geli, sebab kakaknya sangat amat anti dengan yang namanya Sayaka. Alasannya sih, refleks tidak suka.

"Pekerja keras ya dia." Puji Ayah sekali lagi, seolah gumaman hebat yang sedari tadi menerobos ke pendengaran Nianna - bahkan Bunda dan Juan - belum cukup untuk menggambarkan betapa bangga dirinya.

Ya Tuhan, ini Sayaka tuh cuma anak tetangga, tapi di keluarga ini kenapa posisinya sudah mirip artis terkenal?

Kalau sudah begini, Nianna hanya bakalan mesam-mesem sambil menganggukkan kepala. Memang jiwanya sebal, tapi bagaimanapun gadis itu lebih suka mendengar keluarganya banyak bicara. Walau telinganya harus sering dengar nama pemuda samping rumah disebut hingga lebih dari sepuluh kali.

"Sudah, Nianna sama Juna sekarang istirahat ya?" ucap Bunda sembari mematikan televisi yang sedari tadi menyala dan berisik.

Titah Bunda itu ibarat komando yang harus langsung dituruti oleh Nianna, Juna, atau Ayah sekalipun. Soalnya kalau sampai ada bantahan, bisa habis kena omel. Serem.

Nianna berdiri, menepuk-nepuk celananya yang kusut akibat duduk terlalu lama, kemudian berjalan menaiki tangga guna menuju kamar.

Seusai mengunci pintu, niat hati Nianna akan berusaha untuk tidur tenang dan bangun dengan semangat tinggi. Namun, yang terjadi adalah sebaliknya. Acara tidur indah milik Nianna terpaksa harus terhempas jauh ketika kedua matanya menangkap sosok pemuda tidak asing yang sedang merapikan suatu benda di balkon kamar.

"Lo tuh ngapain sih?"

Tanya Nianna sembari menunjuk sisa tanah yang berceceran di atas lantai. Lampu kamar pemuda itu terlampau terang. Saking terangnya, mata Nianna masih bisa menangkap objek kecil dengan jelas.

"Habis main bola." Balas Sayaka - pelaku pemecah pot yang sedang sibuk menjumputi daun dengan kedua tangannya.

Raut wajah Nianna berubah blank, masih tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar.

Jam setengah sepuluh main bola di kamar? Cowok sinting.

Alih-alih merasa iba, Nianna malah semakin semangat berkoar geram, "Iya gue tau lo tuh anak futsal sejati, tapi lo tau tempat dongggg."

"Makasih loh kritiknya." Sayaka mengalihkan pandangannya, berusaha mengamati gadis yang tanpa berhenti berceloteh tentang bagaimana tidak jelasnya dia.

"Nggak usah liatin gue, cepet tuh beresin."

Satu tangan Nianna membuat gestur seperti mengusir. Ada sedikit puas yang datang ketika melihat tetangganya yang menyebalkan memasang tampang melas.

"Udah selesai, semangat amat liat gue kesusahan." Sinis Sayaka.

Bukannya menjawab, Nianna malah mengangkat dua jempolnya tinggi-tinggi. Memang benar, sepertinya kali ini Nianna terlalu banyak menunjukkan ekspresi.

Di seberang sana, Sayaka tertawa pelan. Sudah dua menit, tapi Nianna tidak kunjung menurunkan kedua jempolnya. Masa iya dia terlihat sehebat itu hanya karena membereskan sisa kekacauan? Luar biasa.

"Tidur Na, nanti kena marah Bunda."

Nianna memasang raut santai, seolah itu adalah hal yang biasa. Ternyata hiburan malam hari dengan Sayaka sebagai artisnya kali ini telah selesai. Tanpa berpikir panjang, Nianna segera membalik tubuh, melanjutkan niatnya yang sempat tertunda.

Sebelum sepenuhnya menghilang dari pandangan Sayaka, Nianna sempatkan buka suara, "Lo juga tidur ya Kak. Jangan aneh-aneh, udah malem!"

Sayaka yang tidak siap, kontan terkejut. Dirinya menurut, otaknya penuh dengan benang-benang abstrak yang saling terajut.

Kali ini Sayaka menang, masa bodoh dengan pot bunga yang mungkin akan menghantarkannya pada ceramah di esok hari, setidaknya hari ini dia berhasil bertemu Nianna.

---

Hai! Terima kasih sudah berkenan membaca cerita ini, jadi lebih baik dilanjutkan atau tidak?

MoonlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang