9. Lingerie

10.2K 188 6
                                    

Rizal mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi, matanya menatap lurus ke depan menatap sangat tajam seolah akan membunuh siapapun yang berani menghalangi jalannya.

Begitu sampai di tempat tujuannya, Rizal memarkirkan motornya di halaman rumah seseorang, setelah itu Rizal langsung berteriak memanggil nama sang pemilik rumah.

"FEBRI!" teriak Rizal tegas.

"FEBRI!" panggilnya lagi.

Pintu terbuka menampilkan sosok laki-laki bertubuh tinggi dengan wajah tanpa ekspresi khasnya.

"Rizal? Lo udah balik? Kapan lo-"

ucapan Febri terpotong saat Rizal langsung memukulnya begitu saja, tak hanya itu, Rizal juga menyeret Febri ke pekarangan rumahnya lalu kembali memukulinya dengan membabi buta.

"GA BECUS LO JAGAIN MILIK GUE ANJING!" bentak Rizal dengan nafas memburu.

"GARA-GARA LO DIA NGELUPAIN GUE BANGSAT, DIA LUPA SAMA GUE ANJING, KAPARAT LO!" Rizal tak bisa mengontrol emosinya lagi, ia benar-benar marah dan tidak terima atas semuanya.

"Zal, jelasin dulu." ujar Febri dengan terbatuk.

sedari dulu pukulan Rizal adalah hal yang paling dihindari Febri, tapi kini ia mendapatkannya. Di antara yang lain, pukulan Rizal adalah yang paling ganas, dikenal sebagai orang pendiam yang tak banyak bicara, laki-laki satu ini akan sangat mengerikan jika sampai ia marah, dan Rizal hanya bisa marah jika seseorang mengusik gadisnya. Dari pada Rizal, mungkin Febri lebih baik dipukul oleh Derren, atau justru mungkin tidak usah dipukul sama sekali.

"GARA-GARA LO DIA GA INGET SAMA GUE SIALAN, GA BECUS LO JAGAIN DIA BANGSAT!" bentak Rizal lagi dengan nafas memburu.

"Pa-pah."

Febri dan Rizal menoleh saat mendapati seorang anak kecil perempuan berjalan ke arah mereka dengan tertatih.

"Mely." ujar Febri lembut.

Rizal menetralkan deru nafasnya, ia tak mungkin memukuli Febri di depan anak kecil. Tapi tunggu, siapa anak ini?

Febri segera bangun dengan sedikit sempoyongan, ia menghampiri bocah yang bernama Mely itu lalu menggendongnya. Sedanvkan Rizal membuang mukanya masih kesal dengan Febri.

"Mau masuk dulu?" tawar Febri.

Rizal langsung mendahului masuk ke rumah Febri tanpa berkata apapun, sungguh akhlakes. Setelah datang tiba-tiba langsung memukuli sang pemilik rumah, kini ia langsung nyelonong masuk ke dalam rumahnya begitu saja.

Febri mengikuti dari belakang, "Mamah mana?" tanya Febri pada Mely.

Mely menggeleng-geleng kan kepalanya dengan lucu membuat Febri tersenyum gemas.

"Pa-pa, ca-kit." ucap Mely terbata, tangan mungil Mely menyentuh bibir Febri yang membiru membuat Febri meringis kecil.

"Diemm yaa, ga boleh dipegang." ujar Febri dengan mencium pipi Mely.

"Sayang." panggil Febri.

"IYA BENTARR." teriak seorang perempuan dari atas, dan tak lama kemudian ia turun, itu adalah Amel Amesya. Istri Febri.

"Kok kamu Mely biarin sendirian? tadi dia keluar, kalo ilang gimana?" ujar Febri dengan memberikan Mely pada Amel.

"Loh? Itu wajah kamu kenapa?" tanya Amel tak menjawab pertanyaan Febri.

"Gapapa." balas Febri singkat dengan menyeka sudut bibirnya.

"Aku tadi tinggal bentar ke kamar mandi, tadi dia diem di sini, jadi aku tinggal, ga tau kalo bakal sampe keluar." balas Amel.

MEET AGAIN AFTER LEAVING 21+ {PROSES REVISI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang