"Asya ga tau Bun, Dhea jatuh sendiri tadi" masih sama, Asya tetap membela dirinya dan berusaha memastikan Bunda nya kalau bukan dia yang mendorong Dhea, adik angkatnya.
"Tapi Dhea bilang kalau kamu yang udah dorong dia dari tangga!" dan Bunda nya pun masih sama, tetap menyalahkan Asya atas musibah yang sudah menimpa Dhea.
"Bunda lebih percaya Dhea daripada Asya? Lagian juga luka nya kecil, ga sampe buat dia harus dirawat di rumah sakit, ga juga buat dia mat--" belum sempat menyelesaikan ucapannya, pipi sebelah kanan nya tiba-tiba terasa sangat sakit.
Plakk
Suara tamparan itu terdengar nyaring, dan bisa dipastikan itu sangat sakit.
"Ucapan kamu dijaga Asya!" bentak sang Bunda sesudah ia menampar Asya.
Asya terdiam dengan posisi memegang pipi kanan nya yang sangat terasa perih. Dia tidak menyangka bahwa Bunda nya yang selama 17 tahun Asya hidup tidak pernah berlaku kasar terhadapnya, kini tiba-tiba bisa menampar nya hanya karena Dhea terluka.
"Bunda tampar Asya?" Asya berbicara pelan sambil melihat ke arah Bunda nya, siapapun yang mendengar suara nya dan melihat tatapan yang dia berikan ke Bunda nya pasti ikut merasakan bagaimana sakitnya apa yang Asya rasakan saat ini.
Lisyah, sang Bunda yang tidak menyangka bahwa dia tega menampar anak kandung nya itu, langsung meraih tangan Asya dan memegang wajah yang baru saja ia tampar beberapa detik yang lalu, "Maaf sayang, Bunda ga bermaksud --" belum sempat Lisyah menyelesaikan ucapannya, Asya langsung memotong ucapan Bunda nya, "Bunda ga perlu minta maaf, Asya tau kalau bunda udah ga sayang sama Asya lagi, begitupun juga Ayah, Ayah udah ga sayang sama Asya, gapapa kalau Bunda masih mau tetap di pikiran Bunda kalau Asya yang udah bikin Dhea jatuh, Memang benar kalau Asya sangat membenci Dhea karena Dhea sudah membuat Asya menjadi anak yang tak di anggap seperti sekarang, tapi Asya berani bersumpah demi apapun kalau Asya ga pernah ngelakuin hal itu ke Dhea" sesudah mengeluarkan semua ucapan yang sudah ia tahan dari awal Bunda menuduhnya, Asya langsung berlari menaiki tangga dan langsung memasuki kamarnya.
Asya menutup pintu kamarnya dengan kencang dan langsung mengunci pintunya. Asya menangis di belakang pintu kamarnya dengan posisi duduk memeluk erat lutut nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASYA [ ON GOING ]
Roman pour AdolescentsTidak ada yang lebih menyakitkan ketika aku yang menjadi pemeran utama, harus tersingkirkan oleh peran yang tak di haruskan ada. Benar, penyesalan selalu datang pada bagian akhir.