LUWOO-Belum Hamil

465 52 28
                                    

"Gimana?" Lucky bertanya kepada istrinya -Wulan- yang baru saja keluar dari kamar mandi.

Wulan menggeleng pelan.

"Negatif lagi?"

Wulan mengangguk pelan.

Lucky menghela napas panjang. Wulan memandang suaminya takut-takut.

"Kamu marah?" Tanya Wulan.

"Cari dimana, suami yang kuat hidup berdua aja sama istrinya tanpa anak? Temen-temenku aja udah pada punya anak, bahkan ada yang anaknya udah empat." Ucapan Lucky menyudutkan Wulan seperti hari-hari biasa. Benar-benar menyakitkan dan menusuk hati.

"Ya mau gimana lagi? Kita udah periksa juga kan? Dan kita sama-sama sehat, semuanya normal. Berarti emang belum dikasih aja sama Tuhan." Balas Wulan membela diri.

"Masa iya, udah hampir delapan tahun kita nikah, kamu nggak hamil-hamil?"

"Maksudmu?" Mata Wulan memicing curiga.

"Siapa tau aja kan, hasil dari dokter waktu itu cuma rekayasa atau ada yang salah?"

"Maksudmu aku yang mandul gitu? Kenapa kamu nggak mikir kalo diri kamu sendiri yang mandul?" Wulan ganti menatap Lucky tajam. "Seenaknya aja nyalahin pihak cewek mulu! Kamu sendiri gaya hidupnya nggak pernah sehat kan? Ngerokok, ngopi, begadang, mabok sampai mampus! Mikir!" Wulan menunjuk pelipis Lucky dengan telunjuknya.

"Nggak sopan banget sih lu!" Lucky menatap istrinya tajam.

"Terus mau apa lu?" Wulan mendongakkan kepalanya berani. "Lu pikir gue takut gitu? Gue udah muak tau nggak? Gue bukan mesin pembuat anak! Lu mau cerai? Ok, silahkan! Biar keluarga lu bisa bebas jodohin lu sama cewek lain! Asal lu tau ya, selama ini gue diem dinyinyirin sama keluarga lu gara-gara gue belum bisa punya anak, bukan karena apa, tapi gue mau ngehargain elu sebagai suami! Jadi gue nggak lawan mereka. Tapi sekarang, BIG NO! Orang-orang toxic kayak keluarga elu itu cuma bikin penyakit buat gue! Dan sekarang, gue mau hidup sehat, jauh dari orang-orang kayak mereka. Biar pikiran gue tetep waras. Jadi, kalo lu mau cerai, ok gue tunggu surat cerai lu! Persetan sama anak, hidup sendiri jauh lebih baik daripada ujung-ujungnya gue sakit jiwa kalo terus-terusan hidup sama elu dan dikelilingi sama keluarga lu yang tingkahnya setara setan!"

Napas Wulan terengah-engah dadanya naik turun, setelah mengatakan semua hal yang dipendamnya selama ini.

"Lu!" Lucky melayangkan tangannya di udara.

"Apa? Mau nampar lu? Tampar aja!" Wulan memajukan pipi kirinya. "Dikira gue takut apa! Lu nampar gue, gue hantam kepala lu!"

Lucky mengepalkan tangannya, mencoba meredam emosi. Lucky benar-benar tidak menyangka, sosok istri yang selama ini dia pikir lemah lembut, perhatian, sabar dan pendiam bisa menjadi sosok yang begitu mengerikan ketika marah, karena emosi yang selama ini dia pendam.

Wulan beranjak dari hadapan suaminya menuju lemari pakaian. Dengan cekatan, mengeluarkan semua baju miliknya dan juga dua buah koper besar.

"Mau ngapain?" Lucky mencekal sebelah tangan istrinya.

"Lepas!" Bentak Wulan.

"Nggak!" Balas Lucky.

"Sialan lu, lepas nggak!?" Bentak Wulan lagi.

"Nggak!" Kali ini, Lucky menggenggam kedua tangan Wulan.

Wulan menatap sengit wajah suaminya, napasnya tak beraturan, dan tanpa aba-aba, Wulan menendang selangkangan suaminya. Membuat Lucky reflek melepas genggamannya dan beralih memegangi selangkangannya juga mengaduh kesakitan.

Wulan kembali fokus memasukkan pakaiannya ke dalam koper. Sejak kecil, dirinya memang yatim piatu, tidak punya siapapun sebagai tempat bersandar. Hingga akhirnya, dia bertemu suaminya, Lucky. Wulan pikir semuanya indah, ya memang. Tapi, hanya diawal. Hingga beberapa tahun pernikahan, dirinya tidak juga diberi momongan.

Pihak keluarga suaminya mulai sering menyindirnya, setelah satu tahun menikah tidak kunjung hamil. Hatinya sakit, jika mengingat semua ucapan yang keluarga suaminya lontarkan untuknya. Dan sekarang, dia sudah muak, benar-benar lelah, ketika suaminya juga mulai ikut-ikutan menuntutnya untuk segera memiliki anak.

Selama ini, Wulan yakin dirinya tak pernah menuntut apapun dari suaminya. Dia bisa menerima suaminya dalam keadaan apapun. Bahkan, ketika dulu suaminya pernah ketahuan selingkuh dengan seorang perempuan, Wulan masih bisa memaafkannya. Benar-benar gila! Dulu, dia memang takut ditinggalkan, itu sebabnya Wulan memaafkan Lucky. Tapi sekarang, BIG NO!

Dirinya sudah lelah, lelah menjaga kewarasan otaknya. Lelah menjaga hatinya untuk percaya kepada Lucky. Lelah, karena terus-menerus menjadi pihak yang disalahkan. Wulan lelah dengan sebuah ikatan bernama pernikahan. Wulan ingin bebas!

"Kamu mau kemana?" Tanya Lucky yang melihat istrinya sudah hampir membereskan semua barangnya.

Wulan tidak menjawab dan melanjutkan kegiatannya.

"Hei! Mau kemana?" Bentak Lucky.

Wulan berkacak pinggang. "Bukan urusan lu! Dan besok, gue tunggu surat cerai dari lu!"

"NGGAK!"

"Terus, mau lu apa? Lu sengaja mau bikin gue gila, kalo gue terus-terusan hidup sama elu? Mikir!"

"Ok, aku minta maaf. Aku nggak mau cerai sama kamu!"

"Jangan bikin gue ketawa sama ucapan lu ya, sialan!" Desis Wulan marah.

"Please, kita bicarakan baik-baik." Lucky memohon dan berlutut kepada Wulan.

"Kenapa lu gak bisa ngelepas gue? Biar kalo keluarga lu lagi ngumpul nggak perlu bayar orang buat bantu bersih-bersih ya? Seneng kan keluarga lu, dapet pembantu gratisan? Setan lu semua! Mentang-mentang gue anak yatim piatu yang nggak punya harta, seenak jidat keluarga lu ngerendahin gue! Sorry, gue udah muak! Kita selesai! Lu bisa cari jalang di luar sana yang mau jadi mesin pembuat anak, buat keturunan keluarga lu! BYE!"

"WULAN! JANGAN GINI! KAMU NGGAK BOLEH PERGI! WULAN!" Lucky kembali mencegah kepergian istrinya.

Namun, Wulan dengan sekuat tenaga mendorong Lucky dan kali ini menendang tulang kering suaminya itu. Lucky pun hanya mengaduh kesakitan memegangi kakinya.

"Mampus aja lu!" Hardik Wulan sebelum benar-benar keluar dari rumah suaminya.

***

Btw, aku dapet 'bahan' untuk book ini tuh dari kisah-kisah temen-temenku yang udah pada nikah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Btw, aku dapet 'bahan' untuk book ini tuh dari kisah-kisah temen-temenku yang udah pada nikah. Makanya, ini book punya label Based on True Event kayak book Single. Bener-bener kejadian sebenarnya :v

Yang bikin heran, kok bisa-bisanya mereka curhat sama orang yang masih single kayak aku coba? Kan, udah pasti aku gak bisa kasih solusi ya? Lawak :v

MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang