Part 4

231 12 8
                                    

Aku terbangun pagi sekali ketika Alarm yang berada di kamar  terus berbunyi dengan suara nya yang terdengar bising sekali ketika berada di samping telinga ku.

"Astaga! Untung saja alarm berbunyi tepat pada pukul 05.00 wib, kalau tidak pasti aku akan terlambat interview di beberapa kantor yang telah mengantongi berkas lamaran pekerjaan ku" aku terkejut melihat jarum jam yang menunjukan pukul 05.00 wib , aku segera mengambil handuk dan berlari lari kecil menuju kamar mandi yang letaknya berada di sebelah kanan kamar Mark, tepat sebelum aku memasuki kamar mandi, Mark terlebih dahulu memasuki nya dan ia membuat ku menunggu lama untuk bergantian memasuki kamar mandi itu.

"Mark cepet dong, pagi ini gue ada interview nih" sembari aku menggedor gedor pintu kamar mandi untuk membuat Mark tidak betah berada di dalamnya.

"Heh budak! lo gak usah berisik! " Kalimat itu sangat merusak mood ku pagi ini, berapa lama lagi aku menunggunya keluar sedangkan aku saja tidak pernah mandi selama yang dia lakukan.

Akhirnya Mark keluar juga di iringi bau wangi dari shampo yang di pakainya, dia termasuk orang yang hobi nya mengoleksi shampo-shampo dengan wangi yang membuat tertarik lawan jenisnya termasuk aku.

Aku bergegas masuk ke dalam kamar mandi lalu menguncinya rapat-rapat, aku merasakan percikan air yang telah membuat rambutku basah, aku menikmati perasaan tenang yang muncul akibat percikan air itu.

Aku telah mengenakan pakaian Hem bewarna putih dengan rok hitam model span selutut dengan rambut yang ter ikat rapi, aku berjalan menuju halte untuk menaiki kendaraan menuju salah satu kantor tempat aku melamar pekerjaan.

Kini aku sedang melangkah masuk kantor dengan melihat setiap detile ruangan yang cukup apik dengan hiasan-hiasan yang ter tata rapi di setiap sudut ruang yang aku langkahi, tepat di hadapan ku berada pintu yang bertuliskan 'direktur' jantungku berdenyut kencang ketika kaki ku mencoba untuk memasuki ruangan yang  terdapat seorang pria di dalamnya.

"Duduk" Pria itu menyuruhku untuk duduk di kursi yang berada di hadapan meja kantor nya.

"Stefy Amanda?" Setelah kursi pria itu berputar dan kini ia berada di hadapan ku, ternyata dia tidak seburuk yang aku bayangkan di pikiranku kalau dia itu tua, galak dan jelek tetapi aku salah, dia terlihat sebaliknya dari yang telah aku pikirkan.

"Stefy, kemampuan apa yang ingin kau tujukan padaku–?" Aku berusaha menjawab sebaik mungkin semua pertanyaan yang ia tanyakan padaku.

"Stefy, selamat anda telah saya terima untuk bekerja di kantor saya ini" terima kasih banyak Tuhan kau telah mengabulkan doa yang aku panjatkan kepada mu.

"Jadi pak, kapan saya mulai bekerja di kantor anda?" Aku mengembangkan senyum lebar yang memperlihatkan lesung pipi yang berada di sebelah kanan wajah ku.

"Panggil saya Luke saja, umur saya hanya terpaut 1 tahun lebih tua di bandingkan anda dan mulai besok anda sudah dapat bekerja di kantor ini" aku terkejut saat mengetahui umur direktur di hadapanku hanya terpaut 1 tahun lebih tua dari ku.

"Baiklah Pak, besok saya akan memulai pekerjaan saya dengan baik" aku berdiri dari kursi yang dari tadi aku duduki dan meminta pamit kepada pak direktur.

"Stefy" terdengar suara direktur menyebut nama ku untuk menghentikan langkah ku sejenak.

"Ada apa pak?"

"Jangan panggil saya pak" aku tersenyum dan meminta maaf karena aku telah melupakan perintahnya untuk hanya memanggilnya Luke.

I'm FreeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang