Bab I

165 13 3
                                    

MISSING PEOPLE

        JANTUNG Mino berdebar kencang diikuti keringat dingin yang turut mengalir dari punggungnya. Langkahnya ragu-ragu menuju ruangan yang jarang disambangi setiap harinya. Ini bukan kali pertama ia dipanggil oleh si pemilik kafe. Dan jika itu terjadi, mungkin ada sesuatu yang berkaitan dengan Sana.

Pemilik kafe sudah jarang berkunjung, itu karena ia telah membiarkan bisnisnya dikelola oleh sang putri. Hanya saja, sudah beberapa hari Sana tak terlihat datang ke kafe.

Apa yang terjadi? Pikir Mino.

Apa gadis itu mengadu pada sang ayah akibat sikap Mino yang kurang sesuai padanya. Padahal pria itu tak berpikir telah mengabaikan Sana.

Sesaat setelah memasuki ruangan, hawa dingin seolah merasuk menembus kulit Mino. Tatapan lelaki separuh baya itu tajam layaknya pisau yang siap menyanyat apa pun yang ada di depannya.

Dengan langkah ragu, Mino berjalan menuju satu-satunya kursi kayu yang ada di hadapan meja si pemilik kafe.

Ia menggesernya mundur, sedikit menjauh dari meja. Kemudian ia duduk meletakkan tangannya di atas paha dengan pandangan mengarah ke bawah.

"Anda memanggil saya, tuan?"

"Kapan terakhir kau bertemu dengan Sana?"

Mino gemetar. Apa yang ia perkirakan memang benar.

"Mungkin sekitar 3 hari yang lalu."

Dahi si pemilik kafe berkerut.

"Kau yakin dia tidak mengunjungimu ke rumah?"

Mino menggeleng. Raut cemas semakin jelas tergambar di wajah pemilik Kafe.

"Kalau dia datang padamu, tolong sampaikan padanya untuk pulang. Aku sangat khawatir."

"Baik, tuan," jawab Mino, "Apa anda sudah melapor ke polisi?" tanya Mino dengan hati-hati.

"Aku sudah menghubungi polisi, tapi belum ada titik terang. Mereka bilang akan segera memasang poster orang hilang jika Sana masih belum ditemukan dalam waktu tiga hari."

"Itu artinya mereka akan memasang poster itu hari ini?"

"Semestinya begitu. Aku harap tidak terjadi apa-apa pada putriku. Aku sangat takut kehilangannya."

Mino menunduk. Tuan pemilik Kafe tak pernah menunjukkan sisi lemah seperti ini sebelumnya.

Maklum saja, sang istri telah meninggal. Hanya Sana—putri satu-satunya yang ia punya.

Alasan itu juga yang membuat Tuan pemilik Kafe menjadi over protective dan memanjakan Sana.

"Saya yakin Nona Sana pasti baik-baik saja," ucap Mino. Meski ia tahu bahwa menenangkan orang di depannya adalah perbuatan yang sia-sia.

"Ya... Aku tahu putriku bisa menjaga dirinya."

***

Rintik hujan turun lagi senja itu. Selepas pulang dari Kafe, Mino terlebih dulu mampir ke pasar setempat untuk membeli bahan makanan.

Di sepanjang jalan ia mulai melihat beberapa orang suruhan polisi yang mulai menempelkan poster Sana.

Tuan pemilik Kafe mungkin membayar para polisi dengan harga tinggi. Itulah mengapa mereka melakukan tugasnya dengan baik.

Di persimpangan gang menuju rumah, Mino berhenti tepat di sebuah tembok batu yang mengelilingi rumah seorang saudagar kaya. Di sana, poster itu juga ditempel tepat di sebelah poster Bae Joohyun.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 01, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

UNDERCOVER [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang