Heartache

14 11 5
                                    

Why didn't I realize?

Why did I tell lies?

Yeah I wish that I could do it again

Turnin' back the time, back when you were mine


Hari senin menjadi salah satu hari yang paling sibuk di perusahaan Daania bekerja. Daania sudah bekerja di Perusahaan ini sekitar 2 tahun lamanya, Brand.inc. Berkutat dengan segala hal yang berhubungan dengan marketing, khususnya digital marketing kadang membuat Daania kerepotan sendiri. Dihadapkan pada deadline serta diharuskan membuat konten yang out of the box sudah biasa Daania lakukan. Di tengah kerepotannya, Daania mendapatkan sebuah telepon dari nomor yang selalu dia nanti pesannya setiap malam.

"Halo? Lo mau jemput gue?" suara Daania terdengar sangat ceria ketika menjawab telepon tersebut.

Sedang di seberang sana, terdengar suara lelaki yang begitu menenangkan bagi Daania. Lelaki yang sudah selama 5 tahun ini dikagumi. Lelaki yang sudah mampu menutup pintu hatinya untuk lelaki manapun. Lelaki yang selalu terlihat sempurna di matanya.

Sambil menatap beberapa to do listnya, Daania tengah menimbang.

Apakah dia harus mengabaikan beberapa deadline pekerjaannya lalu menerima ajakan lelaki tersebut? Atau haruskah dia menolak ajakan dari si penelpon di seberang?

Mendadak Daania bimbang dan bingung dengan dirinya sendiri. Ditatapnya berkali-kali deadline yang berjajar rapi di layar komputernya. Ini baru jam dua belas siang, masih ada sisa empat jam lagi jika dia ingin pulang bersama pujaan hatinya.

Setelah berusaha keras menimbang, akhirnya dengan sangat terpaksa Daania membuka suaranya, "Boleh. Aku tunggu jam 5 sore di depan kantorku, ya?"

Seulas senyum terbit di bibir merah milik Daania. Memang hanya lelaki ini yang mampu mengukir senyum Daania tanpa usaha sekalipun.

Hari itu, Daania dengan semangat empat lima berusaha menyelesaikan pekerjaannya segera.

****

Tak ada yang lebih membahagiakan dari bertemu dengan orang yang kau sayangi setelah melalui hari yang berat. Tak menyesal Daania bekerja hingga melupakan jam makan siangnya demi menyelesaikan pekerjaannya hari ini. Daania memang tipikal wanita yang mampu melakukan apapun bagi orang terkasih yang dia sayangi.

Daania mulai merapikan semua peralatannya di meja dan bergegas untuk pulang. Saat menuju halaman depan kantornya, dilihatnya lelaki tinggi yang sudah ditunggu kehadirannya. Dengan senyum yang terus terkembang, Daania menghampiri lelaki yang sudah dia hafal postur tubuhnya. Lelaki yang sudah Daania tunggu itu mengenakan celana chino dan kaos yang dibalut oleh Jacket Jeans kesayangannya yang sudah belel. Seingat Daania, Jacket jeans itu merupakan pemberian darinya saat mereka masih kuliah. Daania tak menyangka jika lelaki itu masih menyimpan hadiah pemberian darinya, bahkan sampai sekarang masih menggunakannya.

"Canda!" teriak Daania ketika jarak mereka hanya tinggal beberapa meter saja. Lelaki yang dipanggil itu berbalik dan menantap Daania dengan binar mata yang selalu Daania kagumi.

"Udah lama? Kok lu ga ngabarin gue sih kalo udah sampai?" Daania menepuk punggung Canda.

"Saya baru sampai beberapa menit yang lalu." Canda menggenggam tangan Daania yang menyentuh pundaknya. Lalu diajaknya lengan itu untuk mengikuti arah kakinya melangkah.

Daania sendiri tidak mengetahui kemana Canda akan membawanya pergi. Tapi satu hal yang selalu Daania tahu bahwa kemanapun Canda akan membawanya pergi, dia akan selalu bahagia. Bukankah semua hal tergantung pada dengan siapa kita pergi?

CandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang