Eight

939 120 12
                                    

Dari kejauhan, Leon mendapati sosok Lily yang mendekat ke arahnya.

Masih menunggangi Agathias, kuda jantan berwarna hitam dengan jenis thoroughbred kesayangannya, kedua tangan gadis cantik yang kini berusia delapan tahun itu terkulai di kedua sisi tubuh.

Raut wajahnya tampak diliputi kekecewaan, meskipun tangan kanannya masih menggenggam erat busur panah miliknya.

What's wrong, Princess?” Tanya Leon, memberikan tepukan lembut di leher Agathias sebagai tanda apresiasi akan kepatuhannya, lantas mengangkat tubuh Lily dengan hati-hati dari atas kuda pacu setinggi 170 sentimeter itu.

Di usianya yang ketujuhbelas, dianugerahi gen terbaik dari kedua orangtua dan kakeknya, Leon telah mencapai tinggi 185 sentimeter, dengan rambut cokelatnya yang tampak semakin terang, berpadu indah dengan manik keabuan yang cemerlang.

Setelah menuntun Agathias untuk kembali ke istalnya, Leon mengamit tangan sang adik demi melangkah beriringan menuju salah satu pondok yang dibuatkan Luke untuk mereka beristirahat setelah menjalani latihan berkuda dan memanah yang melelahkan.

”Aku telah mengecewakan Paman Yoongi.” Gumam Lily dengan bibir mengerucut.

Gadis itu terus menunduk seraya memainkan ujung gaunnya.

Meskipun tak menatap wajahnya, Leon tahu adiknya tengah mati-matian menahan airmata agar tak tumpah.

”Mengapa kau berpikir begitu? Ingin menceritakannya pada Oppa?” Leon mengusap lembut surai kelam sang adik dengan penuh kasih sayang.

Ia tahu benar maksud Lily, mengingat keluarga mereka memiliki standar yang begitu tinggi dalam setiap hal yang tengah mereka pelajari.

Sempurna atau tidak sama sekali.

”A-Aku..” Tubuh Lily mulai bergetar, membuat Leon sontak mengamit dagu sang adik demi bersitatap dengannya.

No, no, jangan menangis. Kau tahu benar Paman Yoongi benci airmata.” Leon menggeleng, mengusap airmata Lily yang menggenang di pelupuk mata sang gadis dengan ujung telunjuknya.

”Ta-Tapi aku gagal mendapatkan nilai sempurna u-untuk evaluasi hari ini, Oppa..”

Leon menghela nafas panjang.

Ia tahu benar seperti apa kekecewaan yang tengah Lily rasakan.

Keduanya memang belum pernah bertemu dengan Yoongi secara langsung.

Hanya lukisan raksasa yang terpampang indah di ruang kerja Taehyung lah yang menjadi bukti betapa kuat karisma yang dimiliki paman mereka yang telah lama berpulang.

Hanya dengan menatap manik tajam Min Yoongi melalui lukisan itu, ditambah binar kebanggaan yang selalu Haruto pendarkan setiap kali mengisahkan masa hidupnya bersama Yoongi, sudah lebih dari cukup untuk membuat kakak beradik Kim memiliki rasa cinta dan hormat yang begitu besar kepada sang paman.

Baik Leon maupun Lily, juga ingin menjadi kebanggaan Yoongi, layaknya sebuah pencapaian yang selalu berhasil diraih Haruto dulu.

Gwenchana,” Sebuah suara bariton menyela keheningan kakak beradik yang beranjak remaja itu.

”Hyung,” Gumam Leon, tatkala Haruto mendudukkan diri di sisinya dan Lily di teras pondok.

”Yoongi Hyung akan mengerti. Ia takkan marah meskipun kalian gagal, asalkan kalian terus berusaha keras,” Manik tajam lelaki Watanabe menerawang jauh menatap hamparan padang rumput di hadapannya.

”Bila ia masih di sini, ia akan berkata 'tak apa, terima kasih sudah berusaha, ayo kita coba lagi sampai berhasil!' pada kalian.”

Senyuman manis tersungging di wajah tampan Haruto, lantas tangan kirinya beranjak membelai lembut surai Leon dan Lily bergantian.

Look,” Haruto menunjuk sebuah sudut istal kuda, membuat Leon dan Lily sontak mengalihkan atensi mereka ke sana.

Keduanya menahan nafas, ketika mendapati sesosok lelaki berperawakan sedang, berkulit pucat dan bersurai keabuan, bersandar pada dinding pondok istal, tengah mengukir gummy smile ke arah mereka.

”Paman Yoongi—” Leon tak mampu meneruskan ucapan, suaranya tercekat di tenggorokan.

Pun begitu dengan sang adik perempuan.

Pria itu kemudian menepuk dada kirinya tiga kali seraya mengangguk, hingga sosoknya menghilang terbawa angin yang turut menerbangkan dedaunan kering.

See, Yoongi Hyung sangat bangga pada kalian.” Bisik Haruto dengan manik berkaca.

”Hyungnim, lain kali mampirlah lebih lama. Kami merindukanmu.”

The Lost Love - The end.

Hi! Mohon maaf lahir & batin ya kesayangan Dee, mohon dimaafkan kalo Dee banyak salah dalam perkataan di karya-karya Dee yg disengaja maupun tidak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hi! Mohon maaf lahir & batin ya kesayangan Dee, mohon dimaafkan kalo Dee banyak salah dalam perkataan di karya-karya Dee yg disengaja maupun tidak.

Btw, karena cerita ini adalah project ulang tahun Yoongi, jadi Dee putuskan untuk akhiri di sini.


Dan, pastinya, terima kasih banyak untuk apresiasi kalian di setiap karya Dee, sampai ketemu di cerita-cerita selanjutnya!

XOXO

- Dee, 10 Mei 2022 -

🎉 Kamu telah selesai membaca The Lost Love [Prequel of Suga' Daddy] - COMPLETE 🎉
The Lost Love [Prequel of Suga' Daddy] - COMPLETETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang