2

20 4 2
                                    

Mentari pagi secara ramah menyapa bumi Jawa Tengah. Segeromobolan orang muda mudi memasuki ruangan. Sepertinya itu adalah ruang kelas. Muda mudi itu adalah para santri pondok pesantren Al-Khalifah. Ustadz dan ustadzah masuk dan memulai kelas mereka pagi ini.

Seorang perempuan mengenakan abaya hitam, hijab panjang serta cadar yang menutupi wajahnya, tampak tengah mengemas barang-barang. Beberapa pakaian dan buku dimasukannya kedalam tas berukuran sedang yang berada didepannya.

"Dek !" Panggil seseorang dari arah belakang
"Iya kak ?" jawabnya
"Udah beres ??"
"Udah"
"Gak ada yang ketinggalan ?"
"Euumm (berfikir sejenak) gak ada. Udah Adel masukin semua"
"Baguslah, tapi periksa lagi takut ada yang ketinggalan"
"Iya kak"
"Yaudah, kakak kedepan dulunya, mau panggil Umar, kamu ke stasiun dianter Umar ya, soalnya kakak ada rapat dulu"
"Iya kak"

Laki-laki itu berjalan, meninggalkan sang adik yang terduduk dikasurnya sembari membuka ponselnya. Tak lama seorang laki-laki lain masuk kedalam.

"Udah beres semua Del ??"
"Udah kak Umar"
"Yakin gak ada yang ketinggalan ?"
"Yakin kak"
"Yaudah, mau berangkat sekarang ?"
"Iya"
"Yuk !, tapi pamit lagi sama mas Izaal, sekalian sama yang lain"
"Iya kak, yaudah yuk!"
"Tasnya biar kakak yang bawa"

Mereka berdua berjalan keluar meninggalkan rumah mereka. Gadis tadi bernama Adella Nuraisyah Wiguna. Putri bungsu KH. Wahid Wiguna, tak lain adalah adik kandung Umar. KH. Wahid mempunyai 3 orang anak, 2 putra dan satu putri. Anak pertamanya Izaal Azhar Wiguna, kedua Umar, dan putri bungsunya Adella.

"Kamu hati-hati dijalan ya dek" ucap Izaal
"Iya kak, kakak tenang aja" jawab Adella
"Jangan lupa sampein salam Kakak untuk Umi sama Abi, bilang juga jangan khawatir, Kakak sama Umar bisa kok ngurus pondok"
"Iya kak, kalau gitu Adel pamit ya. Assalammualaikum"
"Waalaikumussalam, hati-hati kamu bawa mobil  Mar"
"Iya mas, pergi dulu ya. Assalammualaikum"
"Waalaikumussalam"

Umar dan Adella perlahan mulai menjauh dari pekarangan pesantren.

❀❀❀

Kanara Azeefa, sahabat karib Elisya ini tampak tengah sibuk berkutat dengan layar monitor dihadapannya. Tangannya sibuk menekan keyboard komputer, sedangkan matanya terfokus pada layarnya.

"Ra !"
"Iya bun ?"
"Bunda ambil bahan pesenan dulu ya, nanti bunda balik lagi"
"Iya bun"
"Kamu hati-hati jaga butik ya"
"Iya, bunda tenang aja, kan Nara gak sendiri"
"Yaudah, Assalammualaikum"
"Waalaikumusaalam"

Ya, Kanara memang tengah sibuk membantu pekerjaan sang bunda membuat laporan keuangan. Hari ini kuliahnya libur, makadari itu dia menawarkan diri untuk membantu pekerjaan sang ibu dibutiknya.

Masih berkutat dengan komputernya, seseorang memasuki butik sambil membawa kantong plastik. Setelah mengucap salam, orang itu langsung berjalan menghampiri Kanara.

"Ra !"
"El, kenapa ?"
"Nih, gua nganterin pesenan loe"
"Kamu yang nganterin ???, emang bang Baim kemana ?"
"Ada, tadi gua mau ngambil barang dirumah Anisa, karna deket butik mak loe, yaudah sekalian gua anterin pesenan loe aja"
"Ouuhh. makasih ya. Oh ya, ni uangnya"
"Sip, thanks ya. Btw, bunda mana ?"
"Bunda lagi ambil bahan jaitan"
"Oh. Yaudah, gua langsung pamit ya"
"Tumben buru-buru banget kamu El"
"Kuliah kan libur, jadi gua mau nyari duit jajan tambahan, sambung gawe di Caffe"
"Ouhh, yaudah hati-hati ya"
"Woke. Assalammualaikum"
"Waalaikumussalam.

Elisya meninggalkan Kanara yang masih terfokus pada pekerjaannya.

SenjaCaffe, tempat itu tampak ramai oleh muda-mudi yang menikmati waktu libur, beberapa dari mereka yang merasa sudah cukup healing mulai meninggalkan caffe, dan yang lain masih bertahan menikmati suasana. Ada beberapa orang juga yang mulai berdatangan.

Sang barista tampak duduk santai setelah semua pesanan diselesaikan, para pengunjung pun menikmati hidangan dengan selingan obrolan.

"Rame ya El" ucap seorang lelaki kepada barista itu
"Rame lah ege, namanya juga cafe. Loe kalau mau sepi, dikuburan sono" jawab sang barista
"Ngegas bet si loe El, kan gua ngomongnya baek-baek"
"ya abisan mancing emosi mulu, dah tau tangan lagi pegel nih"
"Suru siapa jadi barista ?"
"Loe tau gak sih Tin, barista adalah salah satu seniman tersembunyi. Gini-gini, gua kan seorang seniman"
"Alahh, seniman apaan"
"Dih loe gak tau sih. Ini seniman paling terkenal se-universitas cakrawala. Mahasiswa mana yang gak kenal sama Elisya Arifa Anugrah"
"Kemaren gua nanya anak kampus B Cakrawala gk kenal tuh sama loe"
"Beda habitat donk, kan gua kampus utama"
"Kan loe bilang se-universitas Cakrawala"
"Yodahlah bodoamat, serah loe"
"Hahahah"
"Tawa loe somplak".

❀❀❀

Adzan Dzuhur mulai terdengar dari arah masjid kampus, Elisya dan Kanara keluar meninggalkan kelasnya, dan berjalan santai menuju masjid. Diperjalanan, mereka di hadang 5 orang laki-laki yang nampaknya sebaya dengan mereka.

"Ditunggu dari tadi, baru keluar ?" tanya salah satu dari laki-laki itu
"Iya kita baru aja selesai kelas" jawab Kanara
"Emang jamnya siapa tadi Ra ?"
"Bu Syima"
"Ouh, yodah, ke masjid dulu apa ke kantin dulu nih kita ?"
"Ke masjid lah ege, solat dulu, sebelum disolatin"
"Nah lho, bener kata si Refan... tunggu, Fan loe abis kejedot apaan bisa bijak gitu ?"
"Kejedot pintu kelas gua El"
"Pantesan"
"Ehh, udah, kapan nih ke masjidnya, nanti waktu solatnya keburu abis"
"Iya ustadzah Nara !".

❀❀❀

Umar tampak tengah mengajar para santri. Semua santri memperhatikan materi yang disampaikan umar dengan seksama. Namun, salah satu santriwati yang duduk didepan pojok sepertinya lebih memperhatikan pemateri dari pada materi yang disampaikan.

"Sampai sini semuanya paham ?"
"Paham gus !"
"Ada yang mau ditanyakan ??"
"Ndak ada gus"
"Baiklah, kalau begitu, kelas saya tutup, silahkan kalian kembali ke kamar masing-masing untuk istirahat dan siap-siap solat"
"Baik gus"
"Yasudah, gus pamit. Assalammualaikum warahmatullahi wabarakatuh"
"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh"

Seketika para santri mulai berhamburan meninggalkan ruang kelas mereka. Santriwati yang sedari tadi memperhatikan Umar berjalan menghampirinya.

"Gus !"
"Ya, Nasya, ada apa ?"
"Ini gus, Nasya cuma mau kasih air untuk gus, keliatan gus haus habis menjelaskan materi tadi"
"Oh ya. Jazakillah"
"Afwan gus. Kalau begitu Nasya pamit. Assalammualaikum"
"Waalaikumussalam"

Santriwati bernama Nasya itu perlahan mulai menjauh dari jangkauan pandang Umar. Umar  pun berjalan meninggalan tempatnya tadi. 

Izaal terlihat sedang merapikan buku yang berserakan diatas meja, tak lama kemudian Umar datang, setelah mengucap salam, dia menanyakan aktivitas apa yang tengah dilakukan oleh sang kakak.

"Mas lagi apa ? itu buku berantakan banget ?"
"Ini, habis liat-liat laporan dari kepala Ustadz"
"Ouh gitu"
"Iya"
"Oh ya mas, minggu depan Umar mau ke Jakarta ya"
"Mau ngapain ?"
"Gak ngapa-ngapain, Umar kangen aja sama Umi sama Abi. Boleh gak ?"
"Ya boleh"
"Mas Izaal gak ikut"
"Nanti aja, mas, masih banyak tugas"
"Tugas apa ? mempersiapkan diri untuk memberi kepastian ke ustadzah Ija ya"
"Kamu Mar"
"Bener kannnn"
"Eishh, sana-sana. Siap-siap solat berjamaah"
"Cieee, bentar lagi mau lamar ustadzah Ija"
"Mar !!"
"Adudududu, iya-iya. Umar mau siap-siap solat"
"Udah sana"
"Cieeee"
"Umarr !!"

Umar berlari masuk ke kamarnya. Ya, mereka sudah dewasa, tapi orang dewasa ketika berhadapan dengan masalah cinta bisa berubah layaknya anak kecil.

TUNTUN AKU MENUJU SYURGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang