Matahari perlahan mulai turun di arah barat, cahaya terangnya lambat laun berubah menjadi warna jingga, burung-burung mulai berterbangan kembali ke sarang mereka, para kelalawar tampak bersiap-siap memulai aktivitas mereka.
Seorang pria tinggi tampan terlihat menikmati sore dengan buku yang sedang dibacanya. Tengah Asik membaca, 3 orang pria lain menghampiri dan duduk disebelahnya. Tanpa menyapa atau berbasa basi, ketiga pria tadi sama-sama terdiam melihat ke langit yang makin jingga.
"Kalian kenapa ?" tanya pria yang semula membaca buku
"Gak apa-apa" jawab salah satu dari mereka
"Terus, kenapa kalian pada diem ??"
"Emang kalau diem gak boleh Mar ?, kan gak ada undang-undang larangannya"
"Ya emang, tapi kan kedatangan kalian kesini pasti ada sebab donk"
"Gak apa-apa Mar. Kita cuma pengen ikutan santai aja"
"Nah bener kata Fachrul"
"Ouh, saya kira kenapa"
"Iya. Eh Mar, bukannya kamu bilang mau ke Jakarta ya, kapan berangkatnya"
"Gak jadi Sa, paling lusa"
"Kenapa ?"
"Saya baru inget, kalau masih ada santri yang harus setor hafalan"
"Ouhhhhh"
"Kepanjangan Oh mu Bib"
"Gak apa-apa biar afdhol Rul".Mereka berempat memang sudah bersahabat dari kecil. Dari dulu selalu satu sekolah, ditambah sekarang orang tua Umar mempekerjakan mereka sebagai musyrif di ponpes mereka.
Keakraban Habib, Umar, Oksa, dan Fachrul terkadang menimbulkan persepsi berbeda dari setiap orang. Banyak dari mereka yang mengira bahwa mereka berempat adalah saudara kandung karna saking dekatnya mereka.
❀❀❀
Pagi yang cerah, sinar matahari sudah datang bertamu menyapa bumi Jakarta.
Disebuah rumah, tampak seorang bapak tengah bersiap-siap. Pakaiannya sudah rapih, nampaknya ia akan bertemu seseorang hari ini. Seorang gadis dengan rambut panjang terikat keluar dari ruang kamar.
"Widihhh, pagi-pagi dah rapih aja. Ganteng banget, ayah mau kemana ?" tanya sang gadis
"Ayah mau ketemu sahabat ayah"
"Ouhh"
"Kamu mau ke Caffe El ?"
"Iya, biasa mumpung libur yah"
"Yasudah, hati-hati dijalan"
"Iya yah, El berangkat ya"
"Iya, udah pamit sama ibu ?"
"Udah kok, pergi dulu yah, assalammualaikum"
"Waalaikumussalam"Elisya meninggalkan sang ayah yang masih memperhatikan penampilannya, berjalan semakin menjauh dari pekarangan rumahnya.
Senja Caffe, jam yang menunjukan bahwa waktu masih pagi membuat karyawan Caffe tampak santai sembari merapikan Caffe sebelum menyambut kedatangan para pelanggan.
Seorang laki-laki muda tengah mengelap meja sambil bersiul. Kepalanya termanggut-manggut menikmati siulannya itu. "DARRRR !!!", seseorang mengejutkannya dari belakang membuat dia terperanjat dan hampir saja terjatuh.
"Sue loe El" ujar sang karyawan
"Hahahahah, kaget ya kaget ya"
"Elisya, ini masih pagi lho, loe udah bikin jatung gua hampir copot aja"
"Kalau jantung loe copot, ya beli yang baru Tin"
"Loe pikir apaan anjirr"
"Hahahah"Mendengar kegaduhan itu, sang pemilik caffe keluar dari arah dapur caffenya.
"Woyy, ribut banget loe berdua, ngapain si ?"
"Nih bang nih, Si El ngagetin gua. Gua lagi santuy-santuy lap-in meja"
"Lagian serius banget ngelapin mejanya"
"Kebiasaan loe El, lama-lama ni karyawan gua kena serangan jantung semua gara-gara loe"
"Hehehe, sorry bang sorry. Lagian kalau kena serangan jantung ya serang balik lah"
"Loe pikir tentara Israel, bisa kita serang balik"
"Tau ni anak ni, becanda mulu"
"Kek loe kagak demen becanda aja malik"
"Nama gua Martin, bukan Malik"
"Bodoamat"
"Udehh, malah dilanjut. Sambung kerja. El noh, tempat kopi dah nunggu"
"Iya bang"
"Iya"Mereka kembali pada aktivitas mereka, beres-beres sebelum pelanggan datang.
❀❀❀
Kampus utama universitas Cakrawala, beberapa mahasiswa terlihat berlalu-lalang disekitar kampus. Ada yang datang sekedar untuk setor muka terus lanjut nongkrong dikantin, ada yang mulai kelas karna ngambil kelas weekand, ada pula yang hanya sekedar mengumpulkan tugas dari dosen lalu kembali pulang. Sama dengan Adella dan Caca, hari weekand biasanya mereka libur, namun dikarnakan harus mengumpulkan tugas dari dosen, hari ini mereka datang ke kampus.
"Udah beres Del ?" tanya Caca saat Adella keluar dari ruang dosen
"Udah Ca. Kamu, udah beres ?"
"Udah"
"Yaudah yuk, mau langsung pulang ?"
"Eumm, makan dulu yuk !"
"Dimana ?"
"Di... Caffe Senja, mau gak ?"
"Caffe Senja ?"
"Iya tempatnya enak tau, makanannya juga. Dua hari yang lalu aku ke sana nemenin Kak Zando"
"Ouhh, jauh gak ?"
"Gak terlalu jauh kok, gimna, mau gak ?"
"Eumm, yaudah deh yuk !"
"Yuk !"Adella dan Caca beranjak meninggalkan kampus mereka.
Sementara itu, di Caffe Senja tampak pengunjung mulai berdatangan. Weekand emang pas kalau dipake buat jalan-jalan sekalian jajan.
"El, Vanilla Latte 1, sama cappucino 2" ucap Martin
"Oke"Elisya mulai membuat pesanan. Elisya memang bertugas membuat minuman, sedangkan untuk makanan, Baim punya spesialisnya sendiri di Caffe.
Dua orang gadis memasuki Caffe, mereka tampak cantik dengan balutan jilbab. Salah satu dari mereka lengkap memakai cadar. Ya, gadis itu adalah Adella dan Caca. Setelah mengambil tempat duduk, mereka memesan makanan. Sang pelayan mulai meninggalkan Adel dan Caca setelah mereka selesai memesan. Adella meletakan sebuah totebag diatas meja.
"Itu apa Del ?"
"Ouh ini, bajunya kak Elisya. Niatnya mau aku kasihin, soalnya udah lama juga. Habisnya aku gak ketemu terus sama dia"
"Terus, kenapa gak dikasihin ?"
"Aku kira kak Elisya ada kelas hari ini, ternyata dia juga libur"
"Ouh, terus gimana tuh ?"
"Ya nunggu masuk, baru bisa balikin bajunya"Caffe Senja memang selalu jadi spot pilihan buat nongkrong anak muda ibu kota.
Hari semakin gelap, awan hitam mulai menutupi seluruh bagian langit Jakarta. Titik-titik air perlahan jatuh menimpah bumi, semilir angin sejuk mulai terasa menusuk.
"Kan, gua bilang apa Tin, hari ini pasti hujan" ujar Elisya
"Loe pawang cuaca ya El"
"Kagak lah ege, gua denger berita laporan cuaca. Makanya punya barang canggih tu gunain yang bener"
"Ya kan gua gak kepikiran ke situ El"
"Loe sih. Nih loe contoh gua selalu sedia payung sebelum hujan, cari informasi sebelum tragedi"
"Iya dah iya"Perbincangan Elisya dan Martin hari ini adalah tentang cuaca. Sepertinya mereka mau coba lamar kerja jadi anggota BMKG.
Dari tempat pengunjung, Adella yang mendengar suara obrolan itu merasa tidak asing dengab suara yang ia dengar. Sontak Adella menoleh ke arah tempat barista membuat minunan. Benar saja, suara itu memang dia kenal, suara yang berasal dari orang yang dia cari-cari.
"Itu kak Elisya kan ?"
"Mana ?"
"Itu, di tempat barista"
"Eh, iya. Kak Elisya ngapain disini"
"Kerja mungkin"Adella beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menghampiri Elisya.
"Kak Elisya !"
"Ya, wait, siapa ya ?"
"Aku Adel kak, orang yang waktu itu kakak tolongin waktu aku dibully"
"Ouh, iya-iya"
"Inget kan ?"
"Kagak"
"Yeee, somplak, orang tu kalau bilang iya-iya berarti dia inget ini malah kagak"
"Ya pegimane oncom emang gua kagak inget"
"Yaudah gak apa-apa. Intinya aku adik tingkat yang kakak tolongin. Oh ya untung ketemu kakak disini, Aku mau balikin ini, baju kakak. Maaf ya kak lama, soalnya aku gak ketemu terus sama kakak di kampus"
"(Membuka totebag) Eh, ini kemeja gua. Iya gak apa-apa. Makasih ya"
"Sama-sama kak, aku juga makasih banget"Setelah dirasa urusannya telah selesai, Adella dan Caca pamit pulang setelah membayar pesanan mereka. Namun, saat mereka keluar rupanya hujan masih anteng dan belum berniat untuk pergi.
Didalam Elisya tampak sedang berkemas, dia merapikan celemek yang dia gunakan tadi dan menggantungnya. Elisya hari ini hanya bekerja sampai sore, bergantian dengan karyawan yang lain. Setelah selesai, Elisya pamit dan mulai meninggalkan Caffe dengan payung ditangannya. Saat sudah keluar Caffe, Elisya melihat Adella dan Caca yang ternyata belum pulang.
"Lah, loe berdua belum balik ?"
"Eumm, belum kak, kita lupa bawa payung"
"Ouhh. Nih, pake payung gua aja"
"Lho, terus nanti kakak gimana ?"
"Santai, gua mah udah temanan sama hujan. Nih bawa aja"Elisya menyerahkan payung yang dia genggam, dan mengeluarkan plastik yang biasa dipake buat bungkus Es diwarung dari saku celananya. Elisya memasukan ponselnya, bermaksud agar ponselnya gak ikut-ikutan dia main hujan.
"Kak, ini payungnya..."
"Udeh, loe berdua pake aja. Gua balik duluan. Dah. Eh.. Assalammualaikum"
"Waalaikumussalam"Elisya berjalan menembus hujan, menyisakan Adella dan Caca yang terus menatapnya dengan wajah-wajah ketidakpercayaan.

KAMU SEDANG MEMBACA
TUNTUN AKU MENUJU SYURGA
Dla nastolatkówPasangan terbaik, adalah dia yang bisa menuntunmu menjadi sosok yang lebih baik lagi