Di kamar, Kana terlihat frustasi. Dia mengacak rambutnya kasar, sembari mengomel tak jelas. Pintu kamar terbuka, menampilkan Koji dengan mulut yang sibuk mengunyah. Tiba-tiba sebuah ide terpintas begitu saja.
"Koji, kau bisa meretas CCTV kan?"
Koji hanya mengangguk, senyuman di pipi Kana mengembang.
"Bisa bantu aku meretas CCTV sekolah?"
"Bayar berapa?"
"Huh, sama sepupu sendiri kau perhitungan. Nanti ku transfer ke rekeningmu."
"Oke."
Malam ini, Koji dan Kana kembali ke sekolah. Padahal pria itu sudah memintanya besok saja untuk melakukannya, tetapi Kana bersikeras. Dia tak sabaran, jadi harus melakukannya malam ini.
Mereka sedang berada di ruang pengawas, Koji mulai melakukan tugasnya, sementara Kana sembari berjaga-jaga. Dia juga membantu Koji untuk mencari rekaman mana saja yang dibutuhkan.
"Stop!"
Koji yang berhasil mengembalikan video CCTV pun dibuat kejut dengan suara Kana.
"Geser ke atas ... Iya, itu!""Tolong buka videonya."
Setelah mengklik video tersebut, terlihat seorang gadis yang diseret paksa masuk ke dalam gudang. Koji mengernyitkan dahinya, menatap Kana dengan curiga.
"Sejak kapan kau berurusan dengan hal begini?"
"Sejak kematian temanku. Tua bangka itu harus mendekam selamanya di penjara."
Koji mulai menyalin video tersebut ke dalam flashdisknya, juga beberapa video di mana guru tersebut pernah melakukan hal tak senonoh di ruangannya. Biarpun sudah di hapus videonya, tetap saja sampahnya masih ada sampai tiga puluh hari kedepan dan bagi Koji, itu bukan hal yang sulit.
"Aku mau besok kau harus menyebarkan video ini dan foto-fotonya. Yah, sebagian fotonya ada yang dicuri, tetapi tak apa. Video ini juga sudah cukup untuk dijadikan bukti."
Kana dan Koji keluar dari ruang pengawas, semuanya kembali ke semula. Begitu tiba didepan ruang guru olahraga, Kana jadi ingat waktu dia dengan ceroboh membuka pintu ruangan tersebut.
"Bukti itu pasti sudah disingkirkan oleh si tua bangka, jadi aku tak perlu masuk ke sana."
Di jalan, Koji melihat seorang bayi yang masih berumur satu tahun. Duduk sendirian di kursi taman, sembari menangis sesegukan.
"Lihat, ada anak kecil menangis!"
Kana melihat ke arah jari Koji menunjuk. Kana terkejut dan dengan cepat berlari untuk menghampiri bayi itu. Kana pun menggendong dan berusaha membuatnya tenang.
"Kemana orang tuanya? Bisa-bisanya meninggalkan anak sekecil ini!" ujar Kana jengah.
"Sepertinya dia bukan sengaja ditinggalkan, bajunya saja terlihat rapi."
"Kita bawa ke kantor polisi dan menyerahkan dia, jika tidak kasihan orang tuanya nanti!" usul Kana dengan terus membuat bayi itu berhenti menangis.
"Jam segini kantor polisi sudah tutup. Kita akan bawa dia besok saja, toh dia seperti kelelahan."
Kana hanya bisa mengikuti ucapan Koji. Setibanya di rumah, bayi itu sudah tetidur di dalam pelukan Kana.
"Lihat. Dia sudah tidur, bawa pelan-pelan ke kamarmu!" ucap Koji dan melenggang pergi menuju kamarnya.
Kana hanya mengela napasnya pelan, lantas berjalan menuju kamarnya. Dia meletakan bayi tersebut di atas ranjang dan menyelimutinya dengan lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kana (Lookism)
ФанфикBagaimana jika seorang anak asal Indonesia pindah sekolah ke SMA Jaewon, sekolah yang para siswanya unik-unik? Mampukah Kana menyembunyikan identitasnya yang berasal dari keluarga kaya dari teman-temannya? Bagaimana kisah cinta Kana? Apakah cinta se...