" Teman? Aku pikir aku hidup sendirian di dunia ini, masih ada yang mau bersama ku "
• MAINTAIN •
Lelaki kecil itu hanya diam di kursi taman, ia hanya menunduk terdiam tanpa minat melakukan apa pun. Suara tawa anak anak atau pun orang dewasa memenuhi indra pendengaran nya, ia hanya mendongak sedikit kemudian kembali menunduk. Melihat kaki mungil nya yang berayun bebas di udara.
Sampai sebuah roti berada tepat di depan nya, ia mendongak dan melihat siapa yang menyodorkan roti tersebut. Ketika ia melihat jelas anak seumuran dengan nya, perempuan mungil dengan jaket tipis yang ia kenakan namun ada yang janggal. Luka di leher nya, namun ia tidak berpikir lebih akan itu.
" Kau mau? Aku beli berlebihan tadi soal nya ada diskon lebih murah " Ucap nya terus terang sekali, membuat lelaki di depan nya agak kebingungan.
Tidak segera merespon, gadis itu langsung saja menarik tangan lelaki di depan nya untuk segera menerima roti tersebut. Dan dengan polos nya, dia duduk di samping lelaki itu yang malah terdiam ketika menerima roti tersebut. Dia menoleh ke arah samping, melihat gadis itu makan dengan lahap tanpa beban sama sekali.
Lelaki mungil itu menatap ke arah roti yang berada di tangan nya, roti kesukaan nya. Roti Coklat, ia sangat menyukai nya tetapi sayang sekali ia tidak selalu bisa memakan makanan berbahan gandum tersebut setiap saat yang ia inginkan. Harus ada uang bukan? Meminta orang tua bagi nya adalah hal yang mustahil, ia hanya bisa mengumpulkan uang sisa sekolah nya baru ia bisa membeli makanan kesukaan nya itu.
Sadar jika sebelah nya hanya diam saja, gadis itu menoleh ke arah samping dan menatap orang sebelah nya dengan tatapan aneh.
" Kau tidak mau memakan nya? Ini enak tau, aku juga beli yang baru di kirim pembuatnya belum kadaluarsa " Oceh gadis itu lagi, ia menarik roti itu dari tangan lelaki tersebut dan membuka bungkus nya. Memberikan lagi kepada lelaki mungil itu, kemudian melompat turun dari kursi. Ingat tubuh nya masih mungil agak aktif, tidak masalah mau lompat dari pagar juga.
" Kau mau kemana? " Suara yang ingin ia dengar akhir nya muncul, gadis itu menoleh dan menatap datar ke arah lelaki itu yang memegang roti pemberian nya.
" Aku mau pulang, lagian aku malas di pukuli "
Deg
" Di-dipukuli? " Ucap nya gugup, ketika ia tau kebenaran. Lagi pula, jangan remehkan otak nya itu yang masih terlalu muda itu IQ nya sangat tinggi meskipun usia nya belum genap 12 tahun.
" Lupakan saja, makan saja roti nya. Sampai jumpa!! " Lelaki itu hendak kembali mencegah namun terlambat ketika gadis itu sudah berlari duluan menjauh dan kian menjauh.
Ia hanya diam di tempat, posisi berdiri mematung memegang roti di tangan nya. Ia sekilas tersenyum senang, masih ada seseorang yang setidaknya mau dekat dengan nya tanpa memandang apa pun. Ia sangat senang, sampai senyuman nya terus ia perlihatkan. Bukan terpaksa seperti biasa namun ini jelas menggambarkan betapa bahagia nya diri nya sekarang.
Baru saja mau meninggalkan taman, tidak sengaja kaki nya menginjak sesuatu. Tentu saja terkejut, ia kira hewan kecil yang tidak sengaja terinjak namun ia salah. Sebuah gelang kaki, agak ragu harus berbuat apa namun lelaki itu memilih mengambil benda itu untuk memastikan saja itu milik siapa meskipun tidak tau siapa. Mengingat gadis tadi yang memakai benda itu.
Baru sadar kalau gelang kaki itu milik gadis tadi, ingin sekali menemui nya dan mengembalikan nya namun ia tidak tau dimana gadis itu tinggal. Dia pasti mencari benda ini? Benar bukan?
Melihat gelang kaki itu, terdapat sebuah celah dan terdapat sebuah tulisan di sana. Ia membaca nya, kemudian tersenyum tulus.
" (Y/n)? Apakah kita bisa bertemu lagi? Mungkin aku akan menunggu mu, kau teman pertama ku. Meskipun kau tidak menganggap begitu... " Ia harus mengembalikan gelang kaki itu, kemudian ia harus berterima kasih atas roti itu dan mengajaknya berteman. Apakah bisa? Anak itu cenderung pemalu.
" Aku akan mencari, kau pasti mencari gelang ini.. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Maintain | Kim Junkyu × You
FanfictionTidak semua nya bisa di harapkan dan di pertahankan, karena memang pada dasar nya semua akan menghilang secara perlahan kemudian pergi tanpa jejak apa pun, hanya air mata yang di tinggalkan bersama kenangan yang menyakitkan. Kembali ke pencipta, cep...