22. Healing

9 2 0
                                    

Bukankah adil jika semua orang merasa dunia ini tidak adil?

-Line Of Destiny

__________________✧✧__________________

Bab 22

Healing

Happy Reading

▽▽▽

Babyy
|aku lagi di luar sama Aya


Eksa memandang rumah besar yang ada di hadapannya saat ini. Pintunya tertutup rapat, mungkin memang benar pemiliknya sedang keluar semua. Suara notifikasi membuatnya kembali fokus pada benda tipis yang ada di genggamannya.

Babyy
|kenapa?

gak papa, tadi aku lewat rumah kamu niatnya mau mampir, tapi kamunya gak ada ternyata|

|ih maaf ya, aku udah ada janji sama Aya soalnya

iyaa|
kamu sekarang lagi ada dimana, Na?|

|di mall
|tadi aku beli gantungan kunci lucu banget tau, Sa
|aku beli yang couple, nanti satunya buat kamu ya

haha iyaa, nanti aku pake|

|ya udah, aku mau makan dulu ini
|gak papa?

gak papa lah, aku juga sekalian mau ke rumah Bian ya|

|oke, hati-hati, Sa!

Eksa memilih untuk menjalankan kembali kendaraannya, menuju ke rumah Bian seperti yang dia katakan pada Nara lewat pesan singkat tadi. Tak lama kemudian, laki-laki itu sampai di rumah Bian.

Dia memarkirkan motornya di halaman rumah temannya yang tampak sepi itu. Hal ini sudah biasa baginya, karena dia sendiri tau bahwa di rumah itu hanya ada Bian sendiri yang menempatinya. Ayahnya entah ada dimana, sedangkan Bundanya──berada di tempat yang jarang di jamah oleh orang-orang seperti dirinya. Mungkin Bian adalah salah satu yang menjadi terkecuali. Sesekali juga ada pembantu yang datang untuk membereskan rumah itu.

Dengan langkah pasti, laki-laki itu melangkah menuju pintu utama rumah Bian. Pintu tidak dikunci, kalian tentunya akan terkejut jika melihat kondisi rumah seorang Galen Abian Saguna yang terkenal ceria, seperti tidak ada beban sama sekali yang ia tanggung. Namun, kenyataannya tidak ada yang tau mengenai laki-laki itu. Ruang tamu rumah Bian terlihat sedikit berantakan. Beberapa barang di sana berada di tempat yang tidak seharusnya, mungkin Bi Lila──pembantu di rumah Bian belum datang.

Mencoba menghiraukan keadaan di sana, kaki Eksa segera menuju ke lantai atas. Tepat dimana kamar sahabatnya itu berada.

"Bi!" Panggilnya sedikit berteriak.

Merasa tidak ada jawaban, cowok itu mencoba memanggil kembali sambil sesekali mengetuk pintu kamar Bian yang ternyata dikunci dari dalam. Tidak biasanya, pikir Eksa.

"Bian, lo masih tidur ya? Udah siang anjir buruan bangun!"

"Bi─" Pintu itu tiba-tiba terbuka menampakkan sosok Bian dengan penampilan acak-acakan.

"Lo beneran baru bangun?"

Bian menyengir. "Lagian lo pagi-pagi ngapain ke sini?" Suaranya serak khas orang yang baru saja bangun tidur.

Line Of DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang