Mobil Jarvis sudah terparkir asal dihalaman depan rumahnya. Dengan segera keluar mobil dan memapah Nathan yang sepertinya tertidur dengan pulas untuk masuk kedalam rumah dengan sedikit berhati hati. Melempar asal kunci mobilnya kepada tukang kebun yang dilewatinya begitu saja.
Sebelum masuk kedalam rumah Jarvis sudah dapat mendengar kericuhan yang dibuat saudara saudaranya. Sudah dipastikan bahwa mereka semua berkumpul dirumah ditambah dengan sang Ibunda yang mendapatkan cuti untuk mengistirahatkan dirinya setelah satu bulan lamanya berada di Los Angeles untuk menjadi salah satu BA luncuran terbaru dari salah satu merk terkenal disana.
Sedangkan sang ayah juga baru saja lepas landas malam tadi dengan rute chicago-indonesia. Ya, Bapak Agung baru tiba dirumah tadi malam namun pagi nya sudah kembali berangkat kekantor pusat yang berada di Jakarta, tidak terlalu jauh juga dari rumah mereka.
Kericuhan yang tadi terdengar sangat berisik seketika terhenti begitu Jarvis masuk kedalam rumah dan melongos begitu saja. Bukan, bukan karena tingkah Jarvis yang membuat mereka terdiam melainkan sosok yang dipapah oleh Jarvis yang mencuri perhatian.
"BUNDA" Teriak Jarvis memanggil sang Bunda.
"BUNDA!" Teriaknya lagi karena sang bunda yang belum menampakkan presensinya
"Ada apasih Jarvis kenapa teriak teriak hm?" Akhirnya sang ibunda keluar dari kamar sambil menguncir kuda rambut miliknya. Sepertinya ia belum menyadari sosok Nathan yang sedang dipapah oleh Jarvis.
"Bunda, kak Nana-"
"ASTAGA! NANA KENAPA?" Terkejut Yuna mendapati anak kelimanya tengah dipapah oleh bungsunya dalam keadaan tak sadarkan diri.
"Tanya nya nanti dulu ya Bunda. Sekarang mending kita bawa Nana ke kamarnya dulu!" Wira selaku tertua langsung cepat tanggap menangani keadaan dengan menyuruh mereka langsung membawa Nathan kedalam kamarnya untuk diistirahatkan, bukan malah berhenti ditengah jalan dan melakukan sesi tanya jawab. Kasian adiknya
Kini mereka semua berada didalam kamar Nana, sambil menunggu Dokter keluarga mereka, Dokter Jordy. Yang langsung dihubungi Cakra untuk segera datang memeriksa keadaan sang kakak.
Setelah mendengar kronologi kejadiannya dari Jarvis, mereka semua terkejut tak percaya, bahkan Jarvis sudah menangis dan ditenang kan oleh Mas Novan. Sedangkan Yuna juga hanya mampu menatap sendu wajah sang putra dengan tangan yang digenggam dan ditaruh dipipinya dengan sebelahnya lagi senantiasa mengelus lembut surai dan kening Nathan agar sang Anak merasa nyaman dan aman dalam tidurnya.
Dan yang lain hanya mampu terdiam dengan pandangan yang terfokus dengan Nathan namun dengan pandangan yang sulit diartikan.
"Uda dek, jangan nangis lagi. Gak papa ini bukan salah kamu. Kak Nana nya juga gak kenapa napa lagi kan?" Tenang Novan sembari terus memeluk tubuh adik bungsunya yang masih terisak hebat dibalik punggungnya. Seperti nya sang adik terkejut atas kejadian yang sudah menimpa dirinya dan sang Kakak kesayangan.
"Ini salah gue kak. Andai tadi gue jemput kak Nana nya gak telat, mungkin kita gak akan menyaksikan kejadian tadi kak. Andai-"
"Stop Jarvis!"
"Ini bukan salah kamu oke, ini musibah yang memang gak bisa kalian hindari. Ini bukan salah lo atau salah siapa siapa. Sekarang hapus air mata lo, dan berhenti nangis! Nana semakin gak suka kalau liat keadaan lo yang kacau kayak gini."
Raden agkat suara memberikan kata penenang untuk sang adik yang terlihat semakin kacau itu. Dan ya berhasil, Jarvis menghentikan tangisnya dan menyembunyikan wajah nya dibalik dekapan Mas Jovan. Ia sudah berhenti menangis, tapi masih takut apabila kejadian tadi yang sebenarnya sepele bagi orang lain namun dapat berujung fatal bagi sang Kakak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Right Family
Fanfiction"Keluarga. Apakah benar benar menyayangi atau hanya sekedar menjaga karena takut kehilangan Lagi?" Janardana Nathan Randika Selamat datang dikisah keseharian Randika bersaudara, dengan satu anggota keluarga yang dijaga layaknya sebuah permata berha...