4. Stabil

3.3K 293 35
                                    

Matahari telah naik menunjukkan waktu untuk orang orang melakukan aktivitas nya. Begitupun dengan Randika Family kini mereka sedang berkumpul dimeja makan melakukan rutinitas pagi hari. Sarapan bersama, minus Nathan karena ia masih istirahat dikamar dan sang bunda yang melarang mereka untuk membangunkanya.

Hanya suara dentingan sendok beradu dengan piring yang terdengar pagi ini, sepi. Tidak seperti biasa. Kini semuanya hanya menikmati sarapan mereka dengan tenang dan diam.

"Wira sudah selesai." Wira selesai pertama langsung menyalami kedua orang tuanya berpamitan untuk pergi kekampusnya. Karena hari ini ia memiliki kelas pagi.

"Jarvis juga selesai. Mas Cakra buruan dong! Ntar telat kita!"

"Sabar dong Jarvis, masih pagi juga!"

"Hari ini adek berangkat bareng Mas Cakra ya."

"Loh, gak bisa gitu dong yah! Aku kan punya mobil sendiri," Tolak Jarvis kepada sang ayah. Yang lainnya hanya diam sebagai penonton.

"Bareng Mas Cakra atau diantar sopir?" Sang ayah memberi pilihan yang tak ada untung keduanya bagi Jarvis.

"Oke. Bareng Mas Cakra. CEPETAN DONG MAS! Makan mulu!" Putus Jarvis setelah itu mereka pamit kepada ayah dan bunda. Tak lupa Jarvis yang menyeret Cakra dengan kaki sedikit dihentakkan dan bibir yang terus menggerutu.

Dua bungsu selesai dengan keributan. Biasa juga Jarvis pergi bareng dengan Cakra hanya saja dengan mobil masing masing.

Tersisa 3 kembar bersama ayah dan bunda dimeja makan. Mereka bertiga memiliki jadwal kuliah siang dan sang ayah yang memang mengambil cuti hari ini.

"Bunda keatas dulu ya, mau bangunin Nana sekalian ngasih sarapan dan ngecek kondisinya." Yuna bangkit sembari mempersiapkan sarapan untuk Nathan.

"Haidar ikut Bunda!" Tanpa menunggu jawaban kata iya Haidar langsung berlari mengikuti sang Bunda yang sudah berada ditengah anak tangga. Ia ingin menemui adiknya juga omong omong.

"Ikut ju-"

"Mas Raden dan mas Jovan gak mau ngobrol sama ayah?"

•••

Setelah Haidar menutup pintu kamar Nathan ia langsung bergegegas menyusul sang bunda yang sudah duduk mengusap surai Nathan. Guna untuk membangunkanya.

Haidar naik keranjang Nathan ikut mendudukan dirinya disebelah sang adik.

"Bang Haidar jangan rusuh dong." Nasihat Yuna kepada Haidar yang naik keatas ranjang saja menghasilkan gonjangan karena tingkah rusuhnya.

Dan hanya dibalas cengiran olehnya.

Sang Bunda sudah tak ambil pusing sekarang fokusnya kembali mengarah untuk Nathan yang masih setia memejamkan mata dengan nassal canula yang masih bertengger dihidung bengirnya. Saat malam ia sempat bangun dan meminta untuk dilepas nassal canula, namun saat menjelang subuh tadi ia terbangun dengan nafas tersengal dan kembali dipasangkan nassal canulanya.

"Kak Nana bangun yuk, sarapan." Panggilan dengan nada halus itu terdengar lembut ditelinga. Yuna membangunkan Nathan dengan berbisik didekat telinganya.

Haidar yang melihat itupun tak mau kalah, langsung ia berbaring dan memeluk erat Nathan dari samping sembari bergumam
"Bangun Nana, Nana Bangun."

Nathan yang merasa terusik dengan pergerakan Haidar pun perlahan membuka matanya menyesuaikan cahaya yang masuk keretina nya.

Setelah kesadaran terkumpul penuh, objek pertama yang dilihanya adalah wajah sang bunda dengan senyum hangat dan tangan yang tak henti mengusap rambutnya. Menoleh kesamping ia menemukan Haidar yang tersenyum tak kalah cerahnya dari sang Bunda bahkan Nathan sedikit meringis karena senyum Haidar yang terlalu lebar.

Right FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang