"Patahkan saja tidak apa-apa, aku pantas untuk di sakiti."
_____________________________________________12 Desember 2020
"Hufff"
Seorang gadis berseragam putih Dongker yang sedang duduk di halte bus lagi-lagi menghela napas, bosan. Entah sudah berapa kali dia menghela napas dengan kaki yang bergerak-gerak ke kiri dan ke kanan itu. Kepalanya yang tadi menunduk menatap kakinya yang dia gerak-gerakan kemudian mendongak, menatap kearah langit sore yang masih saja setia menjatuhkan airnya membasahi bumi.
Namanya Nora Varsha Varuna. Nora singkatan dari nama kedua orang tuanya, Norin dan Raka. Sedangkan Varsha berasal dari bahasa sansekerta yang berarti hujan, karena dia lahir saat hujan sedang turun dengan deras, sedangkan Varuna artinya adalah penguasa malam, karena dia juga lahir pada malam hari. Tapi sayangnya Nora tidak suka hujan karena gara-gara hujan dia jadi terkurung di halte. Seperti sekarang ini.
Nora melihat kanan dan kirinya. Halte yang dia duduki untuk berteduh yang awalnya sepi sekarang sudah ramai dengan beberapa orang yang juga ikut berteduh agar tidak kebasahan air hujan yang mungkin saja bisa membuat mereka jadi jatuh sakit.
Mata sipit gadis itu bergerak memperhatikan orang-orang tersebut. Dia berpendapat jika orang yang berteduh itu ada yang baru pulang kerja, terlihat dari penampilan orang tersebut. Dan ada pula beberapa orang yang masih mengenakan seragam sekolah sama seperti dirinya.
Gadis dengan rambut yang di kuncir asal itu juga yakin, bahwa beberapa orang yang berteduh itu pasti sedang menunggu kedatangan bus selanjutnya. Sebelumnya sudah ada dua bus yang berhenti di depan halte, tapi Nora masih tidak beranjak dari tempatnya. Bukan karena tidak ingin pulang, justru Nora sangat ingin pulang dan meringkuk di bawah selimut tebalnya yang hangat. Namun, karena rumahnya memang berada tidak jauh dari halte tersebut, berjalan kaki sebentar juga sampai.
Nora kembali menatap langit hitam dengan tatapan memohon. Memohon untuk segera berhenti agar dia bisa segera pulang dan menikmati cemilannya di rumah sebelum cemilannya di habiskan oleh adik nya.
"Ini buat kamu"
Nora menatap payung lipat biru yang di sodorkan oleh seorang cowok berseragam coklat tua dengan jas. Seragam sekolah SMA LITA. Salah satu SMA impian Nora.
"Emm gak usah kak. Itukan payung kakak," tolak Nora lembut.
"Gak apa-apa, aku naik bus kok. Kamu gak naik bus kan? Dari tadi aku lihat kamu cuman duduk disini gak naik bus satupun yang berhenti."
Nora menaukan alisnya. "Kakak tau dari mana aku udah lama duduk disini?" Nora memicingkan matanya, curiga. Takut-takut kalau ternyata cowok itu adalah penguntit.
"Aku dari tadi nunggu bus di minimarket sana." Cowok itu menunjuk minimarket yang buka dua puluh empat jam di sebrang jalan.
"Ini ambil aja." tawar cowok itu lagi.
"Beneran gak apa-apa kak?"
"Gak apa-apa. Busnya juga udah datang tuh." Bus bewarna dominan putih dan biru itu berhenti tepat di depan halte.
"Makasih kak." Nora menerima payung tersebut sembari tersenyum.
"Sama-sama, aku duluan kalau gitu," cowok berseragam coklat tua itu pun masuk kedalam bus, bersama beberapa orang yang juga menunggu bersama Nora.
Setelah bus itu meninggalkan halte, Nora pun segera pergi karena langit sore sudah mulai gelap.
TINNN! TINNN! TINNN!
BRUKKK! BRAKKK!
Suara klakson yang bersahutan dan suara hantaman keras dari arah belakang Nora, membuat dia menghentikan langkahnya. Dia berbalik dengan pelan dan Seketika tubuhnya bergetar hebat. Bus yang mengangkut beberapa penumpang tadi menabrak bus lainnya yang datang dari arah berlawanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARI BANYAKNYA CINTA
Romance"Cinta ini banyak bodohnya, banyak salahnya dan ban banyak lukanya" "Jadi kamu mau cerita cinta seperti apa?" Mereka hanyalah manusia biasa. Manusia yang ingin memiliki kisah cinta yang indah di masa mudanya. Karena tidak ada yang lebih indah dalam...