Dody tertawa karena kelakukan putrinya.
*
Sunshine Resort
BogorSupir perusahaan mengantar Honey kelokasi Resort. Honey datang bersama Assitentnya, Chika.
Acara pembukaan resort sumber air panas Sunshine, di awali dengan Acara potong pita oleh pemilik. Pemilik resort adalah seorang wanita pengusaha perhiasan. Suaminya juga seorang pengusaha.
Para undangan di jamu di dalam ballroom megah yang ada didalam resort. Honey mengamati sekelilingi bangunan, sebagai pihak Konstruksi yang membangun semua ini, hal yang dia perhatikan adalah hasil kerja tim perusahaan.
Baru tiba di ballroom, Honey melihat bayangan yang familiar dikejauhan. Bagas mengenakan kemeja gombrong berwarna abu-abu dengan jins hitam. Begitu santai. Tubuhnya yang tegap, tampak berbeda dari yang lain.
Setelah resort selesai dibangun. Pembayaran langsung cair, pihak Tommy langsung mengembalikan semua investasi yang masuk untuk proyek ini. Termaksud yang Bagas investasikan.
Saat melihat Honey masuk, dia langsung menghampiri."Hallo. Suami kamu tidak jadi ikut?"
"Tidak jadi ikut. Tiba-tiba saja, Dia ada urusan di Bandung." Menjawab sopan.
Bagas tersenyum hangat, kulitnya yang kecoklatan menambah kharismanya.
"Aku datang bersama adik laki-laki ku." Bagas menunjuk ke sebuah arah.
Seorang pria tampan, berada ditengah-tengah wanita cantik. Lengan pria itu melingkar di pinggang ramping dua gadis. Kedua gadis yang mengenakan pakaian minim, merapat manja pada pria itu.
Pemandangan yang tidak sedap, Honey meninggal kan pemandangan itu, dan kembali pada Bagas."Dia adikmu yang baru kembali itu?"
Bagas mengangguk."Iya. Cristian Power." Kemudian mengangkat gelas sampanye lalu meminumnya. Minum sambil menatap wajah cantik Honey.
Honey mengamati, kemudian membandingkannya dengan Bagas. Secara kasat, keduanya sangat berbeda. Bagas memiliki wajah kalem dan kulit sawo matang. Alis tebal.
Cristian, kulitnya putih bersih. Meski postur keduanya sama. Namun perbedaan wajah yang jelas, sudah jelas membedakan. Honey merasa tidak perlu membahas hal ini. Dia memilih mengalihkan pembicaraan.
Tidak lama asisten Honey menghampiri mereka, dia membisikkan sesuatu ketelinganya.
Honey kembali pada Bagas, tersenyum manis dan berkata perlahan."Resort ini sudah selesai dibangun, kami juga sudah mengembalikan investasimu."
Bagas menatap dua mata Honey yang indah."Kenapa buru-buru."
"Sudah seharusnya. Itu adalah prosedurnya." Tersenyum sungkan.
Honey selalu memberikannya sikap menjaga jarak. Sejak dulu. Mungkin, karena Usia mereka yang bertaut 12 tahun, membawa rasa sungkan pada gadis itu padanya.
Bagas meletakkan gelas sampanye keatas meja didekatnya."Jika perlu bantuan, (menatap serius pada Honey sebelum melanjutkan) jangan sungkan."
Honey mengangguk."Kalau begitu, aku tinggal. Ada sedikit masalah di bagian belakang."
Bagas menahannya."Nanti aku antar pulang ya."
"Aku datang bersama beberapa anak buah. Jadi, kami akan kembali bersama-sama juga. Maafkan aku." Dengan sopan.
"Baiklah."
Bagas tidak lagi menahan kepergian Honey. Dia menatap belakang punggung Honey.
Dia sudah mengenal Honey sejak lama. Sejak Honey duduk dibangku SMP. Putri pemilik Bakery itu, telah diincarnya sejak lama. Dia berpikir untuk mengutarakan isi hatinya ketika Honey selesai kuliah. Sayangnya, sebelum waktunya tiba, hati Honey sudah terisi oleh hati lain.