Keluarga

35 2 1
                                    

Ainsley dan Wira tengah berada dikediaman orang tua laki-lai itu.

Kedatangan mereka atau lebih tepatnya  Wira yang ingin mengatakan dan meminta restu dari keluarganya mengenai pernikahan dengan Fitri.

"Assalamuaaikum..."

"Waalaikumussalam, tumben kesini?" tanya wanita paruh baya yang tidak lain adalah ibu Wira.

"Ada yang mau aku bicarain sama ibu juga yang lain," balas Wira.

Wanita paruh baya itu menatap kearah menantunya, yang terlihat sedang tidak baik-baik saja.

"Ya sudah tunggu ayahmu pulang baru kita bicara dan Sley kamu ikut sama ibu ya," ajak Dena.

"Bentar bu, aku nunggu Zia yang mau  kesini nganter Aryan." katanya.

"Iya, ibu tunggu ditaman belakang ya." ucap wanita paruh baya itu pergi masuk kedalam.

Tidak lama dua buah mobil datang memasuki halaman rumah. orang yang berada dimobil itupun akhirnya keluar.

"Kapan datang nak?" tanya laki-laki paruh baya, ayah Wira.

"Baru aja yah," katanya menyalimi tangan mertuanya.

"Aryan salim dulu sama mbah kakung," pintanya pada putranya.

Bocah tiga setengah tahun itu langsung menuruti perintah sang buna.

"Ayah baru sadar kalau ada Aryan, aduh mbahkung kangen banget sama kamu nak." kata Tama yang baru menyadari kehadiran cucunya dan dia langsung menggendong bocah itu.

Tiba-tiba Dena datang saat mendengar suara suaminya.

"Astagfirullah ayah baru pulang dari kantor itu langsung mandi, jangan malah gendong Aryan kan ayah habis kunjungan dan pasti banyak kuman. nanti kumannya malah pindah ke Aryan," omelnya mengambil  cucunya dari suaminya.

"iya-iya ini mau mandi, Sley ayah masuk duluan ya." pamit laki-laki paruh baya itu  langsung bergegas masuk sebelum diomeli kembali dengan sang istri.

"Ibu juga ikut masuk ya," susul Dena.

Setelah kepergian mertuanya.

"Ayo duduk dulu Zi," ajak Ainsley.

"Lu lagi ada masalah kan Ai?" tanya Zia yang menyadari perubahan wajah ibu satu anak itu.

Wanita itu menghela nafasnya, "nanti gua pasti cerita kok. tapi mau gak nanti temenin gua kesatu tempat? disitu gua bakal cerita semuanya," balasnya.

"Kemanapun lu pergi pasti gua bakal selalu nemenin lu dan kalau masalah ini tentang laki-laki itu maka gua gak akan pernah maafin dia. ingat selama ini lu udah melakukan yang terbaik untuk hubungan ini, tapi kalau dia masih aja merasa kurang berarti dia gak pernah bersyukur dengan apa yang lu lakukan." jelas Zia.

"Thank you ya Zi, sekarang gua gak bisa balas kata-kata lu soalnya ini dirumah mertua gua dan gua gak enak kalau mau bahas masalah itu." katanya.

"Iya gua paham kok, yaudah gua pamit ya." ujarnya bangkit  dari kursi.

"Sekali thank  you ya udah nganterin Aryan kesini dan maaf malah ngerepotin lu," ucapnya.

"Lu kayak sama siapa aja Ai, yaudah gua cabut ya."

Zia berjalan masuk kedalam mobilnya dan perlahan mobil itu pergi meninggalkan halaman rumah. Ainsley langsung masuk kedalam rumah.

***

'Malam harinya...'

Ainsley sedang berkumpul diruang keluarga dengan orang tua  dan kedua adik Wira.

Garis TanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang