Instagram: hendra.putra13
Lula dengan hati-hati sewaktu menyeka lebam di wajah Primus. Dia sudah telaten dan hapal. Primus sendiri sudah terbiasa merasakan luka seperti itu sehingga cowok itu hanya terdengar meringis sesekali saja.
Tidak tertinggal Lula juga mengomeli Primus kembali. "Kenapa gak jaga wajah lo sih, Prim? Sudah gue bilang kan lo itu ganteng. Sayang banget muka ganteng tapi lebam-lebam begini."
"Coba aja lo gak jadi tukang berantem, mungkin cewek-cewek di luar sana sudah pengen nempel sama lo kali. Pengen minta dipacarin sama lo."
Primus tersenyum geli mendengar ocehan Lula. "Memangnya lo gak cemburu kalau ada cewek lain yang deket-deket sama gue?" ujar Primus dengan mata menyelidik.
Lula tergagu. Diam sejenak merasakan perasaan hatinya seolah terusik. Lalu cepat-cepat perempuan itu menarik kain di tangannya untuk dilepaskannya ke wadah yang berisi air hangat di meja.
"Kok lo jadi diam gitu?" Primus menggeleng dan tertawa begitu saja melihat Lula yang membeku dengan senyum kaku. "Lagian untuk apa juga gue jaga wajah? Memangnya gue model? Jadi gak perlulah itu terlalu ganteng. Gini aja udah cukup bikin lo betah, kan?"
Lula mengelus dada. "Ya udah deh. Terserah lo. Gue capek nasihatin. Dari kasih nasihat yang serem-serem sampai yang manis-manis kayak tadi, tetap aja lo masih ngeyel."
Perempuan itu tampak bersedekap. "Gak tahu deh ya kalau suatu saat nanti gue sudah gak ada di samping lo lagi. Siapa yang mau deket-deket sama lo. Siapa yang mau ngurusin lo." ujar Lula seraya berdiri.
Primus mengernyit, "Memangnya lo mau ke mana, La? Jangan tinggalin gue sendirianlah."
"Memangnya gue sudah badung banget sampai lo gak pengen sahabatan sama gue lagi?" imbuh Primus.
Lula tadi hanya bercanda. Dia sendiri sangat tahu kalau tidak akan pernah mungkin meninggalkan Primus bagaimana pun keadaannya nanti. Meskipun banyak orang yang menyuruhnya untuk menjauhi Primus, Lula tidak akan pernah melakukannya.
"Pikir sendiri ya, ganteng. Gue mau cabut." Lula menyengir.
Sebelum sempat pergi, Primus bangkit dari kursi dan menangkap pergelangan tangan Lula. "Lula, tunggu."
Perempuan itu langsung memandang mata Primus yang tiba-tiba berubah. Lebih lembut serta ada kecemasan yang tersirat di sana. "Lo gak takut kan kalau gue bawa pengaruh buruk buat lo?"
"Lo gak percaya kata orang-orang yang bilang begitu, kan?"
Lula mengembuskan napas pelan. Bibirnya berusaha menyimpulkan senyum seringan mungkin. "Gue lebih percaya lo daripada kata orang-orang di luar sana, Prim."
"Memangnya keburukan apa yang sudah gue terima gara-gara sahabatan sama lo dari kecil? Gue masih dapat peringkat bagus kan di kelas? Nilai gue masih rata-rata delapan kan di rapor?"
Selanjutnya Lula pun terkekeh. "Pengaruh buruknya cuma gue yang sering nangis karena lo. Tapi gak apa-apa, itu tandanya gue masih sayang sama sahabat gue yang bandel satu ini," Lula berjinjit mengacak-acak rambut hitam Primus.
Primus ikut terkekeh. Tenang karena tahu Lula akan selalu setia bersamanya. "Jadi terharu gue dengarnya."
Lula lantas menepuk bahu cowok di hadapannya. Tersadar saat melihat tidak ada keberadaan mobil om Bram tadi di depan. "Lo mau gue buatin makanan gak? Pasti lo belum makan, kan?"
Primus menggeleng cepat. "Gak usah. Biar gue tunggu bokap pulang aja, lihat dia bawa makanan apa. Lo pulang aja, gih. Jangan lupa kerjain PR."
Lula bersikukuh sambil menjelingkan mata. "Mie goreng, dikasih telur, dikasih sayur, dikasih ayam, dikasih—" Belum sempat menyelesaikan ucapannya, Primus menyerah.
"Yaudah, deal. Dengar itu jadi laper beneran gue. Sori ya La, kalau gue terus-terusan ngerepotin."
"Pengennya sih suatu saat nanti gue bisa jadi suami lo. Biar lo juga dapat pahala ibadah ngurusin gue. Gak kayak sekarang, bisanya cuma bikin ribet." Primus terkekeh karena candaannya sendiri.
Lula melotot. Entah kenapa pipinya memerah. "Geli ih, Prim! Ya sudah, lo tunggu aja. Sebentar gue balik ke rumah buatin masakan buat lo."
Primus tahu kalau dia selalu menyusahkan Lula. Tetapi perempuan itu selalu tersenyum bahkan tidak ada orang yang bersikap setulus itu kepadanya. Entah apa yang bisa dibalas Primus atas semua kebaikan Lula padanya selain.... menjaga perempuan itu.
****
PS: Mohon vote dan komentarnya ya. Makasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Dari Primus
Teen FictionAku dan kamu seperti bintang yang terbit di hamparan gelap, kita bersama-sama mencoba saling berbagi sinar. Aku dan kamu seperti awan yang melayang di hamparan terang, kita bersama-sama mencoba saling meneduhkan. Satu-satunya yang memisahkan kita ad...