TIGA: CERITA (2)

8 3 0
                                    

Malam ini, aku menginap di rumah Faeza. 

Sejak tadi, di kosan sendirian, membuatku terus-terusan memikirkan tentang Nadine. Aku lelah. Aku butuh teman yang bisa membuatku melupakan semua itu.

Rumah Faeza, tak jauh dari sekolah dan kosanku. Kata Mama Faeza, aku bisa ke sini kapan saja aku mau. 

Sekarang, aku berada di kamar Faeza yang serba hitam putih ini. Nyaman sekali tidur di sini. Dengan keluarga Faeza yang lengkap dan suasana yang tenang, membuatku ingin terlelap melupakan semua kejadian yang terjadi hari ini.

"Ge, gua ketemu Nadine tadi." Faeza berbicara kepadaku yang hendak memejamkan mata di kasurnya. Dia sekarang sedang duduk di kursi belajarnya. Mau tak mau aku harus bangun dan mendengarnya. 

Ngapain juga ia bertemu dengan Nadine? 

"Tadi, waktu pulang sekolah, setelah lo sama Nadine di kelas Nadine. Gua samperin dia dan gua ajak dia ke kafe," lanjutnya.

"Ceritain ke gua singkat aja," pintaku pada Fae. 

Aku penasaran, kenapa Faeza mengajaknya ke kafe. Setahuku, Faeza dan Nadine tidak begitu akrab. 

Ingin kutidur dan tak menghiraukan cerita Faeza mengenai Nadine, adikku yang telah membuatku sangat kecewa padanya. Namun aku sangat penasaran. Setiap Faeza mengucap kata Nadine, ia selalu tersenyum tipis. 

Entah apa artinya.

"Gua tau kalau lo abis marah sama Nadine soalnya Nadine ngga dateng ke lomba lo buat dampingin lo. Pas gua ketemu dia, wajahnya lesu kayak lo sekarang ini. Gua ajak dia ke kafe sebentar soalnya si tante katanya bakal jemput agak telat." Faeza membenarkan letak duduknya kemudian berbicara lagi. "Gua sebenernya penasaran, Nadine itu orangnya kayak gimana sih. Soalnya dia itu unpredictable gitu. Kek... penuh kejutan," lanjutnya.

"Gua ajak dia ke kafe paling deket di situ. Yang tempat kita biasanya nongkrong dan beli cheese cake kesukaan lo. Dia pergi ke sana tanpa bawa tas soalnya katanya berat, gua juga titip tas di kelas dia. Terus kita jalan deh ke kafe. Pas kita sampe sana, ternyata ac rusak. Lo tau kan siang tadi terik banget, padahal malemnya hujan. Gua panas banget, terus gua ngomong, 'Hei Nad, kau bisa melepas hoodie-mu di sini. Bukankah udara sangat panas. Ugh, rasanya ingin sekali berenang air es ditemani segelas air kelapa,' tapi si Nadine cuma ngomong, 'Oh, ya? Tapi kurasa ngga deh kak. Udara di sini normal-normal aja. Jadi, aku ngga perlu melepas hoodie-ku,' dia ngomong sambil terus tersenyum. Dia kayaknya anaknya periang banget ngga sih Ge? Padahal tadinya murung pas habis lo marahin. Suka gua sama orang yang selalu senyum kayak gitu."

"Lo ngebela Nadine? Nadine senyum tuh karena dia ngga merasa bersalah atas apa yang udah dia lakuin ke gua. Dia berarti belum introspeksi diri," ucapku sedikit ngegas.

"Engga, ngga. Bukannya gua ngebela Nadine atau gua ngga ngebela lo karena Nadine ngga dateng ke lomba lo, kok. Gua cuma bilang, kalo Nadine itu orangnya periang banget. Ngga ada hubungannya sama apa yang terjadi tadi siang. Gua ngga ngebahas masalah lo tadi siang kok. Gua ngajak Nadine ke kafe karena gua cuma pengen lebih tau Nadine."

"Yaudah si. Di sana gua cuma tanya-tanya Nadine mau makan apa. Dia bilang, dia ngga mau beli apa-apa karena dia ngga bawa uang. Terus gua bilang, 'Ngga papa kok, Nad. Bilang aja, lo mau makan apa. Nanti gua yang traktir, soalnya kan gua yang ajak lo buat makan di sini,' terus Nadine mulai ngelihat menu. Dia mau cheese cake, katanya dia inget lo. Dia selalu inget kalau lo pas masih kecil, tiap hari minggu, lo selalu minta ke ortu lo cheese cake. Nadine waktu lo minta cheese cake tiap hari minggu katanya selalu nangis soalnya Nadine bosen, lo-nya minta itu mulu. Padahal Nadine minta es krim. Terus dia bilang. Dia kangen momen-momen saat itu. Pokoknya dia terus-terusan cerita tentang lo, deh. Padahal gua pingin tau lebih jauh tentang Nadine, tapi ternyata dia cerita terus tentang lo. Padahal mah, gua tau semua tentang lo soalnya kita udah temenan dari SMP. Lo tau, di situ gua mulai menarik kesimpulan kalau adik lo itu bener-bener sayang sama lo. Setiap dia cerita tentang lo, dia ngga pernah lupa sama senyuman riangnya." Faeza memberhentikan ceritanya. 

8 PMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang