EMPAT: PERGI (1)

5 1 0
                                    

Coba baca sambil dengarkan lagu Attention-Charlie Puth!

Happy reading!

---


Hari demi hari berlalu. Hubunganku dengan adikku masih sama seperti yang lalu. Beberapa kali kami berpapasan di sekolah, kita tetap sama. Tak saling tegur sapa. 

Nadine, hanya menundukkan kepalanya dan tak berani menatapku. Entah apa yang ia pikirkan. Sepertinya, ia sudah introspeksi diri dan mengakui kesalahannya. Baguslah jika memang begitu.

Sebentar lagi, ujian tengah semester diadakan. Aku belum juga mempersiapkannya karena masih fokus dengan adanya lomba-lomba yang kemaren diadakan, mulai dari lomba pidato yang pada saat itu Nadine membuatku marah, lomba robotik, paskibraka, spelling contest, dan sebuah acara fashion show kecil yang diadakan untuk remaja usia lima belas hingga dua puluh tahun. Mungkin fashion show ini merupakan kegiatan terakhirku untuk menjadi siswa aktif yang mewakili sekolah ini. Mengingat aku yang sudah menginjakkan kelas dua belas, aku harus lebih fokus dalam ujianku dan masuk universitas. 

Oh iya, semakin hari juga online shop milikku semakin ramai orderan. Aku sampai tak sanggup mengerjakannya sendiri. Kuputuskan, malam ini untuk menyuruh dua monyet yang pastinya kalian tahu siapa itu. Mereka akan menginap lagi di kosanku.

Jam tujuh lebih empat puluh lima tiba. Kita bertiga sudah berkumpul di ruang tamu kosanku untuk mengemasi orderan. Mereka berdua nampak semangat, mungkin karena mereka kuiming-imingi dulu dengan traktiran semangkuk bakso.

"Biasanya, bakso lewat jam berapa sih? Kok udah jam segini belum lewat juga," keluh Zehan yang perutnya mulai keroncongan. Ia mulai mengemas orderan dengan sedikit acak-acakan.

"Habis gini juga lewat, kok. Sabar napa," jawabku sambil merebut barang di tangannya.

"Tunggu aja. Kalau kang baksonya lewat kita pasti tau. 'Kan satpam kosan Nagea tiap hari beli bakso. Pasti kedengeran lah," Faeza membelaku sambil terus packing. Malam ini sangat sunyi, padahal masih pukul delapan kurang.

"Loh, 'kan satpam kosan Nagea lagi gaada. Tadi, pas gua beli minuman di market seberang, si satpam pergi naik motor gitu aja. Lo ngga dapet chat dari grup kosan lo?" tanya Zehan padaku.

"Eh, iya kah? Gua belum cek chat grup sih dari tadi siang," jawabku enteng sambil meraih handphone-ku yang letaknya berada di atas meja tamu itu.

Ternyata benar. 

Satpam hari ini tak bisa jaga kosan karena ada keperluan mendadak. Malam ini juga, tidak ada pengganti satpam.

"Yah, meskipun ngga ada satpam aman-aman aja kan, Ge? Setahu gua komplek wilayah sini jarang banget ada kasus pencurian dan semacamnya? Gaada kasusnya bahkan."

"Iya, Fae. Di sini emang aman terus sih, soalnya di mana-mana ada cctv, jadi gua santai aja."

"Ting, ting, ting. So, bakso. Yang beli baksoku orang ganteng, yang beli baksoku orang cantik. Yang ngga beli baksoku kayak mak lampir. So, bakso. Ayo beli bakso~"

"GE, BAKSONYA LEWAT. AYO BURUUU!" dengan cepat, Zehan keluar dan berlari kearah gerbang kosan. 

Aku dengan cepat bergegas mengambil dompet di kamarku yang letaknya tak jauh dari ruang tamu ini. Faeza berjalan mengikuti Zehan yang memanggil-manggil kang bakso dari dalam gerbang kosan. Setelah mengambil dompet aku berjalan ke arah ruang tamu lagi dan membuka gagang pintunya.

"KAKAK!!!!" astaga. Jantungku rasanya mau lompat karena teriakan seorang gadis yang hanya setinggi dadaku. Nadine? Aku terkejut dengan kedatangan orang ini. Gila! Dia tiba-tiba muncul dengan teriakan khasnya. Kenapa dia kesini. "Hehe, kaget ya?!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 13, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

8 PMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang