Kini tanggung jawab rumah ada di tangan (Name). Jika ada masalah pasti yang pertama kena interogasi itu, ya, (Name).
Tahun pertama puasa tanpa sang ibu di rumah membuat si sulung harus bisa mengawasi ketiga adiknya. (Name) sebelum tidur ia sudah menyetel alarm sebanyak lima kali, jangan sampai ia kesiangan untuk mempersiapkan sahur. Telat sebentar saja seisi rumah yang kena imbas.
Setidaknya itulah rencana (Name). Namun, kenyataannya dia terlambat bangun! Saking pulasnya karena lelah, alarm yang begitu bising pun tak terasa oleh sang gadis.
"Astaghfirullah, hampir pukul empat! Aku belum masak lagi!" panik (Name). Dengan asal ia nencepol rambutnya. "Adeeek, bangun, sahur!" Satu persatu kamar adiknya ia gedor.
Bergegas (Name) menuju dapur, tapi ternyata sudah ada Gempa di sana tengah memasak.
"Ge-Gempa, kamu ..." (Name) menatap sang adik penuh arti dan sejurus kemudian ia memeluknya. "... penyelamat Kakak!"
"Ahaha, iya, tadi alarm Kakak bunyi terus jadi aku kebangun, deh. Yah ... daripada tidur lagi mending aku siapin buat sahur aja," jelas Gempa seraya tersenyum simpul.
Masih untung ada Gempa yang berbaik hati. Kalau tidak ... entah mungkin seisi rumah tidak bisa sahur pagi ini. Gempa dan si duo badai itu umurnya baru menginjak 15 tahun, tapi lihatlah si bungsu ini bisa diandalkan untuk masak-memasak.
"Makasih, loh. Kakak terbantu banget." Rambut Gempa diacak pelan oleh sang kakak sebagai ungkapan terima kasih. "Gantian sini biar Kakak lanjutin masaknya. Gempa duduk aja, oke?"
"Iya, Kak."
Selang tiga menit datanglah Taufan dengan wajah bantalnya. Dia masih terantuk-antuk dengan mata sayunya.
Melihat itu (Name) bertanya, "Halilintar mana? Kok kamu doang?" tanya (Name) pada Taufan.
"Masih tidur kali," jawab Taufan asal-asalan.
"Bangunin, gih. Nanti keburu imsak."
"Biar Gempa yang-"
Belum sempat Gempa menyelesaikan ucapannya, Taufan sudah minggat duluan. Firasat buruk langsung menggerayangi (Name) dan Gempa. Setiap menyuruh Taufan pasti berakhir dengan kesadisan.
"Bangunin orang pakai cara normal bisa tidak, sih?!"
Nah, 'kan?
"Siapa suruh ditepak-tepak enggak bangun juga. Cium tuh kaus kaki bau, wlee~" Taufan memeletkan lidahnya pada Halilintar.
Tarik napas, tahan sebentar, embuskan pelan-pelan. "Taufan, Halilintar, adik Kakak yang paling nurut, cuci tangan dulu terus duduk!"
Langsung saja Halilintar dan Taufan melakukan apa yang disuruh sang kakak. Ini masih dalam taraf marah rendah, kalau sudah di level paling tinggi jangan harap bisa selamat.
"Ba-baik, Kak."
Gempai sampai menelan ludahnya gugup. Dalam otaknya mencatat jangan sampai buat kakak perempuannya itu marah, soalnya kalau (Name) marah itu pasti menyeramkan.
Padahal baru mau masuk hari pertama, tapi kesabaran (Name) sudah diuji.
"Haah ... ya sudah cepat sahurnya, sebentar lagi mau imsak."
Bersambung ...
.
.
Sahur pertama kalian gimana? Enggak telat, 'kan?
Semoga hari pertamanya lancar, ya ....
____________
03 April 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Perantara Dua Kepak
Fiksi PenggemarMemiliki adik kembar triplet adalah sebuah anugerah sekaligus bencana. Manja, protektif, dan perusuh. Tingkat kesabaran menjadi kakak mereka harus tinggi, jika tidak sanggup pindah dimensi saja, yuk. Ditinggal sebulan dengan triplet rupanya membuatm...