"Idar!!! Haidar bangun!" Entah sudah berapa kali Brianna mengetuk pintu kamar adik satu-satunya itu. Pasalnya Haidar tak kunjung menjawab apalagi membuka pintu. Entah sudah berapa balikan Brianna kembali ke kamar adiknya untuk membangunkan.
"Haidar!!!!!" teriak Brianna lagi. Harusnya dengan teriakkan seperti itu bukan cuma Haidar yang terbangun, melainkan tetangga-tetangga kompleknya. "Idar Teteh masuk, ya?"
Brianna yang menyerah pun akhirnya masuk ke kamar sang adik yang untungnya tak terkunci itu. Dilihatnya Haidar yang masih bersembunyi di balik selimut. Tanpa ampun, Brianna menarik selimut adiknya.
"Bangun, Haidar!" tegur Brianna.
"Hhh iya, Teh sebentar!" jawab Haidar samar-samar.
"Kamu tuh tidur apa pingsan? Makanya jangan begadang terus. Jadi susah bangun, kan? Jangan mentang-mentang udah bebas sekolah bangunnya jadi siang," lanjut Brianna yang tengah berkacak pinggang.
"Atuh Idar nggak bisa tidur semaleman, Teh. Jadi masih ngantuk," keluhnya.
"Ayo bangun. Teteh udah siapin sarapan. Hari ini pengumuman SBMPTN kan?"
Mendengar sang kakak membahas hal yang menakutkan bagi Haidar membuat lelaki itu kembali menarik selimut dan bersembunyi. Maksudnya ingin bersembunyi dari kenyataan.
"Ih Teteh mah malah diingetin. Teteh kayak yang nggak pernah ngalamin aja stresnya kayak apa," protes si anak bungsu.
"Iya tau, Teteh ngerti. Emangnya kalau kamu tidur bakal ngerubah keadaan? Kan nggak. Sekarang bangun, cuci muka, terus kita sarapan. Ayah udah nungguin kasian laper."
"Teh....," rengek Haidar.
"Bangun sebelun Teteh tarik paksa kamu!" ancam Brianna yang berkacak pinggang. "Teteh itung sampai tiga. Satu, dua..."
Haidar mau tak mau dengan kekuatan turbonya bangkit dari tempat tidur dan langsung berlari ke kamar mandi. Jika kakaknya sudah berkacak pinggang begitu, pertanda Haidar harus segera mengikuti perintah sang kakak. Sebelum perang dunia benar-benar terjadi.
Brianna menggelengkan kepalanya sembari tersenyum melihat adik satu-satunya itu.
Tentu saja Brianna pernah merasakannya. Menjelang pengumuman SBMPTN perut Brianna rasanya bergejolak. Perempuan itu merasa tak karuan. Makan tak enak, tidur tak tenang, pokoknya serba salah rasanya.
SBMPTN menjadi satu-satunya jalan terakhir bagi Brianna supaya ia bisa satu kampus dengan keempat sahabatnya. Mereka berlima bertekad untuk kuliah di kampus yang sama. Dari mereka berlima, hanya Dera dan Tristan yang sudah diterima terlebih dahulu lewat jalur SNMPTN.
Bukan hal yang aneh jika Dera diterima di jurusan pilihan pertamanya yaitu manajemen. Jurusan kelompok Soshum yang setiap tahunnya hampir selalu menduduki peringkat satu dengan peminat tertinggi di salah satu perguruan tinggi terbaik itu.
Sumpah sih, sampai sekarang Brianna tuh heran banget kok Dera malah milih manajemen? Padahal otak dia tuh mampu banget kalau dari pas SMA ngambil jurusan IPA, terus pas kuliah ngambil kedokteran atau teknik. Bukan berarti manajemen atau jurusan lainnya juga gampang, nggak sama sekali nggak.
Kaget banget rasanya, ketika Dera memutuskan untuk memilih jurusan IPS. Keempat sahabatnya aja nggak nyangka apalagi ibunya. Stigma kalau anak IPS tuh isinya anak nakal yang kerjaannya cuma main-main itu masih melekat pada pemikiran Bu Liliana. Padahal kan nggak kayak gitu kenyataannya. Tapi untungnya sang ayah percaya pada Dera dan membebaskan pilihan Dera sehingga sang ibu pun pada akhirnya setuju setelah diberi pengertian oleh suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Chaos
Fanfiction"Inget janji kita dulu kan? Diantara kita berempat, jangan pernah ada yang naruh perasaan lebih ke Biya." *** "Chaos is a friend of mine."-Bob Dylan