Empat sehat lima sempurna, siapa yang tak kenal dengan kalimat itu? Sebuah kampanye yang pernah digalakkan oleh pemerintah untuk terwujudnya masyarakat yang sehat. Lalu apa hubungannya dengan cerita ini?
Bermula ketika mereka masih duduk di bangku sekolah menengah, kelas sebelas tepatnya. Brianna, Dera, Januar, Jevian dan Tristan sedang menghabiskan malam Minggu mereka di halaman belakang rumah Dera beralaskan tikar doraemon milik Brianna. Rumah yang menjadi basecamp mereka sejak dulu.
Sebelum itu mari kita berkenalan sedikit banyak tentang mereka sebelum membahas cerita tentang Brianna, Dera, Januar, Jevian dan Tristan. Kelima anak manusia yang tinggal di lingkungan yang sama dan bersahabat sejak mereka kecil sampai sekarang dan mereka berharap sampai selamanya.
Pertama, lelaki yang sedang bersenandung dengan buku di tangannya itu bernama Devandra Arkana Danuredja, anak tengah dan anak lelaki satu-satunya Bapak Doni Danuredja dan Ibu Liliana Danuredja. Lelaki berbahu lebar yang selebar samudera kalau kata Brianna itu akrab disapa Dera oleh orang-orang terdekatnya.
Si galak dari gua hantu kalau kata Brianna. Penyelamat sepanjang masa kalau kata Jevian. Si manusia terpintar di muka bumi kalau kata Tristan. Si kulkas berjalan kalau kata Januar.
Jika ditanya peran penting Dera dalam lingkaran pertemanan mereka berlima, keempat temannya akan kompak menjawab bahwa Dera adalah otaknya mereka, si buku berjalan dan si penyelamat bangsa. Dera memang menjadi yang paling encer otaknya diantara mereka berlima. Tempat nyontek langganan keempat sahabatnya.
Dera mungkin dikenal sebagai orang terketus dan tergalak yang pernah Brianna temui. Bahkan warga komplek mereka aja sampai takut kalau berurusan sama Dera. Orang-orang awam mungkin mengenal Dera sebagai lelaki yang pendiam dan tak banyak bicara. Tidak, mereka semua salah besar menurut Brianna. Nggak tahu aja kalau Dera tuh doyan ceramah sama doyan ngomel.
"Hatchim!" Suara bersin Brianna menghentikan senandung merdu Dera.
Lelaki itu lantas menoleh ke perempuan yang berbaring di sebelahnya. "Tuh kan kata aku juga apa? Aku tuh udah nyuruh kamu pake jaket, ngeyel banget kalau dikasih tahu! Jadi kumat kan alergi dinginnya." See? Langsung ngomel kan tuh anak satu.
"Ya ampun, perasaan aku baru bersin sekali doang, Dera," bela Brianna.
"Mana baju kamu tipis gitu. Suka nggak nyadar sama kondisi badan sendiri." Dera masih menggerutu sembari melepas hoodie hitam miliknya dan memberikan hoodie-nya itu pada Brianna.
Brianna hanya tersenyum kecut sembari memakai hoodie milik Dera. "Iya iya, maaf." Brianna kembali berbaring dan melanjutkan agenda menatap indahnya bintang. Bibir Brianna yang semula maju ke depan itu diam-diam berubah membentuk seulas senyum.
Itu baru sepercik dari begitu banyaknya omelan dan ceramah Dera pada Brianna. Bahkan sejak hari pertama mereka saling mengenal kala itu. Brianna masih ingat jelas bagaimana ketusnya Dera ketika mengobati lututnya yang luka karena terjatuh. Brianna masih ingat tangisannya yang meraung-raung, Bukan hanya kesakitan karena luka, karena ia begitu terkejut ada anak lelaki yang memarahinya hanya karena ia tak hati-hati.
"Der, malem ini ikut nginep, ya?" ucap Jevian.
"Kenapa lagi, Nyet?" tanya Januar.
"Ribut lagi sama Mama?" terka Brianna.
"Oke," balas Dera yang tak banyak bertanya. Toh Dera sudah bisa menebak alasannya.
Bagi Jevian, Dera adalah penyelamat hidupnya. Sejak dulu, Jevian akan bersembunyi di tempat Dera jika ia sedang ada masalah dengan ibunya. Dera juga selalu membantunya semasa sekolah. Jika ia datang terlambat, maka Dera akan menunggu di belakang sekolah dan membantu Jevian masuk tanpa pernah ketahuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Chaos
Fanfic"Inget janji kita dulu kan? Diantara kita berempat, jangan pernah ada yang naruh perasaan lebih ke Biya." *** "Chaos is a friend of mine."-Bob Dylan