Satu

107 7 2
                                    

Selamat membaca! Yang suka tolong vote juga yaa! Ini cerita baru aku, please klik tombol bintang kalo kalian suka :v

HAPPY READING!!

•••

"Moonbin! Kamu ngapain bengong disitu? Sini sama aku!" Ucap seseorang padaku. Mukanya tidak terlihat jelas pada pandanganku, aku hanya bisa melihay rok dan baju berlengan pendeknya. Ya, dia perempuan, aku yakin.

Aku berjalan mendekat ke arahnya, pelan-pelan, karena angin tiba-tiba angin meniup kencang badanku. Perlahan-lahan tubuhku mulai mendeketi perempuan itu, tapi perlahan juga bayangan perempuan wanita itu menghilang dari pandanganku.

"TUNGGU! SIAPA?!" Aku mencoba berlari sekuat tenagaku, melawan kencangnya tiupan angin. Sekencang apapun aku berlari, aku tidak bisa menemukan bayangan perempuan itu lagi. Angin berhenti, aku bernafas lega. Tetapi, belum berselang beberapa menit, hujan deras turun, dan aku kembali mendengar suara seseorang.

"MOONBIN!!" Teriak seseorang. Kali ini berbeda, suaranya, ia bukan perempuan, ia laki-laki. Siapa?
"MOONBIN BANGUN ANJIR!"

Aku membuka mataku kaget, dengan reflek mendudukan diriku.

"KURANG AJAR LO!" Teriakku kepada kakakku. Yah, tadi hanya mimpi, aku mencoba mengontrol emosiku. Aku berjalan menuju kamar mandi.

Oh! Sebelumnya kita perlu perkenalan. Hai, aku Moonbin. Anak kedua dari dua bersaudara, anak kelas 11 SMA. Walaupun anak bungsu, aku tetap mandiri kok. Sekalian saja, aku ingin mengenalkan juga, kakakku Taehyung. Iya, yang tadi menyiramku itu dia. Kak Taehyung atau panggil saja Taehyung, aku juga tidak pernah memanggilnya "Kak" ia kelas 12 SMA sekarang, umur kami beda satu tahun saja

"BIN! Mandinya jangan lama-lama, gue kebelet pipis ya allah!" Ucap kakakku dari luar, panggil saja Taehyung.
Aku tersenyum jahil dari dalam kamar mandi, "Gue sakit perut! Aduh, udah kebelet tahan ya! Pakai kamar mandi di kamar ibu sama bapak aja gimana?!" Ucapku dari kamar mandi, siapa suruh tidak duluan mandi. Biar tau rasa dia, ini balasan karena habis mengguyurku dengan air tadi.
"Kampret! Cepet ga! Untung hari ini libur, kalo ga, gue bisa telat." Omelnya dari luar.

Aku tidak merespon kata-kata Taehyung, dan terus mandi tanpa memperdulikan Taehyung yang sudah menahan panggilan alamnya diluar.

Satu jam...dua jam baru aku keluar dari kamar mandi. Aku bisa melihat Taehyung yang tengah duduk di sofa ruang keluarga, tentu saja masih dengan menahan panggilan alamnya itu.

"Gue udah selesai." Ucapku santai, lalu melengos pergi, aku tidak ingin mendengar omelannya yang panjang lagi. Lagi pula, sebentar lagi aku ada kerja kelompok di rumah temanku.
"Adek kurang ajar! Lu ngapain aja Bin di dalem? Mana bau sabun semua nih kamar mandi, LICIN LAGI!" Aku memutar bola mataku malas.

•••

"Tae gue pergi ya, itu ibu jangan ditinggal sendirian. Kebiasaan lu, udah tau ibu lagi sakit." Omelku pada Taehyung. Taehyung selalu saja keluyuran keluar, bukannya menjaga ibu yang sedang sakit. Sakit ibuku memang tidak parah, tapi tetap saja harus dirawat.
"Iya-iya, udah sono. Udah bawa semua barangnya?" Tanya Taehyung.
"Bawa apaan anjir? Orang cuma bikin ppt." Jawabku heran, lalu mulai menaiki motorku, kemudian meninggalkan halaman rumah. Sejujurnya aku malas untuk keluar rumah, jika bukan karena tugas sekolah aku tidak akan keluar rumah.

Hanya perlu beberapa menit untuk sampai ke rumah temanku. Eunwoo. Yah, dia temanku dari kecil. Eunwoo, primadona di sekolahku, ketua osis, selalu mendapat peringkat satu di kelas, jika dibandingkan denganku tentu tidak ada apa-apanya.

Aku masuk dengan santainya ke rumah Eunwoo, dia bilang orang tuanya sedang bekerja, jadi aku leluasa keluar masuk tanpa harus meminta ijin penghuni rumah.

Aku duduk di sofa ruang tamu, menunggu Eunwoo keluar dari kamarnya. Dengan santainya aku duduk tanpa memedulikan sekitar, bahkan aku tidak menyadari kalau sedari tadi sepasang mata sedang melihatku dari arah dapur.

"Kamu siapa?" Tanya sebuah suara dari belakangku.
"Moonbin, lu?" Tanyaku balik.
"Ooh, aku temen Eunwoo. Kok kamu bisa masuk seenaknya kesini?" Introgasinya, tetapi memang dasarnya aku malas dengan pertanyaan seperti itu akhirnya hanya aku abaikan pertanyaanya.
"

Heh! Kamu siapa?!" Tanyanya lagi, sekarang sedikit teriak. Aku menghela nafasku kasar.

Untungnya saat aku ingin menjawab, Eunwoo tiba-tiba turun dari kamarnya.

"Bin! Lu udah dateng? Bilang napa, emang ga niat bocah." Ucapnya ramah, tentu saja dengan senyumannya.
"Kamu kenal dia Woo?" Tanya pemilik suara itu lagi.
"Iya, dia itu temen gue. Moonbin. Bentar? Dari tadi kalian berdua disini belum kenalan?" Aku hanya mengangkat bahuku, seakan memberitahu Eunwoo kalau memang aku belum berkenalan dengannya.
"Kebiasaan. Ini Moonbin, temen kecil gue. Nah Bin, ini Dahyun." Ucap Eunwoo.

Aku hanya mengangguk, mendengar ucapan Eunwoo. Tapi, sebentar, siapa Dahyun? Pacar? Teman? Saudara?

"Dahyun siapa lu?" Tanyaku penasaran.
"CALON PACAR!" Ucap Dahyun dengan bangga padaku. Eunwoo hanya tertawa melihatnya, sedangkan aku terlihat seperti sedikit bingung dengan mereka.
"Sejak kapan jadi calon pacar Eunwoo?" Tanyaku lagi, aku benar-benar penasaran sekarang.
"Sejak SMP!" Ucap Dahyun dengan riang. Mendengar itu, aku berusaha menahan tawaku, bisa-bisanya dia dengan bangga mengatakan dia calon pacar Eunwoo, aku yakin itu hanya mimpinya sedari SMP.
"Jangan ketawa ya!" Marah Dahyun padaku, dan itu malah membuatku tertawa semakin keras.

Beberapa menit kugunakan untuk mengolok-olok Dahyun tentang mimpinya itu. Ini memang kerjaanku, mengolok-olok seseorang.

"Eh udah, Bin lu mau bikin ppt dimana?" Tanya Eunwoo langsung ke intinya.
"Disini aja, biar Dahyun bisa liat muka lu terus." Ucapku dengan sedikit tawa yang terselip disetiap kata-kata.
"APAANSIH?! Woo kamu dapet dari mana temen kayak gini? Bikin darah tinggi aja!" Aku dan Eunwoo hanya tertawa mendengar pertanyaan Dahyun, yang terlihat sangat jujur bahwa ia tidak suka denganku.

•••

Setelah beberapa jam berlalu, aku dan Eunwoo akhirnya selesai mengerjakan tugas kelompok kami. Hari mulai siang, aku cepat-cepat mengambil tasku lalu berpamitan pada Eunwoo dan Dahyun. Aku memikirkan ibku yang sedang sakit dirumah, apalagi bapakku sedang bekerja di luar kota. Taehyung? Aku tidak bisa percaya padanya.

"Lu udah mau pulang Bin?" Tanya Eunwoo padaku.
"Iya, gue gaenak ninggalin ibu gue sendiri dirumah." Jelasku.
"Taehyung kemana?" Tanya Eunwoo lagi.
"Lu tau sendiri dia orangnya gimana, gabisa dipercaya omongannya. Udah ya gue balik dulu, Dahyun! Gue balik. Woo, jaga sikap." Aku memberi peringatan tegas pada Eunwoo. Karena Eunwoo hanya sendiri dirumahnya, pembantunya sedang tidak datang kerumahnya saat ini, dan orang tuanya pergi bekerja, maka dari itu aku khawatir ia akan melakukan hal yang tidam-tidak.

Eunwoo hanya tertawa mendengar peringatan yang kuberi, padahal aku serius dengan peringatan itu.

"Emang gue mau ngapain sih? Eh, Dahyun! Pulang sama Moonbin sana. Pacar gue mau dateng bentar lagi." Ucap Eunwoo santai, sembari mendorong tubuh Dahyun keluar. Sedangkan aku, aku diam. "Pacar? Lah! Terus Dahyun?!" Bingungku.

Aku melihat Dahyun, masih dengan senyum yang cerah. Ia menuruti perkataan Eunwoo, dan dengan cepat naik ke motorku. Aku bisa merasakan beban motorku bertambah saat Dahyun naik. Maaf Dahyun.

"Ayo jalan!" Teriaknya.
"Helm lu?" Tanyaku pada Dahyun.
"Ga ada hehe." Jawabnya tanpa ada rasa khawatir.
"Rumah lu dimana? Deket sini?" Dahyun menjawabnya dengan menggeleng.
"Di jalan Pemuda satu." Ucapnya.

Aku menatapnya dari spion dengan bingung. "Alamat apaan itu?" Tanyaku padanya.

"Kuburan. Ya rumah gue lah Moonbin!" Ucapnya kesal. Aku tertawa lepas melihat raut kesalnya.
"Itu jauh dong. Udah bentar gue minjem helm dulu ke Eunwoo." Ucapku, lalu berlari ke dalam mengambil helm.

Setelah Dahyun memakainya, aku langsung menancapkan gas pergi dari rumah Eunwoo.

In My DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang