"Semua usahaku mungkin sia sia"
"Mungkin" aku sasuke, meraih minumannya. Bahkan, kecil sekali kemungkinan lukisan itu masih ada. "Tapi sia sia atau tidak, perburuan akan selalu terasa menantang""Kamu mau ikut denganku?"
Sasuke meletakkan cangkirnya dengan suara klik keras agar dia bisa memfokuskan pandangan matanya ke naruto. "Apa?""Kau baru saja mengatakan kau iri padaku. Lagi pula, aku tidak tau apa apa tentang seni. Bagaimana kalau ada lukisan besar ino yang tergantung di dinding kamar pria ini? Bagaimana kau mengetahui apakah lukisan itu cukup berharga?"
Dan naruto menganggap sasuke sebagai orang terbaik untuk menilai nya? "Tadi kau mengatakan pencarian lukisan itu bukan dilihat dari nilainya"
"Memang bukan" suasana menjadi sunyi saat naruto bergeser di kursi. Saat naruto berbicara lagi, sasuke mendengar perubahan dalam suara pemuda itu. Suara naruto menjadi lebih pelan, tidak terdengar antusias. "Lupakanlah. Tadi itu hanya sekedar usulan"
"Tidak, aku akan senang sekali jika bisa ikut denganmu" kesedihan didengarnya dari suara naruto, sasuke berbicara tanpa memikir lagi.
Nada suara naruto kembali ceria. "Bagus sekali! Aku akan menghabiskan kopiku dan kita akan pergi"
Kunjungan ke panti jompo, kata sasuke pada dirinya sendiri selagi menyesap espresso. Untuk bertemu dengan seorang pria tua. Tidak ada salahnya.
Lalu kenapa dia merasa seolah akan terlibat kedalam sesuatu yang lebih daripada itu?
..........
Tentu saja, tidak ada lukisan yang tergantung di dinding kamar shin. Hanya pria tua bertubuh jangkung yang mengenakan setelan olahraga dari bahan beledu. Shin menyapa mereka berdua dengan senyuman lebar. "Seorang profesor? Menarik sekali." ujar shin, meremas tangan sasuke. "Silahkan masuk"
"Aku tau kau akan populer" gumam naruto saat melangkah masuk.
Sasuke hanya menyeringai. Dia mulai merasakan antusiasme terhadap perburuan ini.
Meskipun tidak sepenuhnya yakin pada alasan naruto mengajaknya, dia memutuskan untuk mengambil kesempatan itu. Siapa yang tau kapan kesempatan seperti ini akan datang lagi? Atau, lebih tepatnya, datang dengan paket yang sangat menarik.
Naruto sudah berjalan masuk cukup jauh dan sasuke pun bisa melihat sosok pemuda itu. Naruto memiliki lekuk tubuh yang akan membuat pematung berlomba lomba untuk menjadikannya model. Lembut namun berisi. Lekuk yang diciptakan untuk dibelai oleh sosok pria.
Itu dia. Dia kan menyingkirkan seragam pelayan milik naruto.
"Kau mengajar periode apa, profesor?" tanya shin. Pria tua itu berjalan pincang ke ruang tamu.
"Abad pertengahan. Lebih tepatnya masa pra-romantik"
"Sai pasti akan bilang kalau kau terjebak dalam masa lalu, tapi dia sendiri juga membanggakan dirinya sebagai orang yang anti modernitas. Dulu kami semua seperti itu. Silahkan duduk"
Shin menunjuk sofa yang bahkan tidak cukup besar untuk disebut sofa. Merasa tubuhnya terlalu besar, sasuke hanya bertengger ditepi kursi itu dan bertanya tanya dalam hati, bagaimana bisa pria setinggi shin duduk nyaman disitu. Kursi itu berdecit saat naruto dusuk disampingnya. Wangi vanila dan rempah menggida hidungnya lagi. Rasanya seperti berjalan jalan didalam toko roti paling lezat didunia setiap kali naruto duduk disebelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cute & Her Billioner Boss
Lãng mạnKata orang. Paris adalah kota penuh cinta, tapi seorang siswa sekolah kuliner, Uzumaki Naruto tetap merasa sendirian di kota itu, Hanya keberadaan majikan milliuner tempat dirinya bekerja sebagai pengurus rumah tangga, Uchiha Sasuke, yang membuatnya...