Rain pov
Argh... kepalaku sangat sakit... sakit sekali rasanya seakan ingin pecah. Aku menjambak rambutku untuk menyalurkan rasa sakitnya tapi rasa sakitnya bukannya berkurang tetapi malah semakin bertambah. Aku memilih untuk pulang walau harus membelah dinginnya air hujan dan aku juga tidak membawa payung. Saat terkena air hujan kepalaku semakin sakit, lalu aku pun memutuskan untuk berlari menuju rumah. Langkah yang ku ambil seperti berjalan di atas tumpukan paku, tubuhku terasa tertusuk-tusuk dan rasanya sangat sakit.
Sesampainya di rumah, bajuku sudah sangat basah, aku langsung masuk ke ruang keluarga tanpa melepaskan sepatuku. Aku ingin segera meminum obat agar rasa sakit ini menghilang. Namun betapa terkejutnya aku saat melihat semua ruangan dipenuhi sampah yang berserakan.
Saat itu juga kepalaku sangat pusing namun tiba-tiba aku teringat Sun, dengan sempoyongan aku menghampiri kamar Sun. Di sini sangat sangat rapi namun rasanya sangat dingin dan sepi. Aku berjalan memasuki kamar Sun, di sini sangat tercium aroma khas tubuhnya. Aku menatap sekeliling dan pandanganku terpaku pada foto di atas meja. Di dalam foto itu terlihat Sun sedang berbahagia sambil memegang sertifikat juara fotografinya, pandanganku seketika gelap dan aku tak tahu apa yang terjadi setelahnya.
Flashback on
Hari ini hari yang sangat padat dan aku juga lembur disebabkannya. Jam di handphone-ku sudah menunjukkan pukul 00.30 kst. Ya sekarang sudah lewat tengah malam, aku mempercepat langkahku karena teringat Sun yang mungkin masih menunggu ku pulang. Saat melewati Sungai Han banyak orang berkumpul di pinggirannya dan aku hanya melewatinya tanpa ingin melihatnya, lagi pula itu paling kasus bunuh diri lagi seperti tahun kemarin. Sesampainya di rumah, di dalam rumah sangat sepi dan pintunya pun tidak terkunci. Ah mungkin ia sedang pergi bermain dan lupa mengunci pintu. Tanpa pikir panjang aku langsung masuk kamar mandi, setelah itu aku pergi ke kamar dan tidur.
Keesokan paginya
Aku terbangun karena suara panggilan telepon dari Kai. Setelah menjawab telepon aku langsung pergi ke kamar mandi untuk mandi, namun di rumah masih sangat sepi. Aku memeriksa kamar Sun dan di dalam sana pun tak ada siapapun. Ah mungkin ia mengginap dan belum pulang. Setelah mandi dan bersiap aku pun langsung pergi ke tempat kerja.
Jam handphone-ku sudah menunjukkan pukul 23.00 kst. Aku bergegas berganti pakaian dan pamit untuk pulang. Di perjalanan sangat sepi walau masih ada mobil yang berlalu lalang tapi tetap saja suasana malam ini tidak seperti biasanya dan perasaan ku pun tidak enak. Sesampainya di rumah, tidak ada siapapun dan tidak ada yang berubah sedikit pun. Aku melepaskan sepatuku dan memasuki kamar Sun tapi di sana tak ada siapapun dan juga terasa sangat dingin seperti tiada penghuninya. Aku mencoba berfikir positif mungkin saja ia belum pulang, lantas aku pun pergi ke kamar mandi dan mandi. Setelah mandi jam sudah menunjukkan pukul 00.00 kst namun Sun belum juga pulang, karena khawatir aku pun meneleponnya.
It's a beautiful night
we're looking for something dumb to do
Hey baby, I think I wanna marry you
Is it the look in your eyes or is it this dancing juice?
Who cares, baby I think I wanna marry youAku dapat mendengar nada dering handphone Sun namun tidak ada jawaban sama sekali. Aku terus mencoba menelponnya namun tetap saja tidak di angkat. Aku mencoba menelponnya teman-temannya namun mereka bilang sudah seminggu mereka tidak bertemu dengan Sun. Pikiran ku semakin kacau, lalu aku menggenakan jaketku dan bergegas pergi ke kantor polisi. Sesampainya di sana aku langsung melaporkan kehilangan adikku.
Saat polisi meminta fotonya aku pun menunjukkan fotonya sesaat sebelum berangkat untuk Suneung. Saat melihat foto Sun polisi itu terdiam. Lalu dia menatapku dan menunduk. Polisi itu menghela napas dan menghampiriku lalu menaruh tanganya di pundak ku. Tubuhku kaku seketika dan dadaku terasa sesak. Napasku semakin cepat dan tubuhku mulai bergetar. Rasa kalut dan cemas mulai menggisi pikiranku. Kepalaku mulai pusing dan pandanganku mulai kabur. Aku angkat tanganku dan ku genggam dengan erat tangan polisi itu. Aku angkat kepalaku dan ku tatap matanya."Di mana adikku?"
Polisi itu diam tidak menjawab, dia hanya bergerak pergi menuju suatu ruangan dan aku mengikutinya. Sesampainya di depan pintu ruangan itu, polisi langsung membuka pintunya dan memintaku untuk masuk. Sejujurnya ruangan itu biasa saja tidak ada apapun di sana kecuali sebuah ranjang rumah sakit. Aku bingung mengapa ada ranjang rumah sakit di sini? Dan sepertinya ada sesuatu di atas sana. Aku menghampiri ranjang itu, ada kantung jenazah berwarna kuning di sana. Seketika pikiran negatif mulai menguasaiku, dengan tangan gemetar ku buka secara perlahan kantung itu. Kini dapat ku lihat dengan jelas siapa yang ada di dalam kantung itu. Tubuhku seketika kehilangan kekuatannya tubuhku ambruk begitu saja dan setelah itu aku tak tahu apa yang terjadi.
Flashback off
Aku terbangun dengan tubuh yang sangat lemas. Tubuhku terasa panas dan pusing ini semakin bertambah. Aku menggusur tubuhku menuju kamar rasanya separuh jiwaku pergi menghilang entah kemana. Aku mengobrak-abrik isi lemariku demi mencari obat itu, setelah menemukannya aku menggambil beberapa dan langsung memasukkannya ke dalam mulutku. Ku gusur lagi tubuh lemahku hingga menuju kasur dan mengistirahatkannya di sana.
Entah sudah berapa lama aku tertidur yang aku tahu seluruh tubuhku terasa begitu lemas tanpa tenaga sedikitpun, perutku juga terasa sangat mual dan kepalaku terasa sangat sakit. Perlahan ku buka kelopak mataku, rasanya sangat berat. Bau obat-obatan terasa sangat jelas di penciumanku, ku pandang sekeliling tempatku berada kini. Di mataku semuanya terlihat putih dengan beberapa furniture berwarna coklat. Aku berusaha untuk duduk namun terjatuh, aku mencobanya berkali-kali namun hasilnya tetap sama. Akhirnya aku memilih menyerah dan memilih untuk mengistirahatkan diri lagi.
Namun baru memejamkan mata bayangan Sun tersenyum terlihat sangat jelas dimataku. Aku langsung membuka mataku dan bangun dari tidurku, aku menyibak selimut dan mencabut semua alat medis yang menempel di tubuhku. Perlahan aku turunkan kakiku dan menapaki dinginnya lantai rumah sakit entahlah sendalku pergi kemana. Dengan mantap aku berdiri namun terjatuh, aku menghela nafas berat lalu aku mencobanya lagi dan kini berhasil. Perlahan aku langkahkan kakiku menuju pintu kamar dan langkahku makin stabil walau masih harus memegang dinding rumah sakit sebagai sanjaran. Kini aku sudah sampai di depan lift, perlahan aku langkahkan kakiku menuju lift setelah memasukinya aku langsung memencet tombol menuju lantai 1.
Kini aku telah sampai di lantai 1 rumah sakit. Tinggal sedikit lagi untuk mencapai pintu masuk. Aku dapat melihat beberapa orang tengah menangis sambil mendorong berangka ke ruang IGD. Aku terus menatap rombongan itu, seketika bayangan muka pucat Sun terlihat. Tubuhku mulai bergetar hebat sedetik kemudian tubuhku limbung dan terjatuh. Aku merasakan air mata mulai mengalir membasahi pipiku. Semua mimpi buruk itu kembali menyerangku. Menyandarkan bahwa semua yang terjadi hanya khayalan ku semata. Kepalaku mulai terasa sakit kembali. Aku masih terdiam dan berusaha menyangkal semua yang terjadi hingga seseorang menepuk bahuku.
"Hyung gwaenchana?"
Aku kembali tersadar, ku angkat kepalaku, ke pegang kedua tangannya dan berkata.
"Kai, Taehyung-i eoddisseo?"
Kini aku hanya bisa terdiam menatap gambarnya yang terbingkai apik di samping abunya. Semuanya terasa begitu cepat untukku. Aku mengangkat kepalaku dan menatap lurus gambarnya dan tersenyum.
"Kini semuanya telah usai"
Aku melangkahkan kakiku keluar bangunan. Aku berjalan tak tahu arah, tubuhku mulai terasa basah. Ku angkat kepalaku dan menatap langit, semuanya gelap dan sepi tidak ada bintang maupun bulan yang menyinari yang ada hanya tetesan air hujan yang semakin lama semakin banyak. Aku terus berjalan hingga menemukan sebuah pohon besar untuk berteduh. Ku senderkan tubuh lelahku disana, semuanya begitu hening hanya terdengar suara guntur dan kilat. Aku hanya terdiam dan menutup mataku. Semua yang telah terjadi begitu cepat untukku. Dari mulai kematian Eomma, Sun dan bahkan bajingan itu. Aku buka mataku dan menatap tanganku. Semuanya basah dan anyir.
"Sialan ini semua berawal darimu"ujarku sambil menatap gumpalan daging di lenganku
"Hyung...Hyung"
Aku mendengarnya, ku pandangangi sekeliling, itu suara yang sangat familiar untukku. Aku terus mencarinya hingga pandanganku tertuju pada sungai dibawah sana. Aku dapat melihatnya menatapku dengan senyum. Aku tersenyum balik kepadanya.
" Kini saatnya telah tiba, kita tidak perlu berpisah lagi" ucapku dan lalu melompat
End
Bogor,03042020

KAMU SEDANG MEMBACA
I HATE YOU RAIN {End}
Teen FictionTak pernahkah kau berpikir Apa yang telah kau lakukan Menjadi perusak antara kita Apa yang telah kita buat bersama Hancur karenanya Tahukah kau? Apa yang telah kau perbuat Membuat aku dan Sun menderita Karna kau Kami harus menanggung semua Apa ya...